Tuesday, March 29, 2011

Sebuah akhir Pencarian & Panggilan [ Part 10 ]

Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)
 
 

Bab 5 Pintu

Dengan putus asa saya mencoba memahami setiap kata yang diperkatakan orang-orang ini. Tidak pernah Hikmat mengatakan sebanyak ini sekaligus, saya merasakan bahwa setiap kata-katanya adalah penting dan saya tidak ingin melupakannya. Saya berpikir bagaimana baiknya jika Firman Tuhan diukir diatas batu seperti Musa dan membawa Firman Tuhan kepada UmatNya dengan cara seperti itu dan mereka akan menjadi murni. Lagi-lagi mengetahui pikiran saya, Hikmat menjawab.

“Itulah perbedaan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Engkau menuliskan FirmanKu dalam sebuah buku dan menginspirasikan UmatKu. Meski demikian, kuasa FirmanKu hanya dapat terlihat jika itu dituliskan didalam hati UmatKu. Hidup para rasul lebih berkuasa daripada tulisan yang tertulis di kertas maupun di batu. Karena engkau tidak menulis Alkitab, kata-kata yang kau tulis akan menyiratkan engkau didalamnya. Namun, bukumu akan menjadi hasratKu sebab Aku mempersiapkan engkau untuk tugas ini. Mereka tidak akan sempurna karena kesempurnaan tidak akan muncul di bumi sampai Aku datang. Untuk kesempurnaan, manusia harus mencari aku. Namun, UmatKu adalah buku yang Aku tulis dan orang bijaksana dapat melihatKu didalam UmatKu dan didalam pekerjaan mereka.

“BapaKu mengirimKu ke dunia karena Dia mengasihi dunia dan AKU mengirim UmatKu ke dunia karena Aku mengasihi dunia. Aku dapat menghakimi dunia setelah KebangkitanKu tetaapi tentu saja dunia masih diijinkan untuk terus ada sehingga orang-orang Ku yang benar akan dapat dibuktikan dan kuasa dari apa yang Aku lakukan diatas kayu salib dapat dilihat semua manusia. Aku melakukan ini karena kasih. Engkau adalah saksi-saksi dari KasihKu. Ini adalah PerintahKu untukmu: Kasihilah Aku dan kasihilah sesamamu. Hanya kemudian kesaksianmu menjadi benar. Sekalipun Aku memerintahkan engkau berbicara tentang PenghakimanKu, itu juga harus dalam kasih.

“Hidup setiap orang ada dalam BukuKu, dan hidup mereka adalah sebuah buku yang akan dibaca semua ciptaan untuk selamanya. Sejahtera dunia adalah perpustakaan Hikmat Tuhan. PenebusanKu adalah demonstrasi Kasih Kami dan salib merupakan kasih terbesar yang pernah diketahui umat manusia. Sekalipun para malaikat yang berdiri didepan Bapa sangat mengasihi cerita penebusan yang mereka bahkan tinggal dalam manusia. Mereka heran jika Kami menciptakan manusia dari gambar Kami. Mereka heran jika manusia memilih iblis sealipun ada di tengah-tengah Firdaus yang Kami buat untuk manusia. Sekarang, karena penebusan gambaran Tuhan yang rusak dipulihkan dan dibuka dengan kemuliaan pada seluruh manusia. Kemuliaan itu masih ada dalam bejana tanah liat yang membuat lebih muda untuk dilihat bagi orang-orang yang mempunyai mata untuk melihat. “Ini adalah ciptaan yang baru dan lebih besar dari yang pertama. Melalui ciptaanKu yang baru, Kami membuat Firdaus baru yang lebih besar dari Firdaus yang pertama. Setiap laki-laki, perempuan dan anak-anak yang memegang PenebusanKu adalah buku yang Aku tulis dan akan dibaca selamanya. Melalui ciptaan yang baru ini, Kami juga memulihkan ciptaan yang terdahulu dan menjadikannya Firdaus kembali. Aku akan memulihkan segala sesuatu dan semua kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan.

“Aku akan mengirimkan rasul-rasulKu yang terakhir. Aku akan mempunyai banyak rasul seperti Paulus, Yohanes, Petrus dll. Untuk mempersiapkan mereka, AKU mengirim banyak orang seperti Yohanes Pembaptis yang mengajarkan kesetiaan padaKu dan meletakkan dasar pertobatan dari hidup mereka. Rasul-rasul ini akan seperti Yohanes Pembaptis. Sama seperti sukacita besar dari hidup Yohanes mendengarkan suara mempelai laki-laki, orang-orang ini akan mempunyai satu kesetiaan-melihat mempelai wanita siap untukKu. Karena hal ini, Aku akan menggunakan mereka membangun jalan raya melalui hutan belantara dan sungai-sungai melalui padang gurun. Mereka akan membawa turun tempat yang tinggi dan menaikkan yang rendah. Ketika engkau melewati pintu itu, engkau akan menjumpai mereka.

“Aku akan melepaskan rasul-rasulKu di hari-hari terakhir. Mereka akan mengasihi Aku dan berjalan bersamaKu sama seperti Henoch. Mereka akan mendemonstrasikan KuasaKu dan membuktikan pada dunia bahwa AKU adalah Satu-satunya Tuhan yang benar. Setiap orang akan dimurnikan dengan aliran air kehidupan. Sekali waktu aliran air yang panas untuk membersihkan , namun akan dingin untuk menyejukkan. Aku juga akan memberikan mereka kilat di satu tangan dan Guntur di tangan yang lain. Mereka akan berteriak seperti rajawali diatas bumi, tetapi mereka akan turun pada UmatKu seperti burung merpati karena mereka menghormati KeluargaKu. Mereka akan melanda bumi seperti angin puyuh dan gempa bumi tetapi mereka akan memberi terang pada yang lembut hati dan yang rendah. Ketika engkau melewati pintu itu, engkau juga akan bertemu mereka.

“Aku akan melepaskan Penginjil-penginjilKu yang terakhir. Aku memberikan mereka sebuah cawan sukacita yang tak pernah berakhir. Mereka akan menyembuhkan yang sakit dan melemparkan iblis-iblis, mereka akan mengasihi Aku dan mengasihi kebenaran, mereka akan memikul salib mereka setiap hari, tidak hidup untuk mereka sendiri tetapi hidup untuk Aku. Melalui mereka, dunia akan tahu bahwa Aku hidup dan Aku memberikan semua otoritas dan kuasa. Orang-orang ini pemberani tidak takut pada siapapun dan akan menyerang pintu gerbang musuh dan menyerang tempat-tempat gelap di bumi, membawa banyak jiwa-jiwa pada keselamatanKu. Mereka juga ada dipintu itu dan engkau akan menjumpai mereka.

“Aku akan melepaskan gembala-gembala yang mempunyai HatiKu untuk para domba. Orang-orang ini akan memberi makan Domba-dombaKu karena mereka mengasihi Aku. Mereka akan memperhatikan setiap Anak-anakKu yang kecil seakan-akan itu anak mereka sendiri dan mereka akan meletakkan hidup mereka sendiri untuk domba-dombaKu. Ini adalah kasih yang menyentuh setiap hati manusia-jika UmatKu meletakkan hidupnya untuk yang lain. Kemudian dunia akan mengenal Aku. Aku berikan pilihan makanan ini untuk melayani Isi RumahKu. Mereka adalah orang-orang yang setia yang Aku percayakan untuk mengasihi RumahKu sendiri. Mereka juga ada di pintu itu dan engkau akan berjumpa dengan mereka.

“Aku akan melepaskan pengajar-pengajarKu yang terakhir di bumi. Mereka akan mengenal Aku dan mengajar UmatKu untuk mengenal Aku. Mereka akan mengasihi kebenaran. Mereka tidak akan mundur sebelum kegelapan tetapi mereka akan menunjukkan diri dan membawanya kembali. Mereka tidak akan menghentikan sumur-sumur yang digali ayahmu dan melayani air kehidupan yang murni. Mereka juga akan membawa keluar harta-harta Mesir dan menggunakannya untuk membangun Tempat KediamanKu. Engkau akan bertemu orang-orang ini melalui pintu itu.”
Saat Tuhan berbicara, saya melihat kearah pintu. Sekarang, untuk pertama kalinya saya ingin melewati pintu itu. Setiap kata yang Dia perkatakan membawa pengharapan di hati saya dan saya sangat ingin bertemu dengan para pelayan di hari-hari akhir ini.
“Engkau tahu semua yang akan terjadi ini dari hatimu bertahun-tahun yang lalu. Aku membawamu kesini untuk menunjukkan bagaimana engkau mengenali mereka dan membantu mereka dalam perjalanan.”
Saya masuk lewat pintu itu.

Penjara
Tiba-tiba, saya berdiri di halaman penjara yang luas. Ada tembok-tembok besar dan tinggi yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Sangat lebar sejauh mata memandang, tingginya ratusan kaki dan sangat tebal. Ada pagar-pagar dan kawat listrik didepan tembok. Setiap seratus kaki ada penjaga yang mengawasi tembok. Saya dapat melihat penjaga-penjaganya tetapi mereka sangat jauh dari saya.
Abu-abu, gelap dan suram tampaknya merefleksikan orang-orang banyak yang berdiri di halaman penjara. Di seluruh halaman, orang-orang duduk berkelompok menurut jenis mereka. Orang-orang tua kulit hitam di satu kelompok,orang-orang muda kulit hitam di kelompok lain. Tua dan muda terpisah dan wanita juga dipisah. Setiap ras tampaknya sama. Orang-orang dengan karakter khusus dipisahkan kecuali anak-anak kecil yang paling muda. Diantara kelompok-kelompok itu, banyak orang yang tampaknya sedang berputar-putar. Saat saya mengawasi, saya dapat menceritakan bahwa mereka mencoba menemukan identitas mereka sendiri dengan menemukan kelompok yang mereka paling sukai. Cukup jelas bahwa kelompok-kelompok ini tidak membiarkan setiap orang masuk dengan mudahnya.
Saat saya mencoba melihat lebih dekat, saya melihat bahwa mereka semua mempunyai luka-luka yang dalam dan banyak parut dari luka-luka sebelumnya. Terkecuali anak-anak, mereka tampaknya hampir buta dan dapat melihat dengan cukup baik dengan tetap dalam kelompoknya sendiri. Bahkan dalam kelompok-kelompok kecil, mereka mencoba melihat perbedaan yang mereka punya. Ketika mereka menemukan sedikit perbedaan, mereka akan menyerang orang yang berbeda. Mereka tampak lapar, haus dan sakit.

Saya mendekati seorang laki-laki tua dan menanyakannya mengapa mereka semua ada di penjara. Dia tampak terkejut, dengan empatis mengatakan bahwa mereka tidak berada di penjara dan mengapa saya menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. Saya menunjuk pada pagar-pagar dan penjaga-penjaga dan dia menjawab, “Apa pagar? Apa penjaga?” Dia melihat kepada saya seakan-akan saya sudah sangat menghina dia dan saya tahu jika saya menanyakan pertanyaan lainnya, saya akan diserang.
 Saya bertanya pada seorang wanita muda pertanyaan yang sama dan menerima jawaban yang sama. Kemudian saya sadar bahwa mereka sangat buta sehingga tidak dapat melihat pagar ataupun penjaga. Orang-orang ini tidak tahu kalau mereka berada didalam penjara.

Penjaga
Saya memutuskan untuk bertanya pada penjaga mengapa orang-orang ini ada di penjara. Saat saya mendekati pagar, saya dapat melihat lobang-lobang yang dengan mudah dapat dipanjat. Ketika saya sampai dipagar, saya menemukan bahwa sangat mudah bagi saya untuk memanjatnya. Setiap orang dapat dengan mudah melarikan diri tetapi tidak seorangpun yang mencobanya karena mereka tidak tahu bahwa mereka adalah tawanan.
Ketika saya sampai di puncak tembok, saya dapat melihat dari kejauhan matahari yang bersinar diatas tembok. Itu tidak menyinari halaman penjara karena tingginya tembok dan awan yang menggantung. Saya melihat api di halaman penjara menuju ke tempat anak-anak kecil berkumpul. Asap api ini membentuk awan tebal diatas halaman yang membentuk bayangan dari tembok yang suram. Saya heran apa yang terbakar.
Saya berjalan disepanjang tembok sampai saya mencapai pos penjaga. Saya heran melihat para penjaga yang mengenakan baju bagus dengan collar yang mengindikasikan bahwa mereka adalah pelayan atau pendeta. Dia tidak terkejut melihat saya dan saya pikir dia berpikir kalau saya adalah penjaga lainnya.
“Tuan, mengapa orang-orang ini berada dalam penjara?” Tanya saya.
Pertanyaan itu mengejutkan dia dan saya melihat ketakutan dan kecurigaannya.
“Penjara apa?” jawabnya. “apa yang kau katakan?” “Saya berbicara tentang orang-orang yang ada di halaman penjara,” saya berkata merasa aneh. “Jelas engkau adalah penjaga penjara sebab engkau ada di pos jaga, tetapi mengapa engkau berpakaian seperti ini?” saya meneruskan.
“Aku bukan penjaga penjara! Aku pelayan Injil. Aku bukan penjaga mereka—Aku pemimpin rohani mereka. Ini bukan pos jaga – ini adalah Rumah Tuhan! Nak, jika engkau pikir pertanyaan-pertanyaanmu lucu, aku tidak akan tertawa!” Dia meraih senapannya dan tampak siap menembak saya.
“Maafkan saya karena mengganggumu,” saya berkata dan merasa bahwa dia menggunakan senapannya itu.
Saat saya berjalan pergi, saya berharap mendengar suara tembakan setiap saat. Laki-laki itu tidak aman saya tahu dia akan menembak saya sebelum berpikir jika dia merasa terancam. Saya dapat juga menceritakan bahwa dia bersungguh-sungguh. Dia benar-benar tidak tahu bahwa dia adalah seorang penjaga.

Guru Sekolah
Saya berjalan sepanjang tembok sampai saya merasa aman dan kembali menoleh pada sang pelayan. Dia berjalan maju mundur di pos jaganya. Saya heran mengapa pertanyaan saya begitu mengganggu dia. Sangat jelas kalau pertanyaan saya tidak membuka dia untuk melihat sesuatu dengan berbeda tetapi membuat dia lebih merasa tidak aman dan mematikan.
Saat saya berjalan, saya merasa putus asa menemukan apa yang akan terjadi dan saya berpikir bagaimana saya dapat mengulang pertanyaan saya sehingga tidak mengganggu penjaga selanjutnya. Saat saya mendekati pos jaga, lagi-lagi saya terkejut dengan penampilan penjaganya. Ini bukan pelayan yang lain, tetapi seorang wanita muda belasan tahun.
“Nona, bolehkah saya bertanya?” Tanya saya.
“Tentu. Apa yang dapat saya bantu?” dia berkata dengan gaya rendah hati.”Apakah engkau orangtua dari anak-anak ini?”
“Bukan,” jawab saya. “saya seorang penulis,” jawab saya seketika tanpa saya tahu. Seperti yang saya harapkan, dia memperhatikan.
Tidak ingin membuat kesalahan yang sama dengan menyebut pelayan yang ada di “rumah penjagaan”, saya bertanya mengapa wanita muda ini berdiri di “tempat ini”. Dia menjawab dengan segera dan tampak heran melihat saya tidak tahu.
“Saya seorang guru sekolah, jadi apakah tidak sewajarnya jika saya seharusnya ada di sekolah?”
“Jadi ini sekolahmu,” saya menjawab menunjuk pada pos jaga.
“Ya. Saya sudah berada disini selama 3 tahun. Mungkin saya berada disini sepanjang hidup saya. Saya mencintai apa yang saya kerjakan.” Jawabannya yang terakhir sangat mekanis yang saya tahu saya akan menemukan sesuatu jika saya menekan dia.
“Apa yang kau ajarkan? Pasti menarik untukmu mempertimbangkan seumur hidup mengerjakan hal ini.” “Saya mengajar pengetahuan umum dan sosial. Ini pekerjaan saya untuk membentuk filosofi dan pandangan dunia pada pikiran-pikiran yang masih. Apa yang saya ajarkan akan menyetir mereka sepanjang hidup. Apa yang kau tulis?” Tanyanya.
“Buku,” saya meresponi, “Saya menulis buku kepemimpinan,” mengantisipasi pertanyaan selanjutnya. Saya juga tahu bagaimana saya harus menjawab dia,“Buku-buku Kepemimpinan Kristen,” pembicaraan kami akan berakhir. Dia tampaknya lebih tertarik setelah jawaban saya ini.
“Kepemimpinan adalah subyek yang penting,” katanya dengan gaya sedikit heran. “Perubahan terjadi begitu cepat sehingga kita harus mempunyai alat-alat kepemimpinan yang tepat untuk menyetir perubahan-perubahan ini kearah yang benar.”
“Arah mana itu?” Tanya saya.
“Menuju kemakmuran yang hanya dapat muncul setelah melalui kedamaian dan keamanan,” jawabnya seakan-akan heran saya mengajukan pertanyaan itu.
“Saya tidak bermaksud menganggumu,” jawabnya, “tetapi saya tertarik dengan pandanganmu. Menurutmu cara apa yang paling baik untuk menuju kedamaian dan keamanan ini?”
“Melalui pendidikan tentu saja. Kami disini diatas planet bumi dan kami bersama-sama. Melalui pendidikan, kami membantu mengirim orang banyak dari orang-orang gua, bermental tribal kepada pengertian bahwa kita semua sama dan jika kita mengerjakan bagian kita untuk Kerakyatan, maka kita semua akan makmur.” “Menarik,” kata saya, “tetapi kita semua tidak sama. Menarik juga bahwa semua orang dibawah sana menjadi terbagi-bagi dan terpisah-pisah lebih dari sebelumnya. Apakah kaupikir ini mungkin waktu untuk sedikit mengubah pandanganmu?”
Dia menatap saya dengan heran dan bergolak tetapi jelas bukan karena dia menganggap apa yang saya katakan benar.
“Tuan, apakah engkau benar-benar buta?” akhirnya dia bertanya.
“Tidak. Saya dapat melihat dengan baik,” saya menjawab. “Saya baru saja berjalan diantara orang-orang dan saya tidak pernah melihat pembagian dan animo dari kelompok orang-orang yang berbeda. Buat saya, tampaknya konflik itu semakin parah dari sebelumnya.”
Pernyataan saya seperti sebuah tamparan dimuka wanita muda ini. Dia seakan-akan tidak percaya seseorang dapat mengatakan hal ini, sedikit percaya bahwa ada kesempatan mungkin ada kebenaran bagi mereka. Saat saya menatap dia, saya dapat mengatakan bahwa dia begitu buta sehingga dia dapat dengan jelas melihat saya. Dia berada di menara yang tinggi sehingga tidak ada jalan untuk dia dapat melihat orang-orang dibawah. Dia benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi sepertinya dia berpikir dia dapat melihat segalanya.
“Kami mengubah dunia,” dia berkata dengan nada menghina yang jelas. “Kami mengubah orang-orang. Jika mereka masih bergaya seperti binatang seperti yang kau gambarkan, kami akan mengubah mereka juga. Kami akan menang. Manusia akan menang.”
“Sungguh tanggungjawab yang besar untuk wanita semuda engkau,” kata saya.
Dia bersiul, tetapi sebelum dia meresponi, dua orang wanita muncul menuju pintu pos jaga di sepanjang tembok. Yang satu adalah wanita berkulit hitam umur lima puluhan dan yang lain seorang berkulit putih yang berpakaian bagus berumur awal tiga puluh. Mereka berbicara sambil berjalan dan keduanya tampak percaya diri dan bermartabat. Mereka dapat melihat yang tampak dengan jelas mereka tiba di puncak tembok.
Saya terkejut, guru muda ini meraih senapannya dan melangkah keluar dari pos jaga untuk menemui mereka, dengan jelas tidak menginginkan wanita –wanita ini mendekat. Dia menyapa dengan keramahan yang dibuat-buat dan tampak gaya superiornya yang ingin dia tampakkan kepada wanita-wanita ini. Cukup mengejutkan, kedua wanita ini malu-malu dan berlebihan menghargai seseorang yang jauh lebih muda
“Kami datang untuk menanyakan sesuatu yang diajarkan kepada anak-anak kami yang kami tidak mengerti,”kata wanita berkulit hitam dengan memberanikan diri.
“Oh, saya yakin bahwa sekarang banyak yang diajarkan yang engkau tidak mengerti,” sang guru menjawab dengan menghina. Para wanita ini tetap melihat kearah senapan guru yang dipegang sedemikian rupa sehingga mereka sadar. Saya berdiri cukup dekat, heran dengan keseluruhan adegan ini. Guru itu berbalik dan melihat pada saya dengan gemetar. Dia takut saya mengatakan sesuatu kepada para wanita ini. Saat dia mengarahkan senapan, dia menuntut saya pergi. Para wanita itu melihat keatas melihat dengan siapa dia berbicara, dan saya sadar bahwa mereka tidak bisa melihat saya. Ketakutan mereka sudah membutakan mereka.
Saya memanggil wanita-wanita itu, memaksa mereka untuk berani dan percaya pada apa yang mereka rasakan dalam hati mereka. Mereka melihat kearah saya seakan-akan dapat mendengar suara saya. Mereka kehilangan pendengaran juga. Melihat hal ini, guru muda ini tersenyum. Kemudian dia mengarahkan senapannya kepada saya dan meniup peluit. Saya merasa seakan-akan dia menganggap saya orang yang paling berbahaya.
Saya tahu bahwa saya tidak dapat menunggu kepada siapapun yang dia panggil. Saya juga sadar bahwa jika saya mundur selangkah, saya akan aman karena guru muda ini begitu buta. Saya betul. Saya berjalan pergi dengan jeritannya, tiupan peluit dan akhirnya menjadi sangat marah sehingga dia mulai menembaki kepada dua wanita ini.
Saat saya berdiri di puncak tembok diantara dua pos jaga, memikirkan semuanya ini, saya merasakan kehadiran Hikmat.
“Engkau harus kembali pada halaman penjara. Aku menyertaimu. Ketahuilah engkau memiliki visi untuk melarikan diri dari setiap jebakan atau senjata. Hanya ingatlah bahwa ketakutan dapat membutakanmu. Saat engkau berjalan dengan iman Aku ada bersama denganmu, engkau akan dapat selalu melihat kemana engkau pergi. Engkau juga harus berhati-hati dengan visi yang disingkapkan kepada orang-orang yang Ku bimbing engkau pergi. Penglihatan adalah sesuatu yang paling ditakuti para penjaga. Aku tahu bahwa engkau ingin menanyakan banyak pertanyaan, tetapi akan dijawab dengan lebih baik oleh para orang-orang yang berpengalaman yang akan engkau temui disana.”


BAB 7. Rasul muda
Saya menuruni tembok dan mulai berjalan menuju halaman. Saat saya melewati para tawanan, mereka tampaknya sama sekali tidak tertarik dengan satu atau apapun yang ada di tembok. Kemudian saya teringat bahwa mereka tidak dapat melihat jauh. Seorang anak muda berkulit hitam maju dan melihat saya dengan mata bersinar.
“Siapa engkau?”kami berdua sama-sama bertanya dalam waktu yang sama. Saat kami berdiri melihat satu sama lain, dia akhirnya berkata, “Nama saya Stefen. Saya dapat melihat. Apa lagi yang ingin kau ketahui tentang saya yang belum engkau ketahui?”
“Bagaimana saya dapat mengetahui semuanya tentangmu?”Tanya saya.
“Seseorang yang membantu saya untuk melihat berkata bahwa suatu saat orang lain akan datang, bukan dari tawanan. Mereka juga akan dapat melihat dan mengatakan kepada kami siapa kami sebenarnya dan bagaimana kami dapat melarikan diri dari penjara ini.”
Saya mulai protes, saya tidak tahu siapa dia ketika saya teringat apa yang dikatakan Hikmat tentang orang-orang yang akan saya jumpai ketika melewati pintu selanjutnya.
“Saya tahu kamu dan saya tahu sesuatu tentangmu,” saya menjawab, “Tetapi saya akui bahwa ini adalah penjara paling aneh yang pernah saya lihat.”
“Tetapi ini adalah satu-satunya penjara!” dia memprotes.
“Bagaimana engkau tahu jika engkau berada disini sepanjang hidupmu?”Tanya saya.
“Orang yang menolong saya mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya penjara. Dia berkata bahwa setiap jiwa yang pernah dipenjara menjadi tawanan disini. Dia selalu mengatakan kebenaran dan saya percaya.”
“Siapa yang menolongmu untuk melihat?” Tanya saya , tidak hanya ingin tahu siapa yang menolong dia tetapi juga tertarik bagaimana penjara ini dapat memegang setiap jiwa menjadi tawanan.
“Dia tidak pernah mengatakan namanya yang sebenarnya,tetapi hanya menyebut DiriNya sendiri ‘Hikmat.’”
“Hikmat! Bagaimana rupaNya?” Tanya saya.
“Dia seorang yang muda, atlet berkulit hitam. Dia dapat melihat dengan lebih baik dari siapapun dan tampaknya mengenal setiap orang disini. Cukup aneh tentu saja. Saya sudah bertemu dengan orang-orang lain disini yang juga berkata bahwa mereka bertemu dengan Hikmat, tetapi mereka semua menggambarkan Dia secara berbeda. Beberapa orang berkata bahwa Dia berkulit putih dan yang lain berkata Dia adalah seorang wanita. Kecuali ada banyak ‘Hikmat,’ Dia adalah pakar penyamaran.”
“Dapatkah engkau membawa saya padaNya?” Tanya saya.
“Saya mau, tapi saya tidak melihatNya lagi dalam waktu yang lama. Saya takut bahwa Dia akan meninggalkan kami atau mungkin meninggal. Saya sangat berkecil hati saat Dia pergi. Penglihatan saya mulai bertambah parah sampai saya melihatmu. Secepat saya melihatmu, saya tahu bahwa segala sesuatu yang Dia katakan adalah benar. Dia berkata bahwa engkau mengenal Dia juga, jadi mengapa engkau menanyakan kepada saya tentang Dia?”
“Saya mengenal Dia! Jangan berkecil hati, Temanmu tidak mati. Aku akan katakan nama sebenarNya kepadamu tetapi pertama-tama saya harus menanyakan beberapa pertanyaan padamu.”
“Saya tahu bahwa engkau dapat dipercaya, dan saya tahu bahwa engkau dan yang lainnya yang sepertimu yang akan akan datang ingin menjumpai setiap orang yang bisa melihat. Saya dapat membawamu kepada mereka. Saya juga tahu bahwa engkau dan yang lainnya akan membantu para tawanan lain untuk dapat melihat. Saya terkejut oleh satu hal.”
“Apa itu?”
“Engkau berkulit putih. Saya tidak pernah berpikir bahwa orang yang akan menolong kami melihat dan membebaskan kami adalah orang berkulit putih.”
“Sayajuga yakin bahwa ada banyak orang lain yang datang yang berkulit tidak putih,” saya meresponi. “Saya dapat mengatakan bahwa engkau sudah mendapat penglihatan sehingga saya tahu bahwa engkau mengerti apa yang akan saya katakan.”

Nilai sebuah penglihatan
Saat saya melihat Stefen, meyakinkan bahwa dia mendengarkan, saya tergerak oleh bagaimana dia begitu terbuka untuk pengajaran, berlawanan dengan guru yang berumur sama dengannya. Orang ini benar-benar seorang guru sejati, pikir saya.
“Ketika kami tiba pada penglihatan puncak, kami tidak akan menghakimi orang dengan warna kulit, gender atau umurnya. Kami tidak akan menghakimi orang dengan penampilannya tetapi rohnya.”
“Terdengar seperti apa yang diajarkan guru-guru kami,” Stefen meresponi sedikit terkejut.
“Ada perbedaannya,” saya meneruskan. “Mereka mencoba membuatmu berpikir bahwa kita semua sama tetapi kita diciptakan berbeda dengan suatu alasan. Kedamaian sejati hanya datang ketika kita menghargai perbedaan yang ada. Saat kita benar-benar tahu siapa kita, kita tidak akan pernah diancam oleh orang-orang yang berbeda. Ketika kita bebas, kita bebas untuk menunjukkan kepada orang-orang yang berbeda dari kita dengan menghargai dan menghormati, selalu berjar dari yang lain sama seperti yang kau lakukan dengan saya.”
“Saya mengerti,” jawab Stefen. “Saya berharap bahwa saya tidak mengganggumu dengan mengatakan bahwa saya terkejut engkau berkulit putih.”
“Tidak. Saya tidak terganggu. Saya mengerti. Saya berbesar hati bahwa engkau mampu mengenali saya dengan mengesampingkan warna kulit. Tetapi ingatlah, setiap waktu kita membuka hati kita untuk belajar dari orang-orang yang berbeda, maka penglihatan kita akan semakin meningkat. Matamu sudah lebih bersinar dari pertama kali kita bertemu.”
“Saya hanya berpikir betapa cepatnya penglihatan saya dipulihkan,” kata Stefen.
“Sekarang saya tahu mengapa saya berada disini.” Saya menambahkan, “Engkau harus menjaga pikiranmu. Penglihatanmu adalah milikmu yang paling berharga. Setiap hari engkau harus melakukannya untuk membantu meningkatkan penglihatanmu. Jauhilah orang-orang dan segala sesuatu yang membuatmu kehilangan penglihatan.”
“Ya, seperti kecil hati.”
“Tepat! Kecil hati biasanya awal dari kehilangan penglihatan,” kata saya. “untuk menyelesaikan tujuan-tujuan kita, kita harus bertahan dari kecil hati dalam bentuk apapun. Kecil hati membutakan.”
“Ketika saya mulai melihat, saya mulai merasa bahwa saya mempunyai sebuah tujuan, mungkin tujuan yang penting,” kata Stefen melanjutkan. “Dapatkah engkau menolong saya untuk mengetahui tujuan saya?”
“Ya. Untuk mengetahui tujuan kita adalah jalan yang paling besar untuk membuat penglihatan kita bertambah. Ini juga salah satu dari pertahanan kita melawan kekecilan hati yang menghancurkan penglihatan. Saya pikir bahwa tujuan utama saya disini adalah untuk menolongmu dan yang lain yang penglihatannya sedang dipulihkan untuk mengetahui tujuan-tujuan mereka. Tetapi pertama-tama kita perlu berbicara tentang sesuatu yang lebih penting.”

Harta Terpendam
Saat Stefen berbicara, saya dapat mendengar suara Hikmat, jadi saya tahu bahwa orang muda ini sudah diajar oleh Tuhan. Saya juga tahu bahwa dia tidak tahu nama Tuhan dan akan sulit percaya bahwa nama Hikmat adalah Yesus. Saya tahu bahwa saya memerlukan Hikmat untuk membagikan nama Hikmat. Saya berpikir tentang para rasul, para nabi, para penginjil, para gembala dan para guru yang dikatakan Hikmat akan saya jumpai ketika saya melewati pintu. Saya tidak pernah bermimpi bahwa saya akan bertemu mereka ditempat seperti ini. Saat saya melihat kearah kumpulan besar orang, saya merasakan HadiratNya. Dia ada bersama saya dan bahkan dalam penjara mengerikan yang suram ini, perasaan gembira saya mulai bangkit. Ini yang saya sudah siapkan, pikir saya sendiri.
“Stefen, apa yang kau lihat ketika engkau melihat kumpulan besar orang-orang itu?” Tanya saya.
“Saya melihat kebingungan, putus asa, kepahitan, kebencian dan kegelapan,” jawabnya.
“Benar,tetapi lihatlah lagi dengan mata hatimu. Gunakan penglihatanmu,”kata saya.
Dia melihat cukup lama dan kemudian berkata,“Sekarang saya melihat ladang sangat besar dengan harta karun terpendam didalamnya. Harta karun itu ada dimana-mana dan hampir dalam setiap bentuk.”
“Betul,” saya meresponi. “Ini juga sebuah pewahyuan dari tujuanmu. Engkau adalah pemburu harta karun. Beberapa jiwa paling besar pernah hidup terjebak disini dan engkau harus menemukan dan membebaskan mereka.”
“Tetapi bagaimana saya menemukan mereka dan bagaimana saya membebaskan mereka jika saya saja tidak bebas?”
“Engkau sudah tahu bagaimana menemukan mereka, tetapi benar bahwa engkau tidak dapat membebaskan mereka sampai engkau sendiri bebas. Ini pelajaran selanjutnya. Engkau harus ingat bahwa engkau akan selalu tahu tujuanmu dalam situasi apapun dengan melihat melalui mata hatimu. Apa yang kau lihat dari dalam hatimu akan selalu menyingkapkan tujuanmu.”
“Dengan inikah engkau tahu bahwa saya seorang pemburu harta karun?”
“Ya. Tetapi engkau harus bebas sebelum engkau dapat menjadi seperti apa kau diciptakan sejak semula. Mengapa engkau tidak melarikan diri melalui lobang-lobang dipagar itu?” Tanya saya.
“Ketika saya mulai melihat, saya melihat pagar-pagar dan tembok-tembok. Saya juga melihat lobang-lobang dipagar dan sudah melewatinya. Saat saya sampai di tembok, saya mencoba beberapa kali untuk menaikinya tetapi ketakutan akan ketinggian mengalahkan saya. Saya juga berpikir bahwa jika saya bisa mencapai tembok, saya akan ditembak.”
“Para penjaga juga tidak dapat melihat dengan jelas seperti yang kau kira,” jawab saya. “Mereka hampir sebuta orang-orang disini.”
Hal ini tampaknya mengejutkan Stefen, tetapi saya dapat menceritakan bahwa hal itu membuka matanya lebih lagi. “Dapatkah engkau melihat puncak dari tembok itu?” Tanya saya.
“Ya, saya dapat melihatnya dari sini.”
“Saya ingin engkau mengingat ini,” saya meneruskan. “Saya sekarang sudah dari banyak tempat. Sebut saja dunia yang berbeda, tempat yang berbeda, jika engkau ingin. Ada satu hal dasar yang benar yang saya temukan di setiap tempat dan engkau harus ingat ini di sepanjang hidupmu.”
“Apakah itu?”
“Engkau dapat selalu pergi sejauh mata melihat. Jika engkau dapat melihat dari puncak dinding, engkau dapat mencapainya. Ketika engkau mencapai puncak dinding, engkau akan mampu melihat lebih jauh dari yang engkau pernah lihat sebelumnya. Engkau harus tetap pergi sejauh yang kau dapat lihat. Jangan pernah berhenti sampai engkau dapat melihat yang jauh.”
“Saya mengerti,” jawab saya dengan cepat. “Tetapi saya masih takut untuk memanjat tembok, Itu sangat tinggi!Apakah aman?”
“Saya tidak akan berdusta padamu dan kukatakan bahwa itu aman tetapi saya tahu bahwa sangat lebih berbahaya jika tidak menaikinya. Jika engkau tidak menggunakan penglihatanmu dengan berjalan dengan apa yang kau lihat, maka engkau akan kehilangannya. Kemudian engkau akan binasa.”
“Bagaimana saya akan mencari harta karun diluar sana jika saya pergi?”
“Itu pertanyaan yang bagus, tapi juga seseorang yang menjaga banyak orang untuk memenuhi tujuan mereka. Saya hanya dapat mengatakan kepadamu sekarang bahwa engkau mempunyai perjalanan yang besar yang harus engkau selesaikan terlebih dulu. Pada akhir perjalananmu, engkau akan menemukan sebuah pintu yang membawamu kembali ke penjara ini, seperti yang saya temukan. Ketika engkau kembali, penglihatanmu akan sangat besar sehingga mereka tidak akan pernah dapat menjebak engkau disini lagi. Penglihatanmu akan cukup besar untuk melihat harta karun disini.”

BAB 8. Terang
Stefen berbalik dan melihat lagi kearah dinding. “Saya masih merasakan ketakutan yang besar,” dia meratap. “Saya tidak tahu apakah saya dapat melakukanya.”
“Engkau mempunyai penglihatan, tetapi kurang iman. Penglihatan dan iman harus bekerja bersama-sama,” katanya. “ada alasan mengapa imanmu lemah.”
“Tolong katakan pada saya apa itu!Apakah ada sesuatu yang akan membantu iman saya bertumbuh seperti bertambahnya penglihatan saya?”
“Ya. Iman datang dari pengenalan akan siapa Hikmat sebenarnya. Engkau harus tahu namaNya sebenarnya. Hanya dengan mengetahui namaNya akan memberikanmu iman yang cukup untuk mendaki tembok kebebasan. Lebih baik engkau mengetahui namaNya, maka semakin besar halangan dan tembok yang akan kau kalahkan dalam perjalananmu. Suatu hari engkau akan mengetahui NamaNya, cukup untuk memindahkan gunung apapun.”
“Siapakah NamaNya?” Stefen hampir memohon.
“NamaNya adalah Yesus.”
Stefen menunduk dan kemudian memandang keatas dengan rasa tidak percaya. Saya melihat saat dia berjuang antara hati dan pikirannya. Akhirnya dia melihat kearah saya lagi dan saya sangat lega melihat masih ada harapan di matanya. Saya tahu bahwa dia mendengarkannya dengan hati.
“Sudah saya duga,” katanya. “Kenyataannya, sepanjang waktu engkau berbicara, bgaimanapun saya tahu bahwa engkau akan mengatakan hal itu. Saya juga tahu bahwa engkau mengatakan kebenaran. Tetapi saya mempunyai beberapa pertanyaan. Dapatkah saya menanyakannya?”
“Tentu saja.”
“Saya tahu banyak orang menggunakan nama Yesus, tetapi mereka tidak bebas. Kenyataannya mereka adalah orang-orang yang paling terbelenggu disini yang saya tahu. Mengapa?”
“Pertanyaan yang bagus dan saya hanya dapat mengatakan apa yang sudah aku pelajari dalam perjalananku sndiri. Sayap pikir bahwa setiap kasus adalah berbeda tetapi ada banyak orang yang tahu namaNya tetapi tidak mengenalNya. Disamping mendekat padaNya dan diubahkan hanya dengan melihatNya seperti adanya Dia, mereka mencoba membuat Dia kedalam gambaran mereka. Mengetahui nama Yesus lebih dari hanya mengetahui bagaimana mengeja atau mengatakannya saja. Mengenal siapa Dia sebenarnya. Disinilah iman yang benar berasal.”
Saya masih dapat merasakan keraguan di mata Stefen, tetapi ini pertanda bagus- jenis keraguan yang ingin percaya lebih dari tidak percaya. Saya meneruskan.
“Ada banyak orang lain yang benar-benar mengasihi Yesus dan mulai mengenali Dia tetapi mereka tetap menjadi tawanan. Ada orang-orang yang membiarkan luka atau kesalahan dalam perjalananya membuat mereka mundur. Orang-orang ini sudah merasakan kebebasan, tetapi kembali ke penjara karena kekecewaan atau kegagalan. Engkau dapat dengan mudah mengenali mereka sebab mereka selalu berbicara masa yang lalu disamping masa yang akan datang. Jika mereka masih berjalan dalam penglihatan mereka, mereka tidak akan selalu menoleh kebelakang.”
“Saya sudah bertemu orang-orang seperti itu,” kata Stefen.
“Engkau harus mengerti sesuatu jika engkau ingin pertanyaan ini dijawab. Jika engkau memenuhi tujuan hidupmu, engkau tidak akan kecil hati atau mendorong orang lain yang menggunakan nama Yesus. Kita tidak dipanggil untuk menempatkan iman kita pada UmatNya, tetapi hanya kepada Dia. Bahkan jiwa-jiwa paling besarpun akan mengecewakan kita karena mereka masih manusia.
“Banyak orang yang seperti yang saya gambarkan juga dapat menjadi jiwa yang besar. Penglihatan dan iman dapat dipulihkan bahkan dalam orang-orang yang paling kecil hati dan kecewa. Sebagai pemburu harta karun, ini tugasmu. Kita tidak dapat menyia-nyiakan setiap manusia-mereka semua harta karun bagi Dia. Untuk benar-benar mengenal Dia dan berjalan dalam iman yang benar, engkau jangan menghakimi Dia melalui UmatNya, baik yang paling baik atau yang paling buruk.” Saya membagikan. “Saya berpikir bahwa Yesus adalah orang yang berkulit putih-Dia bahkan tidak memutihkan DiriSendiri! Tetapi Dia juga bukan Tuhan yang berkulit hitam. Dia menciptakan semua dan Dia adalah Tuhan atas segala sesuatu. Ketika engkau mulai melihat Dia sebagai Tuhan salah satu semua kelompok, maka engkau mengurangi siapa Dia dan engkau mengurangi penglihatanmu dengan besar.”

Iman dan Ketaatan
Saya melihat dengan diam saat Stefen berjuang dengan banyak hal dalam hatinya. Saya merasakan kehadiran Hikmat dan saya tahu bahwa Dia akan dapat menjelaskan segala sesuatu lebih baik dari saya. Akhirnya Stefen memandang saya, dengan sinar mata yang lebih cemerlang dari sebelumnya yang saya lihat.
“Saya tahu bahwa semua pertanyaan yang saya pergumulkan tidak berkaitan dengan siapa sebenarnya Yesus, tetapi siapa sebenarnya yang dikatakan orang-orang. Saya tahu bahwa apa yang kau katakan itu benar. Saya tahu bahwa Yesus adalah Satu-Satunya yang memberikan saya penglihatan dan Dia adalah Hikmat, saya harus menemukan siapa Dia sebenarnya untuk diri saya sendiri, saya harus mencari Dia, saya harus melayani Dia. Saya juga tahu bahwa dia mengirim engkau kesini untuk membantu saya memulai apa yang dilakukan.
“Hikmat ada disini sekarang” saya mulai. “Engkau mendengar Dia saat saya berbicara sama seperti saya mendengar Dia berbicara melalui engkau. Engkau sudah mengenal suaraNya. Dia adalah GuruMu. Dia akan berbicara padamu melalui banyak orang yang berbeda, seringkali melalui orang-orang yang tidak mengenal Dia. Cepatlah untuk mendengar dan taati apa yang Dia katakan. Iman dan ketaatan adalah sama. Engkau tidak mempunyai iman yang benar jika engkau tidak taat, dan jika engkau mempunyai iman yang benar maka engkau akan selalu taat.
“Engkau berkata bahwa engkau akan melayani Dia. Itu berarti bahwa engkau tidak lagi hidup untuk dirimu sendiri tapi untuk Dia. Dengan kehadiran Hikmat, engkau akan tahu perbedaan antara benar dan salah. Ketika engkau datang mengenali Dia, engkau juga akan mengerti apa itu kejahatan. Engkau harus menolak kejahatan yang sudah engkau perbuat dimasa lalu dan yang akan mencoba mengganggumu di masa yang akan datang.
“Engkau tidak dapat hidup seperti orang lain. Engkau dipanggil untuk menjadi prajurit salib. Ketika engkau memegang NamaNya dan Kebenaran akan Siapa Dia sebenarnya; ketika sinar besar datang kedalam matamu; ketika damai sejahtera dan kepuasan mulai membanjiri jiwamu seperti beberapa waktu yang lalu, memimpin dan mengajarmu, tetapi sekarang Dia hidup didalammu. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Tetapi Dia bukanlah hambamu melainkan engkaulah HambaNya.”
“Saya merasakan Dia,” Stefen mengakui. “Tetapi bagaimana saya sangat ingin melihat Dia lagi!”
“Engkau dapat melihatNya melalui mata hatimu setiap saat. Ini juga adalah panggilanmu-untuk melihat Dia dengan jelas dan mengikuti Dia dari dekat. Untuk itulah perjalanan diperlukan. Pada perjalananmu, engkau akan belajar tentang NamaNya dan kuasa dari salib. Ketika engkau dilatih, engkau akan kembali kesini dengan kuasa itu dan engkau akan membantu membebaskan banyak tawanan disini.”
“Maukah engkau tetap disini?”
“saya tidak tahu. Seringkali saya mempunyai pekerjaan disini dan yang lain membantu orang lain dalam perjalanan mereka. Mungkin saya dapat bertemu denganmu lagi disana dimana engkau akan pergi. Saya juga masih berada dalam perjalanan saya. Ini adalah bagian dari perjalanan saya. Pada perjalananmu, akan ada banyak pintu yang harus kau lalui. Engkau tidak akan pernah tahu dimana pintu itu menuju. Beberapa pintu itu mungkin akan membawamu kembali kesini. Beberapa pintu mungkin akan membawamu ke hutan belantara yang harus kau lalui. Beberapa pintu menuju ke pengalaman surga yang mulia, dan sangat menggoda untuk selalu melihat ke pintu-pintu itu, tetapi mereka tidak selalu menjadi yang kita perlukan untuk memenuhi tujuan kita. Jangan memilih pintu hanya karena penampilan tetapi selalu bertanyalah pada Hikmat untuk membantumu.”
Stefen melemparkan pandangannya ke tembok. Saya melihat sebuah senyum tersungging.
“Saya dapat memanjat tembok itu sekarang,” katanya. “Bahkan saya mencari tantangan yang akan datang. Harus saya akui bahwa saya masih merasa takut tetapi itu bukan masalah. Saya tahu bahwa saya dapat memanjatnya dan saya tidak dapat menunggu untuk melihat apa yang ada dibelakangnya. Saya tahu bahwa saya bebas. Saya tidak lagi seorang tawanan!” Saya berjalan dengan Stefen ke pagar pertama. Dia sangat terkejut menemukan bahwa tidak hanya ada lobang disana tetapi dimanapun disentuh, pagar itu akan terpisah dan membuat lobang lain.
“Dari apa pagar ini dibuat?” tanyanya.
Saya menjelaskan “Setiap waktu seseorang melarikan diri, sebuah lobang dibuat untuk yang lain agar bisa dilewati. Engkau dapat melewati lobang itu baik yang sudah ada maupun engkau buat sendiri.”
Stefen memilih tempat yang tebal dengan kabel listrik, merentangkan tangannya dan berjalan melewatinya, membuka lobang besar saat dia masuk. Saya tahu bahwa suatu hari dia akan kembali kesini dan membawa banyak orang keluar lewat lobang yang sekarang dia buat. Melihatnya saya merasakan sukacita. Saya merasakan kehadiran Hikmat lebih kuat dari yang saya tahu saya lihat Dia berbalik arah. Saya melakukannya dan saya benar. Sukacita besar saya alami tampak di WajahNya juga.

Kebebasan:
Saat saya berdiri disamping Hikmat melihat Stefen melalui pagar, dia memanggil, “Dari apa pagar ini dibuat?”
“Ketakutan.”
Saya melihat Stefen berhenti dan melihat tembok. Itu sangat besar. Banyak orang tidak pernah melalui pagar dan saya tahu ini tes yang penting untuk Stefen.
Tanpa menoleh kembali, dia berteriak, “Maukah engkau membantuku memanjatnya?”
“Saya tidak dapat membantumu,” kata saya. “Jika saya mencoba membantumu, itu hanya akan membuatmu dua kali lebih lama dan lebih berat. Untuk mengalahkan ketakutanmu, engkau harus menghadapinya sendiri.”
“Semakin saya melihat keatas tampaknya semakin parah,”saya dengar Stefen berbicara sendiri.
“Stefen, engkau membuat kesalahan pertama.”
“Apa yans saya lakukan?” jeritanya dengan penuh ketakutan.
“Engkau berhenti.”
“Apa yang saya lakukan sekarang?Saya merasa seperti kaki-kaki saya sangat berat untuk bergerak.”
“Lihatlah pada lobang yang kau buat di pagar,” kata saya. “Sekarang lihatlah puncak tembok dan mulailah berjalan. Ketika engkau mencapai tembok itu, tetaplah berjalan. Jangan berhenti untuk istirahat. Tidak ada tempat istirahat yang dapat ditemukan dengan bergantung di sisi tembok, jadi teruslah naik sampai engkau mencapai puncak.”
Saya merasa lega, dia mulai maju kembali. Dia bergerak lambat, tetpai dia bergerak. Ketika dia sampai pada tembok, dia mulai naik, lambat tapi pasti. Ketika saya tahu bahwa dia akan berhasil, saya pergi ke tembok dan dengan cepat memanjatnya sehingga saya dapat menjumpai dia di sisi yang lainnya.
Saya tahu Stefen akan haus, jadi saya menunggu dia disamping sebuah aliran air. Ketika dia sampai disana, dia sedikit terkejut melihat saya tetapi sangat senang. Saya sangat terkejut melihat perubahan pada dia. Tidak hanya matanya bersinar lebih cemerlang dan lebih jelas dari sebelumnya, tetapi dia juga berjalan dengan keyakinan dan keanggunan yang mengagumkan. Saya melihat dia sebagai seorang prajurit salib tetapi saya tidak melihat dia sebagai seorang pangeran besar seperti siapa panggilannya.
“Ceritakan pada saya,” kata saya.
“Sangat sulit untuk mulai berjalan lagi dan kemudian terus berjalan. Saya tahu jika saya berhenti, maka akan sulit untuk mulai berjalan kembali. Saya memikirkan seseorang yang engkau ceritakan padaku, seseorang yang tahu nama Tuhan tetapi tidak pernah menaiki tembok ini berjalan dalam iman dalam NamaNya. Saya tahu bahwa saya dapat menjadi salah satu dari mereka. Saya memutuskan bahwa jika saya jatuh, saya lebih baik mati daripada tinggal dalam penjara. Lebih baik daripada tidak melihat apa yang ada disebelah lain dan tidak memulai perjalanan panggilan saya. Sangat sulit, bahkan lebih sulit dari yang saya pikirkan tetapi sangat berharga.”
“Sini, minumlah dari aliran ini. Engkau akan menemukan bahwa semua air dan makanan yang kau perlukan dalam perjalananmu. Dimanapun engkau memerlukan makanan dan minuman, engkau akan menemukannya. Biarkan lapar dan haus tetap membuatmu bergerak. Ketika engkau menemukan makanan dan minuman, istirahatlah selama makanan dan minuman itu masih ada dan kemudian pergilah.”
Dia segera minum dan berdiri, khawatir untuk bergerak.
“Saya tidak akan melihat engkau lagi untuk beberapa saat, jadi ada banyak hal yang harus saya katakan sekarang yang akan membantumu dalam perjalanan.”
Stefen melihat pada saya dan matanya yang cemerlang sangat indah. Orang-orang yang mengenal belenggu paling kuat akan sangat mengasihi kebebasan, pikir saya. Saya mengarahkan pandangnya ke gunung tertinggi yang dapat kami lihat.
“sekarang engkau harus mendaki gunung itu. Saat engkau berada di puncak, lihatlah sejauh mata memandang. Tandai dengan baik apa yang kau lihat dan carilah jalan yang akan membimbingmu ketempatmu pergi. Buatlah peta dalam pikiranmu. Itulah tempat dimana engkau dipanggil untuk pergi.” “Saya mengerti,” dia menjawab. “Tetapi apakah dapat terlihat dari salah satu gunung yang paling rendah itu? Saya tidak lagi takut unutk mendaki tetapi saya cemas dengan perjalanan ini.”
“Engkau dapat melihat banyak tempat dari gunung-gunung yang rendah itu dan mencapai tempat-tempat lain dengan lebih cepat. Engkau dapat memilih untuk melakukannya. Membutuhkan waktu yang cukup lama dan lebih sulit untuk mendaki gunung tinggi itu tetapi dari sana engkau dapat melihat lebih jauh dan melihat sesuatu lebih besar. Perjalanan dari gunung tinggi juga akan lebih sulit dan membutuhkan waktu lama. Engkau bebas dan engkau dapat memilih perjalanan ini.”
“Engkau selalu memilih gunung paling tinggi, bukan?” Tanya Stefen.
“Saya tahu sekarang bahwa itu adalah yang terbaik tetapi saya tidak dapat mengatakan bahwa saya selalu memilih gunung yang tertinggi. Seringkali saya memilih yang paling mudah, jalan paling cepat dan saya selalu menyesal telah melakukannya. Sekarag saya percaya bahwa itu adalah hikmat untuk selalu memilih gunung paling tinggi untuk didaki. Saya tahu bahwa harta karun terbesar adalah mengatasi ketakutan yang amat sangat. Sekaranglah waktunya engkau berjalan dalam iman besar.”
“Saya tahu bahwa apa yang engkau katakan itu benar dan saya tahu dalam hati bahwa saya harus mendaki gunung paling tinggi itu sekarang atau saya akan selalu memilih yang kecil dari yang saya punya. Saya hanya cemas untuk pergi dan tiba pada tujuan saya.” “Iman dan kesabaran berjalan bersama-sama,” saya meresponi. “Ketidaksabaran merupakan wujud dari iman yang kurang. Ketidaksabaran tidak akan pernah membimbingmu tujuan paling tinggi Tuhan. Baik dapat menjadi musuh paling besar dari paling baik. Sekarag waktunya utnuk menentukan bentuk kehidupanmu dengan selalu memilih yang paling tinggi dan yang paling baik. Inilah jalan untuk tetap dekat dengan Hikmat.”
“Apa lagi yang harus kau katakan sebelum saya pergi?” Stefen bertanya sambil duduk diatas sebuah batu, dengan bijaksana memilih untuk sabar dan menerima semua yang dia butuhkan sebelum dia pergi. Saya pikir bahwa dia sudah mengenal Hikmat lebih baik dari saya.

Sebuah Peringatan
“Ada hikmat lain yang bukan Hikmat Tuhan dan ada yang lain yang memanggil dirinya sendiri “Hikmat”. Dia bukanlah Hikmat, dia adalah musuh kita. Dia dapat sulit mengenali karena dia mencoba tampil sama seperti Hikmat dan dia sangat bagus menirunya. Dia muncul sebagai malaikat terang dan biasanya membawa kebenaran. Dia akan berwujud kebenaran dan dia memiliki hikmat dan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi saya untuk membedakan Kebenaran dan Hikmat. Saya sudah belajar apa saya masih dapat dibodohi olehnya jika dalam sesaat saja saya mulai berpikir saya tidak dapat melakukan. Hikmat sudah mengatakan bahwa Dia tidak akan pernah dapat mengakali musuh kita ini- pertahanan kita adalah pertama mengenalinya kemudian melawannya.”
Mata Stefen terbuka lebar sama seperti saat dia “mengetahui” pandangan mencari dia. “Saya tahu siapa yang kau katakan!”katanya.
“saya bertemu banyak orang dipenjara yang mengikuti orang itu. Mereka selalu membicarakan tentang hikmat yang lebih, pengetahuan yang lebih tinggi. Mereka selalu tampak anggun, adil tetapi mereka curang. Kapanpun saya mengatakan mereka tentang Hikmat, mereka berkata bahwa mereka juga tahu “Hikmat”, dan dia adalah “pembimbing pribadi’ mereka. Bagaimanapun, ketika saya mendengarkan mereka, saya tidak merasakan kalau saya dituntun kearah kebebasan yang mereka katakan, tetapi saya merasa bahwa belenggu di penjara semakin kuat. Saya hanya merasakan kegelapan melingkupi mereka tidak seperti terang yang saya rasakan jika saya berbicara dengan Hikmat. Saya tahu bahwa mereka tidaklah sama.”
“Hikmat yang sejati adalah Yesus. Engkau tahu itu sekarang. Hikmat sejati adalah mencari Dia. Hikmat apapun yang tidak membimbingmu kepada Yesus adalah hikmat yang palsu. Yesus akan selalu membebaskanmu. “Hikmat” yang palsu akan membimbingmu pada belenggu. Bagaimanapun, kebenaran sejati sering terlihat seperti belenggu awalnya dan belenggu tampak seperti kebebasan awalnya.”
“Ini tidak akan mudah bukan?” Stefen meratap.
“Tidak. Ini tidak akan mudah dan tidak seharusnya seperti itu. Kecurigaan tidak sama dengan ketajaman yang sejati, tetapi jika engkau mencurigai sesuatu, curigailah yang tampaknya mudah. Saya belum menemukan “yang muda” melalui setiap pintu atau setiap jalan yang tampaknya benar. Mengambil jalan yang mudah pasti menuju jalan yang salah. Engkau dipanggil sebagai seorang prajurit dan engkau akan berperang. Saat ini seluruh dunia berada dalam kuasa “hikmat” yang palsu dan engkau harus mengalahkan dunia untuk memenuhi tujuan hidupmu.”
“Saya sudah melakukan banyak hal yang sulit dari yang pernah saya lakukan,” kata Stefen merefleksikan. “Tetapi engkau benar- sangat sulit tetapi sangat berharga. Saya tidak pernah mengenal sukacita, kepuasan, pengharapan. Kebebasan sangat sulit. Sangat sulit bagi saya memilih gunung mana yang harus saya daki. Kembali kesana, saya tahu bahwa saya dapat memilih untuk tidak menaiki tembok-tembok itu. Saya merasakan seperti ketakutanlah yang membuat tembok didalam saya. Tetapi setelah saya mengambil pilihan itu, saya tahu saya akan mencapai puncak. Tapi apakah itu menjadi lebih mudah?”
“Tidak, tetapi bagaimanapun “sulit” harus lebih dipenuhi. Tidak akan ada kemenangan tanpa peperangan dan peperangan lebih besar akan ada kemenangan yang lebih besar. Semakin besar kemenangan yang kau alami, engkau semakin melihat kesempatan untuk perang dan engkau akan bangkit semakin tinggi untuk menghadapi yang lebih besar. Yang membuatnya mudah adalah Tuhan selalau membimbing kita kepada kemenangan. Jika engkau tinggal dekat denganNya, engkau tidak akan pernah gagal. Setelah setiap peperangan, setiap pencobaan, engkau akan semakin dekat denganNya dan engkau mengenalNya dengan lebih baik.”
“Apakah saya akan selalu merasakan kegelapan jika “hikmat” palsu mencoba menyesatkan saya?”
“Saya tidak tahu. Saya tahu bahwa kegelapan datang jika kita tertipu untuk mencari diri sendiri. Saat dia menipu manusia pertama dengan makan buah dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, hal pertama yang mereka lihat adalah diri mereka sendiri. Sekali “Hikmat” palsu dapat membuat kita memusatkan diri sendiri dan pasti jatuh dalam belenggu. Penipu itu selalu mencoba untuk membuatmu mencari diri sendiri. Panggilan untuk memenuhi tujuan hidup kita bukan demi kita tetapi demi Tuhan dan demi UmatNya.”
“apakah setiap orang pernah memenuhi tujuan hidupnya tanpa ditipu?”
“Tidak, saya rasa. Sekalipun Rasul Paulus yang besarpun mengakui pernah dibodohi setan. Petrus dijebak beberapa kali yang tercatat di Alkitab dan kita tidak tahu berapa banyak lagi yang tidak ditulis. Tetapi jangan terlalu memikirkan tentang ditipu. Sebenarnya itu adalah jebakan paling besar. Dia membelokkan banyak orang dengan ketakutan dalam kuasa untuk menipu daripada untuk beriman kepada kuasa Roh Kudus yang membimbing mereka ke semua kebenaran. Orang-orang yang jatuh kedalam jebakan ini tidak hanya jatuh dalam belenggu ketakutan yang semkain besar, tetapi mereka akan menyerang setiap orang yang berjalan dalam kebebasan yang berasal dari iman. Saya yakin bahwa engkau tidak akan mencapai puncak gunung sebelum mereka menghadangmu.”
“Dan apakah mereka tahu nama Yesus?” Tanya Stefen sedikit bingung. “Mereka harus tahu NamaNya untuk dapat mencapai tembok dan pergi lebih jauh. Saya maksud, apakah mereka benar-benar tidak tahu NamaNya sekali saja?”
“Saya yakin mereka tahu. Tetapi berdirilah dan lihatlah keseluruh lembah yang didepan dan mengitari setiap gunung. Apa yang kau lihat?”
“Tampaknya seperti penjara-penjara kecil. Tampaknya ada banyak orang berasal dari tempat saya keluar!”
“Itulah mengapa saya tekejut ketika engkau mengatakan bahwa Hikmat mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya penjara, tetapi setelah saya berada disana untuk beberapa saya, saya mengerti apa yang Dia maksudkan. Lihatlah pada tembok–tembok yang tinggi. Lihatlah pagar-pagarnya. Mereka semuanya sama. Jika engkau tertangkap dalam perjalanan, engkau tidak akan dibawa kembali kemari. Mereka tahu bahwa engkau akan memilih kematian daripada kembali kesana, tetapi mereka akan membawamu ke penjara-penjara yang lain. Ketika engkau mendekati mereka, sangatlah sulit melihat bahwa itu adalah penjara-penjara dari luar, tetapi didalam semuanya sama dengan orang-orang yang terbagi dan terpenjara karena ketakutan mereka.”
“Saya senang engkau menunjukkannya pada saya,” Stefen menawarkan. “Saya bahkan tidak melihat penjara-penjara ketika saya melihat dari puncak tembok atau ketika saya melihat kearah gunung yang akan saya daki. Dan apakah kau pikir saya akan sering disergap oleh orang-orang yang mencoba menawan saya dan memasukkan ke salah satu penjara itu? Dan apakah orang-orang ini menggunakan nama Yesus?”
“Tuhan, Dia sendirilah yang memperingatkan dalam Kitab Suci bahwa di hari-hari akhir akan ada banyak orang datang dalam NamaNya, menyatakan bahwa Dia adalah Kristus dan mereka akan menipu banyak orang. Percayalah pada saya, ada banyak orang seperti itu dan saya tidak percaya bahwa sebagian besar mereka tahu kalau mereka adalah penyesat-penyesat. Saya dapat mengatakan kepadamu sifat yang saya lihat dari mereka yang saya temui-mereka berhenti selagi dalam perjalanan, berhenti sesaat dalam tujuan hidup mereka. Membutuhkan iman untuk terus pergi dan mereka memilih mengikuti ketakutan lebih dari iman. Mereka mulai berpikir bahwa ketakutan adalah iman dan sebenarnya melihat dinding-dinding ketakutan melingkupi penjara-penjara sebagai benteng kebenaran. Ketakutan akan melalukan hal itu pada visimu dan engkau dapat mulai melihat benteng dengan cara lain. Hanya sedikit dari orang-orang ini yang tidak jujur. Mereka tulus hati tetapi mereka ditipu oleh tipuan paling kuat yaitu ketakutan akan sesat.”
“Apakah saya harus berperang melawannya?”
“Saya mengerti pertanyaanmu dan seringkali bertanya soal itu pada diri saya sendiri. Mereka itu menghancurkan iman banyak orang dan membuat kerusakan kepada tempat tinggal lebih dari semua pemujaan dan sekte yang dikombinasikan. Ada suatu waktu jika semua batu sandungan ini akan dihancurkan tetapi sekarang, semuanya itu ada dengan tujuan membuat perjalanan semakin sulit.”
“Hikmat menginginkan ini lebih sulit? Ini saja sudah sangat sulit untuk memerangi ketakutan sendiri. Mengapa Dia ingin membuatnya lebih sulit dengan membuat kita memerangi orang-orang yang takut itu?”
“Tepatnya kerjakan ini sama mudah atau sama sulit yang Dia inginkan. Ini adalah perjalanan sementara yang digunakan untuk mmpersiapkan orang-orang yang akan memerintah bersama dengan Dia di masa mendatang sebagai anak laki-laki dan anak perempuan dari Yang Paling Tinggi untuk selamanya. Setiap pencobaan bertujuan untuk mengubah kita menjadi Segambaran dengan Dia. Satu hal yang pertama harus kita pelajari dalam perjalanan ini adalah jangan menyia-nyiakan setiap pencobaan tetapi raihlah itu sebagai kesempatan. Jika jalanmu lebih sulit ini karena tingginya panggilanmu.”

Perlunya Disiplin
“Banyak orang dipanggil, tetapi hanya sedikit yang dipilih. Banyak orang akan datang dalam perjamuan kawin, tetapi hanya sedikit yang menjadi mempelainya.”
Kami berbalik melihat Hikmat berdiri dibelakang kami. Dia muncul sebagai atlit muda yang dikenal Stefen.
“Larilah pada pertandingan didepanmu dan hadiahnya akan lebih besar dari yang dapat kamu mengerti saat ini. Engkau tahu disiplin yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pertandingan. Sekarang disiplinkanlah dirimu sendiri untuk kebenaran. Aku sudah memanggil semua yang bertanding, tetapi hanya sedikit yang berlari untuk menang. Disiplinkah dirimu sendiri untuk menang.”
Kemudian Dia pergi.
“Mengapa Dia pergi?” Tanya Stephen.
“Dia mengatakan semua yang dibutuhkan saat ini. Dia berbicara kepadamu tentang disiplin. Saya ambil itu sebagai kata-kata yang penting untukmu saat ini.”
“Disiplin. Saya benci kata-kata itu!”
“Dia berbicara kepadamu tentang pertandingan.Apakah engkau pelari?”
“Ya, saya berlari sangat cepat. Saya selalu menjadi yang tercepat disekolah saya dan bahkan ditawari beasiswa untuk universitas yang besar.”
“Saya tahu engkau tidak menerimanya.”
“Tidak, saya menerimanya.”
“Apakah ini karena kurangnya kedisiplinanmu sehingga tidak kuliah?”
“Bukan!Itu karena...” Ada kediaman yang lama saat Stefen menunduk. “Ya, mungkin itu.”
“Jangan khawatir sekarang. Engkau harus mengerti sesuatu. Paling banyak orang berpotensi paling baik dalam setiap ladang atau pekerjaan tetapi tidak pernah mencapai yang tinggi karena kurangnya satu hal – kedisplinan. Apa yang kau lakukan sekarang lebih penting dari berlari atau kuliah. Cukup jelas bahwa disiplin merupakan kelemahanmu dan itu sudah kau bayar tetapi Kristus dalam semuanya menjadikan baru. Dalam Dia segala sesuatu yang menjadi kelemahanmu yang paling besar dapat menjadi kekuatanmu yang paling besar. Sekarang engkau adalah muridNya. Yang berarti engkau menjadi “seorang yang disiplin”
“Saya tahu bahwa engkau mengatakan yang sebenarnya dan saya tahu bahwa ini adalah pertandingan yang saya ingin menang.”
“Apakah kau lihat jalan yang menuju puncak gunung?”
“Ya.”
“Jalan itu disebut Disiplin. Tetaplah disana jika engkau ingin mencapai puncak.”


Bab 10. Pasukan
Tiba-tiba, saya berdiri di sebuah gunung tinggi melihat dataran luas. Dibelakang saya, ada sebuah pasukan berbaris lebar menyamping. Ada 12 divisi dalam barisan depan yang berdiri jelas dari kumpulan para prajurit besar ini mengikuti dibelakang mereka. Divisi-divisi ini kemudian dibagi menjadi resimen, batalyon, rombongan dan regu. Divisi-divisi ini dikenal dari panji-panji mereka dan resimen dikenal dari seragam yang berwarna-warni.
Batalyon, rombongan dan regu dikenal dari selempang dan tanda pangkat yang dikenakan setiap kelompok berbeda. Semua mengenakan baju zirah yang berwarna perak, perisai yang tampak seperti emas murni dan senjata-senjata mereka dari perak dan emas. Panji-panji itu sangat besar, 30- 40 kaki panjangnya. Saat para prajurit berbaris, baju zirah dan senjata mereka bersinar terkena sinar matahari dan kibaran panji dan suara langkah kaki mereka seperti guruh yang berputar. Saya tidak berpikir bahwa bumi akan menyaksikan hal seperti ini sebelumnya.
Kemudian saya menjadi sangat dekat untuk melihat wajah mereka-laki-laki dan perempuan, tua dan muda dari setiap ras. Ada ketetapan hati yang dahsyat terpancar dari wajah-wajah mereka, tetapi mereka tampak tidak tegang. Perang sudah ada di udara tetapi dalam ketinggian saya dapat merasakan suatu damai sejahtera yang saya tahu bahwa tidak ada satupun yang menakutkan dari medan perang tempat mereka berbaris menuju. Atmosfer rohani yang saya rasakan ketika mendekati mereka sangat luar biasa sama seperti penampilan mereka.
Saya melihat seragam mereka. Warna-warnanya sangat indah. Setiap prajurit mengenakan lencana pangkat dan medali. Para jendral dan prajurit berpangkat tinggi lainnya berbaris bersama yang lain. Sekalipun jelas bahwa orang-orang yang berpangkat tinggi ada bersama mereka, tidak ada seorangpun yang berlebihan akan pangkatnya. Dari prajurit dengan pangkat tertinggi ke yang paling rendah, semuanya seperti teman dekat. Itu adalah pasukan yang tampaknya belum pernah ada disiplin, mereka tampak sebagai satu keluarga besar.
Saat saya mempelajari mereka, mereka tampak tidak mementingkan diri sendiri-bukan karena kehilangan identitas tetapi karena mereka sangat yakin akan siapa mereka dan apa yang akan mereka lakukan. Mereka tidak ditelan oleh diri mereka sendiri atau mencari pengenalan. Saya tidak dapat mendeteksi ambisi atau kebanggaan disetiap tempat di setiap pangkat. Sangat menggoncangkan melihat begitu banyak orang yang unik dalam satu harmonisasi dan berbaris menuju tangga yang sempurna. Saya yakin bahwa tidak akan pernah ada pasukan seperti ini dibumi.
Kemudian saya berada dibelakang divisi depan yang tampaknya kelompok lebih besar terdiri dari ratusan divisi. Setiap divisi berbeda ukuran dengan sekitar 2 ribu dan yang paling besar ratusan ribu. Sekalipun kelompok ini tidak sejelas dan sewarna-warni yang pertama, ini juga pasukan yang luarbiasa hanya karena ukurannya. Kelompok ini juga memiliki panji-panji tetapi tidak sebesar dan seimpresif kelompok yang pertama. Mereka semua memakai seragam dan memiliki pangkat tetapi saya terkejut bahwa banyak dari mereka yang bahwa tidak memiliki baju zirah yang lengkap dan banyak orang tidak mempunyai senjata. Baju zirah dan senjata mereka tidak berkilap dan bersinar seperti kelompok yang pertama.
Saat saya melihat lebih jelas pada pangkat-pangkat ini, saya dapat melihat bahwa mereka semua diputuskan dan mempunyai tujuan, tetapi mereka tidak mempunyai fokus seperti kelompok yang pertama. Kelompok ini tampaknya lebih sadar akan pangkat mereka sendiri dan pangkat-pangkat disekitar mereka. Saya merasakan ada gangguan yang merintangi fokus mereka. Saya juga dapat merasakan ambisi dan kecemburuan dalam pangkat, yang akan menuju pada gangguan berikutnya. Meski demikian, saya merasakan bahwa divisi kedua ini masih pada tahap lebih tinggi ketaatan dan tujuannya dari pasukan apapun di bumi. Ini juga adalah pasukan yang sangat kuat. Dibelakang pasukan kedua, ada pasukan ketiga yang berbaris sangat jauh dibelakang kedua pasukan sehingga saya tidak yakin mereka dapat melihat kelompok-kelompok yang ada didepan mereka. Kelompok ini lebih besar berkali-kali lipat dari yang gabungan pasukan yang pertama dan kedua, tampaknya terdiri dari jutaan dan jutaan orang. Saat saya melihat dari kejauhan, pasukan ini bergerak dalam arah yang berbeda seperti kawanan besar burung-burung, menyapu satu halaman dan kemudian selanjutnya, tidak pernah bergerak dalam arah yang lurus untuk waktu yang lama. Karena gerakan yang aneh ini, membuat mereka semakin jauh dan semakin jauh dari kedua pasukan didepan.
Saat saya mendekat, saya melihat para prajurit ini compang camping, seragam abu-abu pudar yang tidak dibersihkan atau disetrika. Hampir setiap orang berdarah dan terluka. Sedikit orang yang berbaris tetapi paling banyak mereka berjalan dalam arah yang umum menurut yang lainnya. Perjuangan secara konstan mematahkan pangkat-pangkat mereka dan menyebabkan banyak orang terluka. Beberapa prajurit mencoba untuk tetap dekat dengan jumbai panji yang berkibar diantara pangkat-pangkat. Meski demikian, tidak satupun yang dekat dengan panji-panji itu mempunyai identitas yang jelas karena mereka lari dari satu panji ke panji yang lainnya.
Dalam pasukan ketiga ini, saya terkejut hanya ada 2 pangkat-jendral dan pribadi. Hanya sedikit yang mengenakan baju zirah dan saya tidak melihat senjata apapun kecuali senjata tiruan yang dibawa jendral-jendral. Jendral-jendral ini memamerkan senjata-senjata tiruan ini seakan-akan itu membuat para pejabat spesial, tetapi bahkan setiap orang dalam pangkat itu dapat mengatakan bahwa senjata itu imitasi. Hal ini menyedihkan karena sangat jelas orang-orang yang dipangkat itu ingin menemukan seseorang yang nyata yang ingin mereka ikuti.
Tampaknya tidak ada ambisi diantara para jendral.Ini bukan karena tidak mementingkan diri sendiri seperti dalam pasukan pertama atau karena tidak perhatian. Saya pikir paling tidak ambisi yang tampak di pasukan kedua lebih baik daripada kebingungan yang ada di kelompok ini. Jendral-jendral disini tampaknya lebih sungguh-sungguh berbicara tentang diri mereka sendiri dan memerangi satu dan yang lainnya, yang sedang dilakukan kelompok-kelompok kecil sekitar panji-panji. Kemudian saya dapat melihat bahwa perang didalam pangkat itu sendiri karena penyapuan besar-besaran, perubah arah tak menentu dari waktu ke waktu.
Saat saya melihat kepada jutaan orang di kelompok terakhir, saya merasakan bahwa dengan jumlah mereka yang sangat besar, mereka sebenarnya tidak benar-benar memperkuat pasukan tetapi malah melemahkannya. Dalam perang yang sebenarnya, mereka akan lebih menjadi penyakit daripada menjadi asset. Hanya dengan menopang mereka dengan makanan dan perlindungan akan membayar harga yang mahal lebih dari nilai yang memampukan mereka untuk berperang. Saya pikir sebuah kelompok dalam kelompok pertama atau kedua akan sangat berarti daripada banyak jendral dari kelompok ketiga. Saya tidak dapat mengerti mengapa kelompok pertama membiarkan kelompok ini mengekor dibelakang mereka. Jelas mereka bukan prajurit sejati.

Hikmat dari Zippora
Tiba-tiba saya berada di sebuah gunung dimana saya dapat melihat seluruh pasukan. Saat saya mengawasi, saya melihat dataran yang kering dan berdebu didepan pasukan, tetapi secepat mungkin setelah 12 divisi pertama lewat, bumi menjadi gelap kehijauan, dengan bayangan pohon-pohon yang berbuah dan aliran air murni mengalir disepanjang daratan. Pasukan ini memulihkan bumi. Saya pikir betapa berbedanya ini, apa yang akan terjadi kalau pasukan dari dunia yang akan melewati dataran ini. Mereka akan menjarah ternak dan buah yang ada di dataran sepanjang yang mereka lalui sampai gundul.
Saya melihat saat divisi kedua melewati dataran ini. Mereka meninggalkan jembatan-jembatan dan banyak bangungan, tetapi tanahnya tidak terbentuk dengan baik seperti yang mereka lewati sebelumnya. Rumput-rumputnya tidak menghijau, aliran-aliran air itu berlumpur dan banyak buah yang diambil.
Kemudian saya melihat saat kelompok ketiga lewat. Rumputnya hilang atau diinjak-injak ke bumi sehingga tidak terlihat. Sedikit pohon yang tersisa digunduli. Aliran-aliran air sungai dipolusi. Jembatan-jembatan patah dan tidak bisa dilewati. Bangunan-bangunan ditinggalkan berantakan. Tampaknya kelompok ini sudah menghabiskan semua kebaikan yang dilakukan kelompok satu dan dua. Saat saya melihat mereka. Kemarahan saya muncul.
Saya merasakan Hikmat berdiri disamping saya. Dia tidak mengatakan apapun untuk waktu yang lama, tetapi saya juga merasakan KemarahanNya.
“Mementingkan diri sendiri, menghancurkan,” kata Dia akhirnya. “Aku datang untuk memberikan hidup dan hidup secara berkelimpahan. Bahkan ketika PasukanKu sudah dewasa, ada banyak orang yang memanggil namaKu dan mengikuti orang-orang yang mengikuti Aku, tetapi mereka tidak mengenalKu atau berjalan dalam JalanKu. Mereka menghancurkan buah-buah yang dihasilkan mereka yang mengikuti Aku. Karena ini, dunia tidak tahu apakah akan menganggap UmatKu berkat atau kutuk.”
Saat Hikmat mengatakan ini, saya merasakan panas yang naik dariNya, intentisitasnya sampai terasa menyakitkan sehingga sulit bagi saya mengkonsentrasikan apa yang Dia katakan. Meski demikian, saya tahu bahwa saya merasakan apa yang Dia rasakan dan itu adalah bagian yang penting dari pesan yang harus Dia sampaikan pada saya. Rasa sakit itu adalah gabungan dari kasih akan bumi dan kemarahan atas mementingkan diri sendiri dalam pasukan ini. Kedua perasaan ini sangat kuat sehingga saya merasakannya seolah-olah perasaan itu dicapkan kepada saya.
Saat kemarahan Tuhan semakin meningkat, saya merasakan bahwa Dia mungkin akan menghancurkan seluruh pasukan. Kemudian saya teringat bagaimana Tuhan bertemu dengan Musa dalam perjalanannya ke Mesir dalam ketaatanNya dengan Tuhan. Tuhan akan membuatnya mati sampai istri Musa, Zippora menyunat anak mereka. Saya tidak pernah mengerti hal itu sampai sekarang. Sebab penyunatan berbicara tentang penghilangan kedagingan atau sifat jasmani, insiden dengan Musa seperti sebuah nubuatan yang membayangi dosa Elia, seorang imam, yang mengutuk dirinya sendiri dan menyerah pada Israel karena dia gagal mendisiplinkan anak-anaknya.
“Tuhan, bangkitkan mereka dengan hikmat Zippora!” saya menangis menjerit.
Pembakaran itu terus dan sebuah keyakinan dalam pada saya untuk datang kepada para pemimpin dari pasukan-pasukan besar itu dan menceritakan kepada mereka cerita tentang Zippora dan setiap orang dalam pasukan Tuhan harus menyunatkan hati mereka. Sifat jasmani harus dibuang. Saya tahu jika saya berjalan lebih jauh sebelum ini berakhir, seluruh pasukan berada dalam bahaya kehancuran oleh Tuhan Sendiri, sama seperti Dia hampir membunuh Musa ketika dia kembali ke Mesir.
Kemudian saya berdiri di Ruang Pengadilan didepan Kursi Pengadilan Tuhan. Tuhan masih muncul sebagai Hikmat, tetapi saya tidak pernah melihat Dia lebih dahsyat, galak, ataupun Kata-KataNya yang semakin berat.
“Engkau sudah melihat pasukan ini didalam hatimu setiap waktu. Para pemimpin yang Aku tunjuk sekarang harus memimpin pasukan ini. Aku mengirimkanmu kepada banyak para pemimpin ini. Apa yang akan engkau katakan pada mereka?”
“Tuhan, ini adalah pasukan yang besar, tetapi saya masih bersedih dengan kondisi kelompok ketiga. Saya tidak mengerti mengapa mereka diijinkan untuk berpura-pura menjadi bagian dari PasukanMu. Saya ingin mengatakan bahwa sebelum mereka lebih jauh, pasukan pertama dan kedua harus berbalik dan mengusir kelompok ketiga ini. Mereka benar-benar sangat sedikit dari kelompok yang besar.”
“Apa yang engkau lihat hari ini masih berada di masa depan. Pelayanan-pelayanan yang akan Aku lepaskan untuk mengumpulkan pasukan dan memperlengkapi mereka dengan semua yang kau katakan. Pada waktu ini, hampir semua PasukanKu berada dalam kondisi ketiga. Bagaimana Aku dapat membiarkan mereka diusir pergi?”
Saya tergoncang, sekalipun saya tahu bahwa saya tidak akan pernah melihat salah seorang Umat Tuhan yang berada dalam keadaan baik bahkan seperti kelompok kedua.
“Tuhan, saya tahu Engkau marah terhadap kelompok ini. Jika sekarang hampir seluruh PasukanMu seperti ini, saya bersyukur Engkau tidak menghancurkan kami semua. Ketika saya melihat dalam kelompok ketiga, saya merasa bahwa mereka dalam kondisi yang menyedihkan. Kurang latihan, perlengkapan peran dan visi, juga kegagalan memikul salib yang menyunatkan hati. Saya percaya saya harus pergi kepada mereka dengan pesan tentang Zippora tetapi jika mereka juga membutuhkan pelatih sersan dan perwira yang akan melatih mereka.”
Hikmat melanjutkan kata-kataNya, “Ingatlah pasukan pertama yang kau lihat sebelum gunung. Mereka juga tidak siap berperang dan ketika peperangan dimulai, orang-orang yang tidak siap melarikan diri. Bagaimanapun, banyak orang kembali dengan baju zirah mereka dan khayalan yang digantikan dengan kebenaran. Dua kelompok yang pertama dalam pasukan juga diubahkan oleh peperangan ini dan menyadarkan mereka akan kondisi mereka yang sebenarnya. Kemudian mereka berseru pada Ku dan Aku mengirimkan gembala-gembala yang mempunyai HatiKu. “Semua gembala-gembalaKu seperti Raja Daud. Mereka tidak menyewa orang-orang yang mencari tempat atau posisi sendiri tetapi mereka meletakkan hidupnya untuk UmatKu. Mereka juga tidak takut perang melawan MusuhKu dan murni menyembahKu. Aku akan mengirimkan gembala-gembala ini kedepan. Engkau harus kembali dengan pesan Zippora. Waktunya sudah dekat, jika Aku tidak tinggal dalam orang-orang yang mencari untuk dihitung UmatKu yang tidak menyunatkan hati mereka. Engkau harus memperingatkan mereka akan MurkaKu.
“Aku juga mengirimkanmu kembali untuk berjalan bersama para nabiKu yang Aku kirimkan sama seperti Samuel untuk menuangkan minyak urapan kepada para gembalaku yang sejati. Banyak orang ini yang dianggap paling kecil oleh saudara-saudara seiman mereka, tetapi engkau akan menemukan mereka melayani seperti para gembala setia melayani rombongan kecilnya, pekerja yang setia pada apa yang Aku berikan. Mereka ini orang-orang yang setia yang Kupanggil untuk menjadi raja-raja. Kepada mereka Aku mempercayakan otoritasKu. Mereka akan menyiapkan UmatKu pada perang besar terakhir mendatang.”
Kemudian saya heran dalam hati, jika kami sekarang dalam kondisi kelompok yang ketiga, apa yang harus dilakukan pada para jendral yang tampaknya bukan jendral yang sejati?
“Engkau benar, mereka bukan jendral yang sejati,” Tuhan menjawab. “Aku tidak menunjuk mereka tetapi mereka menunjuk diri mereka sendiri. Orang-orang lain akan menjadi perwira yang berguna. Bagaimanapun, banyak orang akan lari pada peperangan pertama dan engkau tidak akan melihatnya lagi.
“Ingatlah ini: Sekali waktu, setiap orang dalam kelompok satu dan dua pertama merupakan bagian dari yang terakhir. Saat engkau pergi dengan pesan Zippora mendeklarasikan bahwa Aku tidak akan lagi mentolerir kedagingan UmatKu, orang-orang yang benar-benar Kupanggil dan memutuskan untuk mentaati Aku tidak lari dari PenyunatanKu tetapi akan berdiri melawan kedagingan dalam kemah sehingga Aku tidak akan menghakimi mereka. Gembala-GembalaKu juga bertanggung jawab atas kondisi Domba-dombaKu. Jendral-jendralKu bertanggung jawab atas kondisi dari para prajuritKu. Orang-orang yang sudah Aku panggil akan bertanggungjawab karena mereka mengasihi Aku, mereka mengasihi UmatKu dan mereka mengasihi kebenaran.”


Blessed To Bless...

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit