Tuesday, March 29, 2011

Sebuah akhir Pencarian & Panggilan [ Part 4 ]




Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)
 

Jebakan Maut

Saya melihat pembantaian di medan peperangan yang ada dibawah dan pasukan setan yang lambat laun kembali lagi. Dibelakang saya ada lebih banyak pejuang yang bersinar mulai menempati tempat-tempat di gunung. Saya tahu bahwa sekarang ada cukup banyak pejuang untuk menyerang dan membinasakan pasukan-pasukan yang tertinggal. “Belum”, kata Hikmat. “Lihatlah kesana”. Saya melihat kearah yang ditunjukkannya, tetapi saya tidak bisa melihat karena sinar kemuliaan yang memancar dari baju zirah saya. Kemudian saya menangkap gerakan bayangan di lembah. Saya tidak bisa melihat dengan jelas karena sinar kemuliaan dari baju zirah saya membuat saya sulit melihat dalam kegelapan. Saya meminta Hikmat untuk memberikan sesuatu yang dapat menutupi baju zirah saya sehingga saya dapat melihatnya. Kemudian dia memberikan sebuah mantel sederhana untuk menutupi baju zirah saya. “Apa ini?” Tanya saya, sedikit terhina karena kesederhanaannya. “Kerendahan Hati” jawab Hikmat. “Engkau tidak akan pernah dapat melihat dengan baik tanpa ini”. Dengan enggan saya memakainya dan dengan cepat saya dapat melihat ada banyak hal yang sebelumnya tidak bisa saya lihat. Saya melihat ke lembah dan pergerakannya. Mengejutkan, ada sebuah divisi pasukan musuh yang menunggu siap menyergap setiap orang yang baru kembali dari gunung. "Pasukan apa itu?" Tanya saya, "dan bagaimana mereka dapat melarikan diri dari medan peperangan?"

"Itu adalah Kebanggaan," Hikmat menjelaskan. "Ini adalah pasukan musuh yang terkuat setelah kamu mengalami kemuliaan. Mereka yang menolak untuk memakai mantel ini akan menderita luka parah dari serangan musuh."

Saat saya melihat gunung kembali, saya melihat ada banyak pejuang dengan sinar kemuliaan lewat untuk menyerang pasukan musuh yang tersisa. Tidak satupun dari mereka menggunakan mantel kerendahan hati dan mereka tidak dapat melihat musuh yang siap menyerang mereka dari samping. Saya mulai berlari untuk menghentikan mereka, tetapi Hikmat menahan saya. “Engkau tidak dapat menghentikan hal ini,” katanya. “Hanya para prajurit yang mengenakan mantel ini yang akan mengenali otoritasmu. Mari. Ada sesuatu yang harus engkau lihat sebelum engkau dapat membantu memimpin peperangan besar yang akan datang."


Dasar Kemuliaan

Hikmat menuntun saya turun ke tingkat yang paling rendah di gunung yang bernama “Keselamatan”. “Kamu pikir ini adalah tingkat yang paling rendah,” kata Hikmat, “Tetapi ini merupakan dasar dari seluruh gunung. Dalam suatu perjalanan, langkah pertama sangatlah penting dan biasanya paling sulit. Tanpa “Keselamatan” tidak akan ada gunung ini."

Saya terheran-heran dengan pembantaian besar-besaran di tingkat ini. Setiap prajurit terluka sangat parah, tetapi tidak ada satupun yang mati. Orang-orang banyak berpegang pada tepi gunung. Banyak orang tampaknya akan jatuh setiap saat, tetapi tidak seorangpun jatuh. Malaikat-malaikat ada dimana-mana melayani prajurit-prajurit ini dengan sukacita, kemudian saya bertanya, “Mengapa mereka tampak bahagia?”

"Malaikat-malaikat ini melihat keberanian orang-orang ini untuk tetap berpegang teguh. Mungkin mereka tidak bergerak maju, tetapi mereka juga tidak menyerah. Mereka akan segera sembuh dan akan melihat kemuliaan yang dari gunung dan kemudian mereka juga akan naik. Orang-orang ini adalah para pejuang besar untuk peperangan yang akan datang."

"Tetapi apakah tidak lebih baik jika mereka naik gunung bersama kita?” saya memprotes melihat keadaan mereka.

"Itu lebih baik buat mereka, bukan buat kita. Dengan mereka tinggal disini, itu memudahkanmu untuk naik dan mereka menjaga dari musuh-musuh. Sangat sedikit orang-orang di tingkat yang lebih tinggi membantu sesamanya di gunung, tetapi mereka melakukannya disini. Nyatanya, banyak dari pejuang-pejuang perkasa dipimpin ke gunung oleh orang-orang yang setia ini. Mereka ini adalah sedikit pahlawan yang membuat orang-orang bisa naik keatas. Mereka membawa sukacita ke surga secara terus menerus, membimbing yang lain ke “Keselamatan”. Itulah alasan para malaikat di surga ingin membantu melayani mereka dan mereka merasa sangat dihormati karena diijinkan untuk membantu."

Sekali lagi saya merasa sangat malu atas sikap saya kepada orang-orang suci ini. Banyak dari kami membentak mereka saat kami memanjat naik ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka banyak melakukan kesalahan pada saat peperangan, tetapi mereka juga menunjukkan hati seorang hamba daripada kami semua. Tuhan akan meninggalkan yang 99 orang dan mencari 1 yang terhilang. Orang-orang ini harus tetap tinggal di tempat dimana mereka masih dapat menjangkau yang terhilang dan mereka harus membayar harga untuk itu. Saya juga ingin membantu mereka tetapi tidak tahu harus mulai darimana.

Kemudian Hikmat berkata, "Sangatlah benar engkau ingin membantu, tetapi yang paling membantu adalah dengan terus melakukan panggilanmu. Orang-orang ini akan sembuh dan dengan cepat naik ke gunung Tuhan. Mereka akan kembali bersama denganmu di medan perang. Orang-orang ini tidak takut dan tidak akan mundur dari musuh."


Kebanggaan yang kuat

Saya sedang berpikir bagaimana caranya turun dari gunung seperti saat mendakinya, kemudian suara-suara di medan peperangan menarik perhatian saya. Sebelumnya ada banyak ribuan prajurit perkasa yang menyerang pasukan musuh yang tersisa. Musuh-musuh itu kocar-kacir ke segala tempat kecuali satu divisi yaitu Kebanggaan. Divisi ini sangat tidak terdeteksi, pasukan ini berbaris menuju ke tepi para pejuang dan akan melepaskan sejumlah anak panah. Kemudian saya melihat para prajurit perkasa yang tidak menggunakan baju zirah di bagian samping, terbuka dan mudah diserang dan musuh-musuh itu akan melepaskan anak panahnya.

Hikmat berkata, “Engkau mengajarkan bahwa tidak ada baju zirah untuk bagian samping tubuh, yang berarti itu menjadi sasaran musuh. Bagaimanapun, engkau tidak akan pernah tahu ada bagian yang terbuka jika engkau berada dalam kebanggaan”.

Saya hanya mengangguk mengetahui hal ini. Sudah terlambat melakukan sesuatu dan sangat tidak tahan melihatnya, tetapi Hikmat mengatakan bahwa saya harus melihatnya. Saya keheranan melihat ketika anak panah kebanggaan mengenai para pejuang itu mereka sama sekali tidak tahu. Bagaimanapun juga, musuh tetap menembaki mereka. Para pejuang itu berdarah dan menjadi lemah dengan cepat tetapi tidak mengetahuinya. Secepat itu juga mereka sangat lemah untuk memegang perisai dan pedang mereka, kemudian mereka melemparkan senjata itu dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu pedang dan perisai lagi. Mereka juga mulai melepasi bahu zirah mereka dan berkata tidak perlu mengenakan baju zirah lagi.

Divisi lain musuh muncul dan bergerak dengan cepat. Divisi itu disebut Khayalan Kuat. Mereka melepaskan anak panah –anak panah yang mengenai semuanya. Kemudian saya melihat saat sedikit dari setan khayalan membawa pasukan kuat yang penuh kemuliaan ini. Mereka dibawa ke kemah yang berbeda-beda, setiap kemah bernama doktrin yang setan yang berbeda. Saya terkejut melihat bagaimana sekumpulan orang benar yang besar ini benar-benar dikalahkan dan mereka masih tidak akan tahu apa yang sudah menembak mereka. "Bagaimana mereka orang-orang yang cukup kuat, yang sudah naik ke puncak gunung, yang sudah melihat Tuhan seperti apa adanya, menjadi sangat terbuka?" Tanya saya cepat.

"Kebanggaan adalah musuh terkuat untuk dilihat dan itu selalu merayap dibelakangmu," Hikmat meratap. "Dalam beberapa cara, orang-orang yang sudah pernah mencapai ketinggian paling besar resiko untuk dapat jatuh. Engkau harus selalu ingat bahwa didalam hidup ini engkau dapat jatuh dari tingkat manapun juga. “Waspadalah, saat engkau pikir engkau dapat bertahan, engkau dapat jatuh,' Saat engkau pikir engkau yang paling sedikit resikonya untuk jatuh faktanya ketika engkau yang paling mungkin jatuh. Banyak manusia yang jatuh setelah meraih kemenangan."


Hikmat untuk perang

"Bagaimana kami dapat menjaga dari serangan seperti ini?" Tanya saya.

"Tetaplah dekat dengan Aku, mintalah pada Tuhan sebelum membuat setiap keputusan mayoritas, tetap kenakanlah mantel rendah hati dan musuh tidak akan pernah dapat membutakanmu seperti yang sudah dia lakukan pada orang-orang itu."

Saya melihat pada mantel itu. Tampak sangat sederhana dan tidak menarik. Saya merasa bahwa mantel itu membuat saya lebih tampak sebagai gelandangan daripada sebagai seorang pejuan. Hikmat memberikan respon seakan-akan saya mengucapkannya dengan keras,”Tuhan lebih dekat kepada para gelandangan daripada para pangeran. Engkau hanya dapat mendapatkan kekuatan dalam kadar yang benar jika engkau berjalan dengan kasih karunia Tuhan, dan ‘Dia memberikan Kasih KaruniaNya kepada orang-orang yang rendah hati.’ Tidak satupun senjata musuh dapat menembus mantel ini karena tidak ada satupun yang dapat mengalahkan Kasih KaruniaNya. Selama engkau mengenakan mantel ini, engkau aman dari segala jenis serangan."

Kemudian saya menatap keatas melihat seberapa banyak para pejuang yang masih ada di gunung. Saya sangat terguncang melihat betapa sedikitnya mereka yang tersisa. Kemudian saya melihat bahwa mereka juga mengenakan mantel kerendahan hati. “Bagaimana itu terjadi?” Tanya saya.

"Ketika engkau melihat peperangan itu, mereka semua datang kepadaKu dan minta bantuan, Aku memberikan mantel kepada mereka semua," jawab Hikmat.

"Tetapi saya pikir Engkau ada bersama saya sepanjang waktu?"

"Aku bersama semua orang yang pergi untuk melakukan kehendak Bapa," Hikmat menjawab.

"Engkau adalah Tuhan!" saya berseru menangis.

"Ya," Dia menjawab. "Aku katakan kepadamu bahwa Aku tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan engkau. Aku bersama semua PejuangKu seperti Aku bersamamu sekarang. Aku akan bersama denganmu apapun yang kau butuhkan untuk menyelesaikan KehendakKu dan engkau membutuhkan hikmat”. Kemudian Dia menghilang.


Pangkat dalam Kerajaan

Saya ditinggal berdiri di tengah-tengah kumpulan besar malaikat yang melayani orang-orang terluka dalam tingkat “Keselamatan”. Saat saya mulai berjalan melewati para malaikat ini, mereka membungkukkan badannya setengah berlutut kepada saya dan menunjukkan penghargaan yang besar pada saya. Akhirnya saya bertanya kepada salah satu malaikat itu, mengapa mereka melakukan hal ini, sekalipun dia yang paling kecil diantara mereka, dia lebih berkuasa dari saya. “Karena mantel itu,” dia menjawab. "Itu adalah pangkat tertinggi dalam kerajaan."

"Ini hanyalah sebuah mantel sederhana," saya memprotes.

"Bukan!" protes malaikat itu. "Engkau mengenakan pakaian Kasih Karunia Tuhan. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada itu!"

"Tetapi mereka adalah ribuan orang yang mengenakan mantel yang sama. Bagaimana itu menunjukkan pangkat?"

Engkau adalah pejuang-pejuang yang takut, anak-anak Tuhan, laki-laki dan perempuan. Dia mengenakan mantel yang sama saat Dia berjalan diatas bumi. Selama engkau mengenakannya tidak ada satupun kuasa dibumi dan di surga yang sanggup bertahan didepanmu. Setiap orang di surga dan neraka mengenali mantel itu. Kita adalah Hamba-HambaNya tetapi Dia tinggal diam dalam engkau dan engkau mengenakan pakaian Kasih KaruniaNya."

Saya tahu jika saya tidak mengenakan mantel ini dan jika baju zirah saya yang bersinar mulia terbuka, pernyataan-pernyataan para malaikat dan perlakukan mereka pada saya, semuanya itu akan membuat saya bangga. Hanya tidak mungkin merasa bangga atau sombong selagi kita mengenakan sebuah mantel yang lusuh dan sederhana. Karena mantel ini, keyakinan diri saya bertambah dengan cepat..


Kembalinya Burung-burung Rajawali

Diatas horizon saya melihat sebuah awan putih besar mendekat. Hanya dengan melihatnya, pengharapan didalam diri saya bangkit. Itu sebenarnya adalah atmosfer pengharapan seperti matahari terbit dan mengusir kegelapan malam. Semakin dekat awan putih itu, saya mengenali bahwa awan besar itu adalah burung-burung rajawali putih yang terbang dari Pohon Kehidupan. Burung-burung itu mendarat di gunung, menempati setiap tingkat disamping kumpulan pejuang-pejuang. Dengan hati-hati dan penuh penghargaan saya mendekati seekor rajawali yang mendarat didekat saya karena kehadirannya begitu menakjubkan. Ketika dia melihat pada saya dengan matanya yang tajam, saya tahu bahwa saya tidak dapat menyembunyikan apapun darinya. Matanya sangat kuat dan tegas, saya gemetar saat merasakan angin dingin merayap di kuduk saya, hanya dengan melihat mereka. Sebelum saya bertanya apapun, dia sudah menjawabnya.

"Engkau ingin tahu siapa kami. Kami adalah nabi-nabi tersembunyi yang menjaga untuk saat-saat ini. Kami adalah mata dari orang-orang yang sudah diberikan senjata-senjata Ilahi yang berkuasa. Kami sudah ditunjukkan semua yang dilakukan Tuhan dan semua rancangan musuh untuk melawanmu. Kami sudah memeriksa bumi bersama-sama dan kami mengetahui semua kebutuhan yang diperlukan dalam medang peperangan." "Apakah engkau melihat perang yang tadi berlangsung?" saya bertanya dengan agak terganggu “Tidak dapatkah engkau membantu para pejuang yang mereka tawan?"


"Ya. Kami melihat itu semua dan kami dapat membantu jika mereka menginginkannya. Tetapi bantuan kami akan menahan mereka. Kami hanya dapat berperang di medang perang jika Bapa memerintahkan dan kami hanya dapat membantu orang-orang yang mempercayai kami. Hanya orang-orang yang menerima kami seperti adanya kami, para nabi, dapat menerima upah nabi atau keuntungan pelayanan kami. Orang-orang yang disergap tidak mengenakan mantel seperti yang kau pakai dan orang-orang yang tidak mengenakan mantel rendah hati tidak akan mengerti siapa kami. Kami semua saling membutuhkan termasuk orang-orang yang terluka disini dan banyak orang lain yang belum engkau kenal."




Hati sang Rajawali

Dengan berbicara dengan rajawali ini saya segera mulai berpikir seperti rajawali. Setelah diskusi singkat ini saya dapat melihat kedalam hati rajawali dan mengenal dia seperti dia mengenal saya. Rajawali mengetahui hal ini.


"Engkau sudah mempunyai beberapa karunia kami," rajawali mencatat, "walau karunia-karunia itu tidak dikembangkan dengan baik. Engkau tidak banyak menggunakannya. Aku disini untuk membangunkan karunia-karunia didalam kamu sekalian dan mengajarkanmu bagaimana menggunakannya. Dengan cara ini komunikasi kita akan pasti. Sangat pasti atau kita semua akan menderita banyak kehilangan yang tidak perlu, dengan tidak menyebutkan hilangnya banyak kesempatan-kesempatan besar untuk menang."


"Darimana asalmu?” Tanya saya.


"Kami makan ular-ular," jawab rajawali. "Musuh adalah roti kami. Makanan kami adalah melakukan kehendak Bapa, yaitu menghancurkan pekerjaan-pekerjaan iblis. Setiap ular yang kami makan akan menambah penglihatan kami. Setiap benteng musuh yang kami hancurkan, menambah kekuatan kami untuk terbang lebih tinggi dan lebih lama. Kami baru saja datang dari perjamuan, memakan setiap ular malu yang mengikat banyak saudaramu laki-laki dan perempuan. Mereka akan segera tiba disini. Mereka tiba bersama dengan rajawali-rajawali yang kami tinggal untuk membantu mereka menemukan jalan dan melindungi mereka dari serangan tiba-tiba musuh."


Rajawali-rajawali ini sangat yakin akan diri mereka tetapi tidak sombong. Mereka tahu siapa mereka dan apa yang menjadi panggilan mereka. Mereka juga tahu kami dan masa depan kami. Keyakinan mereka meyakinkan saya tetapi terlebih meyakinkan kepada orang-orang yang terluka yang masih tergeletak disekitar kami. Orang-orang yang sebelumnya sangat lemah untuk berbicara kemudian bisa duduk dan mendengarkan percakapan saya dengan rajawali. Mereka melihat kepada rajawali seperti seorang anak kecil yang tersesat dan melihat orang tuanya yang baru saja menemukan mereka.


Hembusan Roh

Saat rajawali melihat luka mereka, maka luka mereka berubah membaik. Pada saat itu saya tetap berdiri melihatnya, rajawali ini seperti seorang kakek, dia sangat lembut dan sabar kepada orang-orang yang terluka. Rajawali mengembangkan sayapnya dan dengan lembut mengusap mereka, dan menyebabkan hembusan angin sejuk yang menutupi orang-orang yang terluka ini. Ini tidaklah seperti hembusan angin lain yang pernah saya rasakan. Dengan setiap hembusan yang saya rasakan, saya merasakan bertambah kuat dan pikiran saya bertambah jernih. Segera saja orang-orang yang terluka berdiri dan menyembah Tuhan dengan tulus sampai air mata keluar. Lagi-lagi saya merasa malu telah pernah membentak mereka sebelumnya. Mereka tampak lemah dan bodoh dimata orang-orang yang telah mendaki ke atas gunung, dan mereka dapat menahan segala sesuatu lebih kuat dari kami dan tetap setia. Tuhan menjaga mereka dan mereka mengasihi Tuhan dengan kasih yang begitu besar.


Saya mendongak keatas, semua burung-burung rajawali mengembangkan sayapnya. Setiap orang di gunung disegarkan dengan angin yang berhembus dan setiap orang yang di gunung mulai menyembah Tuhan. Awalnya penyembahan ini terdengar sumbang karena penyembahan yang berbeda dari setiap tingkat, namun kemudian setiap orang di setiap tingkat menyembah dalam satu harmonisasi. Tidak pernah di bumi ini saya mendengar suara yang begitu indah. Saya tidak ingin penyembahan ini berakhir. Segera saya mengenalinya. Penyembahan ini sama seperti penyembahan yang ada di Taman, tetapi terdengar lebih penuh dan lebih bercampur. Saya tahu, karena kami menyembah di depan musuh-musuh kami dan di tengah – tengah kegelapan dan iblis –iblis yang mengelilingi gunung, dan penyembahan itu sangat luar biasa.


Saya tidak tahu apakah penyembahan ini berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bermenit-menit, tetapi kemudian rajawali berhenti mengembangkan sayapnya dan penyembahan itu berhenti. “Mengapa engkau berhenti?” Tanya saya pada rajawali yang sebelumnya bercakap-cakap dengan saya.


"Karena mereka sudah menjadi satu dan penuh," jawabnya menunjuk pada orang-orang terluka yang sekarang semua sudah berdiri dan dalam kondisi yang sempurna. “Penyembahan yang benar dapat menyembuhkan setiap luka," tambahnya.


"Tolong ulangi lagi," pinta saya.

"Kita akan seringkali melakukan penyembahan, tetapi bukan kami yang memutuskan. Hembusan yang kamu rasakan adalah Roh Kudus. Dia menuntun kita dan bukan kita yang menuntun Dia. Dia menyembuhkan yang terluka dan mulai membawa kesatuan yang diperlukan untuk peperangan selanjutnya. Penyembahan yang benar juga menuangkan minyak urapan ke atas Kepala, Yesus yang turun ke seluruh tubuh, membuat kita menjadi satu dengan Dia dan satu sama lain. Tidak ada seorangpun yang menjadi satu dengan Dia akan tetap terluka dan tidak kudus. DarahNya adalah kehidupan yang sejati dan mengalir saat kita bersatu dengan Dia. Saat kita bersatu dengan Dia, kita juga bersatu dengan anggota tubuh yang lain, sehingga DarahNya mengalir keseluruh tubuh. Bukan bagaimana kamu menyembuhkan bagian yang luka ditubuhmu, tetapi dengan menutup luka itu sehingga darah dapat mengalir ke bagian yang terluka untuk regenerasi? Jika satu bagian TubuhNya terluka, kita harus bersama-sama dan bersatu dengan bagian itu sampai benar-benar pulih. Kita satu di dalam Dia”.

Euforia penyembahan sebelumnya masih begitu nyata sehingga pengajaran kecil ini menjadi yang paling dalam yang pernah saya dengar, sekalipun saya sudah tahu dan mengajarkan diri saya sendiri sebelumnya. Saat Roh Kudus bergerak setiap kata-kata tampak mulia, mengesampingkan betapa itu hanya kata-kata dasar. Ini juga memenuhi saya dengan begitu banyak kasih sehingga saya ingin memeluk setiap orang termasuk rajawali-rajawali tua yang perkasa. Rajawali merasakan hal ini tetapi tidak mengatakan apapun. Dia hanya menatap dan menatap saya. Akhirnya saya berkata, “Dapatkah kita menemukan orang-orang yang baru saja terhilang?"




Hati Raja yang Terluka


"Ya, benar perasaanmu," kata rajawali akhirnya. "Kita tidak utuh dan penyembahan kita tidak utuh, sampai seluruh anggota tubuh terkumpul. Sekalipun dalam penyembahan yang agung dan mulia, sekalipun di hadapan Raja, kita semua merasakan kekosongan, sampai kita menjadi satu, sebab Raja kita juga merasakannya. Kita bersedih atas saudara-saudara kita yang tertawan terlebih kita berduka karena hati Raja kita. Seperti engkau mengasihi anak-anakmu, dan akan berduka saat salah satu dari mereka sakit atau terluka, Dia juga sangat mengasihi anak-anakNya dan yang paling menjadi perhatianNya sekarang adalah orang-orang yang terluka dan tertekan. Untuk Dia, kita jangan berhenti sampai semua berkumpul. Selama ada yang terluka, Dia juga terluka."


Iman yang memindahkan gunung

Saat duduk bersama dengan rajawali, saya mengungkapkan pikiran saya. Saya bertanya, “Saya tahu bahwa Hikmat berbicara kepada saya melaluimu, sebab saya mendengar SuaraNya saat kamu berbicara. Saya sangat yakin sebelumnya dalam peperangan yang lalu, tetapi saya hampir terbawa dengan anggapan saya sendiri dan saya akan dapat dengan mudah ditawan musuh jika Hikmat tidak menghentikan saya. Saya akan memusuhi para musuh lebih dari ingin membebaskan saudara-saudara saya, sekalipun itu hanya sebagian motif saya. Sejak pertama kali tiba di gunung ini, berperang di medan pertempuran, sekarang saya pikir yang benar saya lakukan, saya lakukan dengan alasan yang salah dan banyak hal salah yang saya lakukan, saya punya motif yang bagus. Semakin banyak saya belajar semakin saya tidak yakin dengan dirisendiri."


"Engkau pasti sudah bersama dengan Hikmat dalam waktu yang lama," rajawali memberikan respon.


"Dia bersama dengan saya untuk waktu yang lama sebelum saya mengenaliNya, tetapi saya takut bahwa paling banyak waktu yang saya habiskan untuk melawan Dia. Bagaimanapun sekarang saya tahu bahwa saya masih kekurangan sesuatu yang paling penting, sesuatu yang harus saya miliki sebelum kembali ke medan pertempuran, tetapi saya tidak tahu apa itu."


Mata rajawali yang besar itu menjadi bertambah tajam, “Engkau juga mengenali suara Hikmat saat Dia berbicara dalam hatimu. Engkau sudah belajar banyak karena engkau memiliki mantel itu. Apa yang engkau rasakan sekarang adalah iman yang benar."


"Iman!" seru saya. "Saya sedang berpikir serius tentang keraguan-raguan saya."


"Engkau bijaksana untuk ragu pada dirimu sendiri. Tetapi iman yang benar tergantung pada Tuhan, bukan dirimu sendiri dan bukan imanmu. Engkau mendekati jenis iman yang dapat memindahkan gunung dan memindahkannya jika perlu. Sekarang waktunya untuk membawanya ke tempat yang sebelumnya sudah ada. Bagaimanapun, engkau benar. Engkau harus mempunyai pewahyuan yang benar dari Raja. Sekalipun engkau sudah mendaki ke puncak gunung, menerima setiap kebenaran di setiap jalanmu, berdiri di Taman Tuhan, merasakan KasihNya yang tak bersyarat dan kamu sudah seringkali melihat AnakNya, engkau masih sedikit mengerti tentang sebagian dari keseluruhan nasehat Tuhan dan itu hanya yang dangkal-dangkal saja.."


Saya tahu apa yang dikatakannya sangatlah benar dan saya merasa tenang mendengarnya. “Saya sudah menghakimi banyak orang dan banyak situasi dengan salah. Hikmat telah menyelamatkan hidup saya berulangkali, tetapi suara Hikmat masih terdengar kecil didalam saya sedangkan tuntutan pikiran dan perasaan saya masih lantang. Saya mendengar Hikmat berbicara melalui engkau lebih keras dari yang saya dengar dalam hati saya, jadi sekarang saya tahu, saya harus tetap dekat denganmu."


"Kami disini karena engkau memerlukan kami," jawab rajawali. "Kami juga disini karena kami memerlukan engkau. Engkau sudah memberikan karunia-karunia yang saya tidak punya dan saya memberikan karunia-karunia yang engkau tidak punya. Engkau sudah mengalami banyak hal yang tidak pernah saya alami dan saya mengalami hal-hal yang engkau tidak alami. Rajawali-rajawali diberikan kepadamu sampai akhir dan engkau diberikan kepada kami. Saya akan sangat dekat denganmu dan engkau harus menerima rajawali-rajawali yang lain di tempatku. Setiap rajawali berbeda. Kami bersama-sama karena kami diberikan untuk mengetahui rahasia-rahasia Tuhan, tidak secara pribadi."


Blessed To Bless...

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit