Tuesday, March 29, 2011

Sebuah akhir Pencarian & Panggilan [ Part 3 ]



Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)



Menyembah dalam Roh dan Kebenaran

Saya diliputi perasaan untuk kembali dan memperbaiki waktu-waktu saya menyembah Dia tetapi pikiran saya mengembara dan penuh dengan hal-hal lain. Perasaan untuk mengungkapkan kekaguman saya pada Dia semakin tidap bisa ditahan. Saya harus memuji Dia! Saat saya membuka mulut, saya terkejut dengan penyembahan spontan yang keluar dari mulut pasukan Allah pada saat yang sama. Saya hampir lupa bahwa ada orang lain disana, tetapi kami ada didalam kesatuan yang sempurna. Penyembahan yang agung ini tidak dapat dikatakan dalam bahasa manusia.

Saat kami menyembah, sebuah sinar emas mulai memancar dari Tuhan, kemudian ada sinar –sinar perak yang mengitari emas itu. Warna-warni yang banyak sekali tidak pernah saya lihat membungkus kami. Dengan kemuliaan ini saya masuk alam emosi yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Saya mengerti kemuliaan ini sudah ada disana sepanjang waktu, tetapi kami focus pada Dia, cara kami menyembah dan kami mulai melihat KemuliaanNya. Semakin kami menyembahNya, semakin Kemuliaan itu tampak. Jika ini adalah surga, maka ini adalah sangat amat baik melebihi apapun yang pernah saya impikan.


Menemukan Tempat TinggalNya
 Saya tidak tahu berapa lama penyembahan ini berlangsung. Mungkin dapat bulanan, hanya tidak mungkin memperkirakan waktu dalam kemuliaan ini. Untuk sesaat saya memejamkan mata sebab kemuliaan yang saya lihat dengan hati menjadi sebesar yang saya lihat dengan mata jasmani saya. Saat saya membuka mata, saya terkejut melihat Tuhan sudah tidak ada lagi disana, tetapi pasukan malaikat-malaikat berdiri ditempat Tuhan sebelumnya berada. Salah satu dari mereka maju kearah saya dan berkata, “Pejamkanlah matamu kembali”. Saat saya melakukannya, kemuliaan Tuhan melingkupi saya dan saya sangat lega.

Kemudian malaikat itu menjelaskan, “Apa yang kamu lihat dengan mata hatimu adalah lebih dari kenyataan yang dapat kamu lihat dengan mata jasmanimu”. Seringkali saya mengatakan hal ini, tetapi betapa jarangnya saya benar-benar berjalan didalamnya.! Malaikat itu kemudian meneruskan, “Karena itulah Tuhan mengatakan kepada murid-muridNya yang pertama bahwa adalah lebih baik untuk Dia pergi sehingga Roh Kudus dapat datang. Tuhan tinggal didalam kamu. Kamu sudah diajarkan hal ini berulang kali, tetapi sekarang kamu harus hidup didalamnya sebab kamu sudah makan dari Pohon Kehidupan”.

Kemudian malaikat itu menuntun saya kembali ke pintu gerbang. Saya memprotesnya, saya tidak mau meninggalkan tempat ini. Tampak terkejut, malaikat ini memegang bahu saya dan memandang langsung ke mata saya. Kemudian saya mulai mengenalinya sebagai malaikat Hikmat. “Engkau tidak perlu meninggalkan taman ini. Taman ini ada didalam hatimu sebab Sang Pencipta Sendirilah yang ada didalammu. Engkau menginginkan hal yang terbaik, yaitu untuk menyembah dan diam dalam HadiratNya selama –lamanya dan itu tidak akan pernah diambil darimu”. Saya memahami apa yang diucapkan Hikmat, kemudian saya melihat Pohon Kehidupan yang ada dibelakangnya. Saya ingin meraihnya sebelum pergi. Mengetahui pikiran saya, Hikmat dengan lembut menggoncangkan saya, “Jangan. Buah-buah yang dikumpulkan dalam ketakutan akan busuk. Buah dan pohon ini ada didalammu sebab Dia ada didalammu. Kamu harus percaya”.

Saya memejamkan mata saya dan mencoba melihat Tuhan kembali, tetapi tidak bisa. Saat saya membuka mata saya, Hikmat masih menatap saya. Dengan kesabaran yang luar biasa dia meneruskan, “Engkau sudah merasakan kenyataan surga dan tidak ada seorang pun yang ingin kembali ke medan pertempuran yang pernah mereka lewati. Ketika Rasul Paulus datang kesini, dia berjuang sepanjang hidupnya untuk tinggal dan bekerja bagi Tuhan, atau kembali masuk kesini sebagai warisannya, tetapi warisan ini akan terus membesar selama dia tinggal. Sekarang engkau mempunyai hati penyembah yang ingin selalu berada disini dan engkau dapat memasukinya melalui penyembahanmu yang benar. Semakin engkau focus pada Tuhan, semakin nyata kemuliaan yang dapat engkau lihat dimanapun engkau berada”.

Kata-kata Hikmat akhirnya menenangkan saya. Sekali lagi saya memejamkan mata hanya untuk mengucap syukur atas pengalaman luar biasa dan kehidupan yang sudah Dia berikan kepada saya. Saat saya melakukan hal itu, saya mulai dapat melihat kemuliaan Tuhan kembali dan perasaan yang ada pada penyembahan sebelumnya kembali memenuhi jiwa saya. Kata-kata Tuhan sangat keras dan jernih dan saya yakin dapat saya dengar dengan telinga saya, “Aku tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikanmu”.

Saya meresponiNya, "Tuhan, ampuni ketidakpercayaan saya,” Tolong bantu saya untuk tidak pernah meninggalkan atau mengabaikanMu”.


Berjalan dengan Hikmat

Saat saya membuka mata, Hikmat masih memegang pundak saya. “Aku adalah karunia pertama yang diberikan kepadamu untuk pekerjaanMu, “ kata Hikmat, “ Aku akan menunjukkan jalan kepadamu, tetap pada jalan itu tetapi hanya kasih yang dapat membuatmu setia. Hikmat terbesar adalah Kasih akan Tuhan”.

Kemudian Hikmat melepaskan pundak saya dan kami mulai berjalan melewati pintu gerbang. Saya mengikutinya dengan diam. Saya teringat nafas peperangan dan saat kami menaiki gunung dan itu menarik, tetapi tidak ada yang dapat menyamai Hadirat Tuhan dan penyembahan yang sudah saya alami. Meninggalkan itu semua adalah pengorbanan terbesar yang pernah saya buat. Kemudian saya teringat bagaimana semuanya itu ada didalam saya, sangat mengherankan begitu cepat saya melupakannya. Saya mulai berpikir tentang peperangan besar yang menggusarkan hati saya, antara apa yang saya lihat dengan mata jasmani saya dan apa yang saya lihat dengan hati saya.

Saya maju kedepan sehingga dapat berjalan disamping Hikmat dan bertanya, “Saya sudah 26 tahun berdoa untuk dapat pergi ke Surga tingkat ke-3 seperti Rasul Paulus. Apakah ini surga tingkat ketiga itu?”

"Yah, ini adalah salah satu bagian dari surga tingkat ketiga, “jawabnya, “tetapi masih banyak yang lainnya."

"apakah saya diijinkan untuk melihat yang lainnya?" tanya saya.

"Engkau akan melihatnya. Sekarang Aku akan membawamu melihatnya”. .

Saya mulai memikirkan Kitab Wahyu. “Apakah wahyu Yohanes tentang surga ketiga?” Tanya saya.

"Sebagian wahyu Yohanes adalah surga ketiga, tetapi paling banyak itu adalah surga tingkat kedua. Surga tingkat kedua adalah alam rohani selama setan memerintah bumi. Surga ketiga adalah kasih dan tempat tinggal Bapa yang akan menang atas bumi melalui Rajamu”.

"Bagaimana dengan surga tingkat kesatu?" pinta saya, dan saat saya menanyakan hal itu saya merasakan hembusan udara dingin.

"Ini bukan urusan Hikmat saat ini, “ teman saya ini menjawab dengan serius saat pertanyaan saya mengejutkan dia. "Hikmat adalah untuk mengenal surga ketiga sepertimu. Ada banyak yang engkau harus ketahui tentang surga ketiga dan ini adalah surga ketiga, kerajaan yang harus kamu kotbahkan sepanjang waktu. Di waktu-waktu yang akan datang, kamu akan diceritakan tentang surga pertama tetapi tidaklah menguntungkan jika kamu mengetahuinya sekarang”.

Saya teringat hembusan angin dingin yang saya rasakan dan Hikmat mengangguk, mengetahui pikiran saya. “Sungguh Engkau sangat luar biasa,” saya harus mengatakan itu sebagai penghargaan pada malaikat ini. “Engkau akan menjagaku dijalan yang benar".

"Ya, benar," jawabnya.

Saya yakin, saya merasakan kasih keluar dari malaikat ini, kasih yang unik, yang tidak pernah saya rasakan dari malaikat yang lain, yang menunjukkan tugas lebih daripada kasih. Hikmat meresponi pikiran saya seakan-akan saya mengatakannya dengan lantang.

"Ini adalah Hikmat untuk mengasihi dan Aku tidak akan menjadi Hikmat kalau Aku tidak mengasihimu. Ini juga Hikmat untuk memegang kebaikan dan kehebatan Tuhan. Ini Hikmat untuk mengasihi Tuhan dan takut akan Dia. Engkau bisa melakukan yang sebaliknya. Ini adalah pelajaran selanjutnya yang harus engkau pelajari.” Malaikat itu mengatakan dengan sungguh-sungguh.

"Saya tahu itu dan saya sudah mengajarkannya berulangkali," jawab saya, untuk pertama kalinya saya merasa Hikmat benar-benar tidak mengenal saya.

"Aku sudah menjadi temanmu sepanjang waktu dan aku tahu pengajaran-pengajaranmu,” kata Hikmat. “Sekarang engkau akan belajar apa arti pengajaran-pengajaranmu. Seperti yang sudah engkau katakan berulang kali, “Ini bukanlah tentang mempercayai pikiranmu, tetapi mempercayai hatimu sebagai hasil dari kebenaran”.

Saya meminta maaf, dan merasa malu menanyakan hal ini pada Hikmat. Segera dia menerima permohonan maaf saya. Kemudian saat itu saya menyadari bahwa saya sudah menanyakan dan menantangnya sepanjang hidup saya, sering kali atas sakit hati saya.


Bagian lain dari Kasih

"Ada banyak waktu untuk mengagumi Tuhan," Hikmat meneruskan, "dan ada banyak waktu untuk menghormati Dia dengan takut dan penghargaan. Seperti ada waktu untuk menanam, waktu untuk menuai dan Hikmat untuk mengetahui waktunya. Hikmat yang benar mengetahui waktu-waktu dan musim-musim Tuhan. Aku membawamu kesini sebab ini adalah waktu menyembah Tuhan dalam kemuliaan KasihNya. Sekarang aku membawamu ke tempat lain sebab ini adalah waktu untuk menyembah Dia dengan takut akan PenghakimanNya. Sampai engkau mengerti keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain”.

"Apakah artinya itu kalau saya tetap tinggal didalam penyembahan mulia, saya akan kehilanganmu?” Tanya saya tak percaya.

"Ya. Aku akan dapat selalu mengunjunginya dengan kamu jika Aku bisa, tetapi kita akan jalan berseberangan. Memang sangat sulit untuk meninggalkan kemuliaan dan damai sejahtera seperti itu, tetapi itu bukan sepenuhnya wahyu tentang sang Raja. Dia adalah Singa dari Yehuda dan Anak Domba. Untuk yang masih anak-anak rohaninya dia adalah Anak Domba. Untuk yang sudah dewasa Dia adalah singa dari Yehuda. Untuk yang benar-benar sudah dewasa Dia adalah Singa dari Yehuda dan Anak Domba. Engkau sudah mengerti hal ini dalam pikiranmu dan Aku sudah mendengar engkau pernah mengajarkannya, tetapi sekarang engkau akan mengerti dalam hatimu dan engkau akan mengalami Kursi Pengadilan Kristus.


Kembali ke Medan Pertempuran

Sebelum meninggalkan gerbang Taman saya meminta pada Hikmat untuk duduk sebentar saja, memikirkan semua hal yang baru saya alami. “Ya, kamu dapat melakukan hal ini,” jawabnya, “Tetapi Aku mempunyai tempat yang lebih baik untukmu."

Saya mengikuti Hikmat keluar dari pintu gerbang dan kami mulai menuruni gunung. Saya terkejut, peperangan masih terus berlangsung, tetapi hampir tidak sehebat sewaktu kami naik. Masih ada banyak anak panah penuduhan dan fitnah berterbangan di tingkat bawah, tetapi pasukan musuh yang masih tertinggal diserang rajawali putih yang besar. Burung-burung perkasa itu dengan mudah menang.

Kami tetap turun dan hampir sampai didasar gunung. Hanya beberapa diatas tingkat “Keselamatan” dan “Pengudusan” adalah tingkat “Pengucapan Syukur dan Pujian”. Saya dapat mengingat tingkat ini dengan baik karena disinilah serangan terbesar musuh yang saya alami saat saya berusaha mencapainya. Saat kami bisa mencapai tingkat ini, kami dapat dengan mudah mendaki gunung dan jika salah satu anak panah mengenai baju zirah kami, maka akan cepat sembuh.

Secepat musuh melihat kehadiran saya di tingkat ini (mereka tidak bisa melihat Hikmat), secepat mungkin saya dihujani anak panah. Dengan mudah saya dapat mengalahkannya dengan perisai saya dan mereka berhenti menembaki. Anak panah – anak panah mereka hampir habis dan mereka tidak dapat membuangnya begitu saja.

Prajurit-prajurit yang masih berperang dari tingkat ini melihat saya dengan keheranan dan membuat saya merasa tidak enak. Saat itu kemudian saya mengetahui kemuliaan Tuhan memancar dari baju zirah dan perisai saya. Saya mengatakan pada mereka untuk mendaki ke puncak gunung tanpa berhenti dan mereka akan melihat Tuhan. Saat mereka setuju untuk pergi, mereka dapat melihat Hikmat. Mereka langsung jatuh berlutut untuk memuliakan Dia, tetapi Dia menahan mereka dan menyuruh pergi.


Kesetiaan

Saya dipenuhi dengan kasih untuk prajurit-prajurit ini, banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Baju zirah mereka berantakan dan dipenuhi darah, tetapi mereka tidak berhenti. Kenyataannya, mereka masih bersukacita dan memberanikan diri. Saya mengatakan pada mereka bahwa mereka lebih layak menerima penghormatan daripada saya, sebab mereka sudah menanggung beban berat dalam peperangan dan tetap ada. Mereka tampaknya tidak mempercayai saya, tetapi menghargai apa yang saya katakan. Saya merasa bahwa itu adalah benar.

Setiap tingkat di gunung dipenuhi dengan burung nasar yang datang dan pergi memuntahkan muntahan dan kotoran, sehingga sulit untuk kami berdiri. Sebagian tebing dipenuhi prajurit-prajurit dari denominasi yang berbeda atau pergerakan yang berbeda yang menekankan pada kebenaran setiap tingkat yang mereka pertahankan. Saya malu dengan sikap yang sudah saya perlihatkan kepada kelompok-kelompok ini. Saya menganggap mereka diluar jangkauan dan kembali ke perbuatan yang lama adalah yang terbaik, tetapi disini mereka berperang dengan setia melawan pembantaian musuh yang mengerikan. Perlawanan mereka pada posisi ini memungkinkan saya untuk tetap naik seperti yang sudah saya lakukan.

Beberapa tingkat memang ditempatkan seperti ini sehingga kami bisa memandang bagian indah dari gunung atau dari medan peperangan, tetapi beberapa tempat terpencil sehingga prajurit-prajurit yang berada diatasnya hanya dapat melihat posisi mereka sendiri dan tidak mengetahui medan peperangan dibawah. Mereka seringkali terluka dari penuduhan dan fitnah yang membuat mereka bertahan jika seseorang turun ke tingkat mereka dari tingkat yang lebih atas dan mendorong mereka untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika beberapa turun dari atas, kemuliaan Tuhan nyata, mereka mendengarkan dan bersukacita, kemudian mereka mulai naik. Saat saya dilingkupi hal ini Hikmat tidak berkata banyak, tetapi dia tampak tertarik dengan reaksi saya. .


Menemukan Realitas

Saya melihat ada banyak prajurit yang turun dari atas ke setiap tingkat yang ada untuk membebaskan orang-orang yang sudah dibawa untuk tetap berdiri diatas kebenaran. Saat mereka melakukan hal itu, setiap tingkat mulai memancarkan kemuliaan yang mereka bawa. Sesaat saja seluruh gunung itu mulai menyinarkan kemuliaan yang menyilaukan burung-burung nasar dan setan-setan yang tertinggal. Dan sesaat kemudian saya merasakan kemuliaan di gunung sama seperti di Taman.

Saya mulai mengucap syukur dan memuji Tuhan dan sesaat kemudian saya rasakan HadiratNya. Sangat sulit untuk menjelaskan emosi dan kemuliaan yang melingkupi saya. Pengalaman ini menjadi lebih hebat sehingga saya menghentikannya. Hikmat berdiri disebelah saya. Meletakkan tangannya di bahu saya dan berkata,” Engkau memasuki Pintu GerbangNya dengan ucapan syukur dan pengadilanNya dengan pujian”.

"Tetapi itu sangat nyata! Saya merasa seperti pernah kesana," seru saya.

"Engkau memang pernah disana," jawab Hikmat. "Tidak lebih bisa lebih nyata tetapi engkau melakukannya. Sama seperti Tuhan mengatakan pada pencuri yang ada disalib, ‘Hari ini’ engkau akan bersama denganKu di Firdaus, engkau dapat memasuki Firdaus setiap saat. Tuhan, FirdausNya dan gunung ini, semua tunduk padamu, karena Dia ada didalammu.Apa yang lebih dulu engkau alami sekarang menjadi nyata sebab engkau sudah mendaki gunung itu. Alasanmu dapat melihatku dan yang lainnya tidak bisa melihatku adalah karena engkau sudah masuk ke tempat dimana Aku berada. Inilah kenyataan yang diketahui nabi-nabi dan memberikan keberanian yang besar sekalipun sendirian menghadapi sepasukan musuh.



Blessed To Bless...

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit