Tuesday, March 29, 2011

Sebuah akhir Pencarian & Panggilan [ Part 5 ]


Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris 
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)


Pintu-Pintu Kebenaran

Rajawali itu kemudian terangkat dari batu tempatnya bertengger dan meluncur dari tepi tingkat tempat kami berdiri. “Mari,” katanya. Saat saya mendekati dia, saya melihat anak tangga turun yang menuju dasar gunung. Ada sebuah pintu yang kecil.


"Mengapa saya tidak melihat ini sebelumnya?" Tanya saya.


"Saat engkau tiba pertama kali di gunung engkau tidak tinggal lama di tingkat ini dan tidak cukup waktu untuk melihat-lihat,” jawabnya.


"Bagaimana engkau mengetahuinya? Apakah engkau ada disini saat saya tiba di gunung ini?"


"Saya tidak akan tahu jika sebelumnya saya tidak berada disini, sebab semua yang tidak mengetahui pintu ini mempunyai alasan yang sama, tetapi nyatanya saya pernah disini, responnya. “Saya adalah salah satu dari prajurit yang dengan cepat engkau lewati saat mendaki ke gunung."


Kemudian saya mengenali rajawali sebagai seorang manusia yang pernah saya temui setelah pembicaraan singkat kami. Dia meneruskan, “Saya sangat ingin mengikutimu. Saya sudah berada ditingkat ini untuk waktu yang lama dan saya butuh perubahan. Saya hanya tidak bisa meninggalkan semua jiwa-jiwa yang terhilang sehingga saya masih berusaha mencoba memimpin mereka kemari. Saat saya memutuskan kepada Tuhan untuk melakukan kehendakNya, baik tinggal ataupun pergi, Hikmat mendekati saya dan menunjukkan pintu ini. Dia berkata bahwa ini pintu tembus ke puncak. Begitulah saya sampai dipuncak sebelum engkau dan berubah menjadi seekor rajawali."


Saya teringat saya melihat pintu-pintu seperti ini di beberapa tingkat, tetapi saya hanya mengintip beberapa saja dan teringat betapa saya mengagumi apa yang saya lihat. Saya tidak menjelajah lebih jauh, karena saya terfokus pada peperangan dan mencoba untuk tiba di puncak gunung. “Dapatkah saya masuk ke pintu-pintu itu dan langsung keatas?" Tanya saya.


"Tidaklah semudah itu," jawab rajawali sedikit jengkel. "Di setiap pintu ada jalan – jalan dan salah satu jalan menuju ke puncak." Seperti mengetahui pertanyaan saya selanjutnya, dia meneruskan. "Jalan-jalan yang lain menuju ke tingkat-tingkat yang lain di gunung. Bapa sudah merencanakannya sehingga setiap orang akan memilih salah satu jalan sesuai tingkat kedewasaan mereka dan apa yang diperlukan."


"Luar biasa! Bagaimana Dia melakukan hal itu?" pikir saya, tetapi rajawali mendengar pikiran saya.

"Sangat sederhana," kata rajawali meneruskan, seakan-akan saya sudah berbicara dengan keras. "Kedewasaan rohani selalu ditentukan oleh kerelaan seseorang mengorbankan keinginan pribadinya untuk kepentingan Kerajaan atau untuk kepentingan sesamanya."


Dengan hati-hati saya menyimak setiap kata yang diucapkannya. Bagaimanapun saya tahu bahwa saya harus masuk pintu yang ada didepan saya, dan sangatlah bijaksana untuk mempelajari semuanya yang saya dapat dari seseorang yang pernah kesana sebelumnya dan secara nyata memilih pintu yang langsung menuju ke puncak.


"Aku tidak langsung menuju ke puncak dan tidak bertemu seseorang yang pernah mengalaminya,” kata rajawali meneruskan. "Tetapi saya pergi kesana lebih cepat dari yang lainnya karena saya sudah belajar banyak tentang pengorbanan diri selagi berjuang di tingkat “Keselamatan”. Aku tunjukkan pintu ini karena engkau sudah mengenakan mantel dan bagaimanapun engkau akan menemukannya, tetapi waktunya sangat singkat dan diluar pemahamanmu. Mereka tidak dapat diperoleh secara fisik, tetapi setiap harta karun yang engkau genggam, engkau akan sanggup membawanya dihatimu. Hatimu berarti menjadi harta karun bagi rumah Tuhan. Tetapi waktu engkau mencapai puncak lagi, hatimu akan berisi harta-harta karun yang lebih berharga dari semua harta karun yang ada dibumi. Semuanya itu tidak akan pernah diambil darimu, itu adalah milikmu abadi sebab engkau adalah milik Tuhan. Cepatlah pergi. Badai awan sekarang berkumpul dan peperangan besar sudah mendekat."


"Apakah engkau pergi dengan saya?" pinta saya.


"Tidak," jawabnya. "Disinilah tempatku sekarang. Aku harus membantu orang-orang yang terluka disini. Tetapi aku akan melihatmu lagi disini. Engkau akan bertemu banyak saudara laki-laki dan perempuan rajawali sebelum engkau kembali dan mereka akan membantumu lebih baik daripadaku ditempat engkau akan bertemu mereka.


Harta surgawi


Saya sudah sangat mengasihi rajawali itu sehingga saya tidak tahan untuk meninggalkannya. Saya senang bahwa kami akan bertemu kembali. Sekarang pintu didepan saya menarik seperti sebuah magnet. Saya membukanya dan masuk kedalam. Sinar kemuliaan yang membungkus sangatlah mempesonakan dan segera saya jatuh berlutut. Emas, perak dan batu-batu berharga di sangatlah indah lebih dari semua yang ada di bumi. Ruangan itu sangat besar seakan tidak ada akhirnya. Lantainya perak, pilar-pilarnya dari emas dan langit-langitnya dari berlian murni yang memancarkan berbagai warna yang saya tahu dan banyak warna yang tidak saya ketahui. Malaikat-malaikat ada dimana-mana, berpakaian jubah dan seragam yang berbeda-beda yang tidak ada di bumi.


Saat saya mulai berjalan melalui ruangan, semua malaikat mengucapkan salam dengan membungkukkan badannya. Salah satu malaikat itu maju dan mengucapkan selamat datang dengan menyebut nama. Dia menjelaskan bahwa saya dapat pergi kemanapun dan melihat apapun yang saya inginkan di ruangan ini. Tidak ada satupun yang disembunyikan dari orang-orang yang melewati pintu ini.


Saya tidak dapat mengucapkan kata-kata, begitu terpesona dengan keindahannya. Akhirnya saya berkata bahwa ini adalah lebih dari keindahan yang saya lihat di Taman. Mengejutkan, malaikat itu berkata,”Inilah Taman itu! Ini adalah salah satu ruangan di rumah Bapa. Kami adalah pelayan-pelayanmu."


Saat saya berjalan, sekelompok besar malaikat mengikuti saya. Saya berbalik dan bertanya pada pimpinannya mengapa mereka mengikuti saya. “Karena mantel itu” katanya, “Kita diberikan kepadamu untuk melayanimu disini dan dipeperangan yang akan datang."


Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan malaikat-malaikat ini, jadi saya hanya terus berjalan. Saya tertarik dengan sebuah batu biru yang besar yang tampak seperti memiliki matahari dan awan-awan didalamnya. Saat saya menyentuhnya, perasaan yang sama saat makan buah dari Pohon Kehidupan meliputi saya. Saya merasakan energi, kejernihan mental dan kasih untuk setiap orang menjadi bertambah besar dan jelas. Saya mulai memegang sinar kemuliaan Tuhan. Semakin lama saya menyentuh batu itu, sinar kemuliaan akan semakin memancar. Saya tidak pernah ingin melepaskan sentuhannya saya tetapi kemuliaan itu menjadi sangat hebat sehingga saya harus berpaling.


Kemudian mata saya melihat sebuah batu hijau yang sangat indah. "Apa isi batu ini?" Tanya saya pada malaikat yang berdiri didekat saya.


"Semua batu-batu ini adalah harta-harta keselamatan. Sekarang engkau menyentuh alam surgawi dan ini adalah pemulihan dari kehidupan,” terusnya.


Saat saya menyentuh batu hijau, saya mulai melihat bumi dalam warna-warna yang spektakuler. Warna-warna itu semakin bertambah banyak, semakin lama tangan saya menyentuh batu itu, semakin bertambah kasih saya pada semua yang saya lihat. Kemudian saya mulai melihat suatu harmonisasi antara semua mahkluk hidup yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Kemudian saya juga mulai melihat kemuliaan dari penciptaan Tuhan. Kemuliaan itu semakin bertambah kuat sampai saya harus berpaling kembali.


Kemudian saya menyadari entah sudah berapa lama saya disini. Saya memahami Tuhan dan alam semesta ciptaanNya yang segera bertumbuh besar hanya dengan menyentuh kedua batu ini dan masih banyak yang lain lagi. Ada banyak hal di satu ruangan yang dapat dipahami seseorang untuk seluruh hidupnya. “Ada berapa lagi ruangan disini? Tanya saya pada malaikat.


"Ada banyak ruangan seperti ini di setiap tingkat gunung yang engkau daki ."


"Bagaimana seseorang mengalami semuanya itu hanya pada satu ruangan, atau semuanya? "Tanya saya.


"Selamanya engkau akan melakukan ini. Harta-harta ini terdiri dari kebenaran-kebenaran paling dasar dari Yesus Kristus, cukup menjadi hadiah untuk seumur hidupmu. Tidak ada satu manusiapun yang mengetahuinya karena tidak ada yang mengetahuinya hanya karena satu kehidupan, tetapi engkau harus mengambil apa yang yang engkau perlukan dan menjaganya menuju ke tujuan akhir hidupmu.


Saya mulai berpikir tentang peperangan yang akan datang dan para pejuang yang menjadi tawanannya. Itu bukanlah pikiran yang menyenangkan ditengah-tengah tempat yang penuh dengan kemuliaan ini, tetapi saya tahu bahwa saya akan kembali ke ruangan ini dan saya hanya punya sedikit waktu lagi untuk menemukan jalan langsung ke puncak gunung dan kemudian kembali ke medan perang lagi.


Saya menoleh kepada malaikat. "Engkau harus membantu saya menemukan pintu yang menuju ke atas."


Malaikat itu tampak bingung, "kami pelayan-pelayanmu," tanggapnya, "tetapi engkau harus memimpin kami. Seluruh gunung ini adalah misteri buat kami. Kami semua ingin melihat ke misteri besar ini, tetapi setelah kita meninggalkan ruangan ini yang hanya sedikit kita ketahui, kami akan mempelajarinya."


"Apakah engkau tahu dimana semua pintu?"Tanya saya.


"Ya, Tetapi kami tidak tahu pintu-pintu itu menuju kemana. Ada beberapa pintu yang tampak menarik, beberapa yang sederhana dan beberapa yang menjijikkan. Satu pintu mengerikan."


"Di tempat seperti ini ada pintu-pintu yang menjijikkan?" saya seakan tidak percaya. "Dan satu pintu mengerikan? Bagaimana mungkin?”


"Kami tidak tahu, tetapi aku akan menunjukkannya padamu," responnya.


"Silahkan,"kata saya.


Kami berjalan beberapa waktu, melewati harta-harta yang tak dapat diungkapkan, sangat sulit bagi saya untuk tidak berhenti menyentuhnya. Ada banyak pintu dengan kebenaran-kebenaran alkitabiah yang berbeda tertulis diatasnya. Saat malaikat menyebutnya ‘menarik’ saya mengerti daya tariknya. Saya sangat ingin masuk ke setiap pintu, tetapi keinginantahu saya pada “pintu mengerikan” membuat kami tetap bergerak. Kemudian saya melihatnya. “Mengerikan” hanyalah sebuah ungkapan yang mengecilkan sesuatu. Ketakutan membungkus saya sampai hampir tidak bisa bernafas.




Karunia dan Kebenaran
 
Saya berbalik dari pintu dan dengan cepat kembali ke belakang. Ada sebuah batu merah yang besar didekatnya yang membuat saya rindu menyentuhnya. Tiba-tiba saya merasa seperti di Taman Getsemani melihat Tuhan sedang berdoa. Penderitaan yang saya alami saat melihat pintu lebih mengerikan lagi. Saya tergoncang, saya lepaskan pegangan saya ke batu merah dan saya jatuh terduduk dilantai, kelelahan. Saya sangat ingin kembali ke batu biru atau hijau, tetapi saya harus mengumpulkan kembali energi dan arah saya. Para malaikat dengan cepat mengelilingi dan melayani saya. Saya diberikan minuman yang mulai menyegarkan saya kembali. Setelah merasa baikan, saya berdiri dan mulai berjalan ke batu-batu yang lain. Namun, visi saya tentang Tuhan Yesus yang sedang berdoa memaksa saya untuk berhenti.


"Apa yang ada dibalik itu?" Tanya saya.


"Saat engkau menyentuh batu-batu itu kami hanya dapat melihat sedikit saja seperti yang engkau lihat dan merasakan seperti yang engkau rasakan," kata malaikat. "Kami tahu bahwa batu-batu ini adalah harta-harta terbesar dan semua pengungkapannya sangatlah berharga. Untuk sesaat kami merasakan penderitaan Tuhan sebelum penyalibanNya dan kami merasakan apa yang Dia rasakan di malam yang mengerikan itu. Sangatlah sulit bagi kami untuk mengerti bagaimana Tuhan kita dapat menahan penderitaan itu. Ini sebuah penghargaan bagi kita untuk menghormati dan melayanimu seperti yang sudah Dia lakukan."


Kata-kata malaikat seperti kilat yang menyambar jiwa saya. Saya sudah berperang di peperangan yang hebat. Saya sudah mendaki ke puncak gunung. Saya menjadi terbiasa dengan alam rohani sehingga saya hampir tidak memperhatikan malaikat-malaikat, dan saya dapat berbicara dengan rajawali-rajawali perkasa, tetapi saya masih belum dapat menanggung saat penderitaan Raja saya tanpa ingin melarikan diri. “Saya seharusnya tidak disini,” saya hampir berteriak. “Saya lebih dari siapapun layak untuk menjadi tawanan iblis!”.


"Tuan," kata malaikat malu-malu. “Kami memahami bahwa tidak ada seorangpun disini yang layak. Engkau disini karena engkau dipilih sebelum dunia dijadikan untuk suatu maksud. Kami tidak tahu apa yang menjadi tujuanmu, tapi kami tahu bahwa ini sesuatu yang sangat besar bagi setiap orang di gunung ini."


"Terimakasih. Engkau sangat membantu. Karena tempat ini, emosi saya menjadi sangat terbentang dan mereka dapat menguasai pemahaman saya. Engkau benar. Tidak ada seorangpun yang berharga disini. Benar, lebih tinggi kami mendaki gunung, kami semakin tidak berharga untuk berada disana dan semakin banyak karunia yang kami perlukan untuk tinggal disana. Bagaimana saya dapat mencapai puncak pertama kalinya?”


"Kasih karunia," malaikat menanggapi.


"Jika engkau ingin membantu saya," kata saya, "tolong terus mengulangi kata-kata itu jika engkau melihat saya bingung atau putus asa. Kata-kata itu lebih saya pahami dari apapun dan selalu membawa kejernihan bagi jiwa saya."


"Sekarang saya harus kembali ke batu merah. Saya tahu sekarang bahwa harta terbesar dari ruangan ini adalah batu merah dan saya tidak akan meninggalkannya sampai saya membawa harta itu dalam hati saya," saya berkata dengan ketetapan hati lebih dari yang saya rasakan saat itu, tetapi itu adalah benar."




Kebenaran Kasih Karunia


Waktu yang saya habiskan bersama batu merah itu sangat menyakitkan hati. Seringkali saya tidak bisa mengambilnya lagi dan saya akan menarik tangan kembali. Beberapa kali saya kembali ke batu biru atau hijau untuk menyegarkan jiwa saya sebelum kembali lagi. Sangatlah sulit untuk saya kembali ke batu merah, tetapi kasih saya dan penghargaan akan Tuhan bertumbuh dalam diri saya melebihi apapun yang pernah saya pelajari atau alami.


Akhirnya, ketika Hadirat Bapa meninggalkan Yesus di kayu salib, saya tidak dapat bertahan lagi. Saya berhenti. Saya dapat menceritakan bahwa malaikat-malaikat itu juga mengalami hal yang sama. Keinginan yang kuat untuk menyentuh batu merah itu sudah tidak ada lagi. Bahkan saya juga tidak ingin kembali ke batu biru. Saya hanya berbaring di lantai, menangisi apa yang sudah Tuhan lalui. Saya juga menangis karena saya juga meninggalkan Dia sama seperti murid-muridNya. Saya mengecewakan Dia saat Dia sangat memerlukan saya, sama seperti yang mereka lakukan.


Tampak seperti setelah berhari-hari, saya membuka mata saya. Rajawali lain berdiri didekat saya. Di depannya ada 3 batu, biru, hijau dan merah. “Makanlah,” katanya. Ketika saya memakan batu-batu itu, keseluruhan tubuh saya diperbaharui, baik sukacita besar maupun ketenangan yang luar biasa membanjiri jiwa saya.


Saat saya berdiri, saya melihat 3 batu yang sama itu terpasang di gagang pedang saya dan terpasang di pundak-pundak saya. “Sekarang, semuanya adalah milikmu selamanya," kata rajawali. "Ini tidak bisa diambil darimu dan engkau tidak bisa menghilangkannya juga."


"Tetapi saya belum selesai dengan batu yang terakhir,"protes saya.


"Kristus sendirilah yang akan menyelesaikannya,"jawabnya. "Engkau sudah melakukannya dengan baik, tetapi engkau harus pergi sekarang."


"Kemana?" Tanya saya.


"Engkau harus mengambil keputusan, tetapi dengan singkatnya waktu aku sarankan untuk langsung ke puncak," jawab rajawali dengan terburu-buru.


Kemudian saya teringat pintu-pintu itu. Saya segera menuju ke pintu-pintu yang tampak menarik. Saat saya mencapai yang pertama, pintu itu tidak menarik lagi, kemudian saya pergi ke pintu yang lain dan hal yang sama terjadi. “sesuatu tampaknya berubah,” kata saya dengan nyaring.


"Engkau yang berubah," seluruh pasukan malaikat menjawab dengan serempak. Saya berbalik melihat mereka dan kagum melihat mereka berubah. Mereka tampak tidak senaif sebelumnya, tetapi sekarang lebih anggun, terhormat dan bijaksana lebih dari malaikat-malaikat yang pernah saya lihat. Saya tahu bahwa mereka juga merefleksikan apa yang sudah terjadi pada saya, tetapi sekarang saya merasa tidak nyaman memikirkan diri saya sendiri.


"Saya mohon nasehatmu,"kata saya pada pimpinan pasukan malaikat itu.


"Dengarkan hatimu," katanya. "Itu adalah tempat tinggal kebenaran-kebenaran besar ini."


"Saya tidak dapat mempercayai hati saya sendiri," kata saya. "Ini adalah subyek dari banyak khayalan, tipuan dan ambisi pribadi, sangat sulit mendengar suara Tuhan."


"Tuan, dengan batu merah dalam hatimu sekarang, Aku tidak percaya bahwa hal itu akan terus menjadi masalah," jawab sang pimpinan dengan yakin. Saya bersandar di dinding, memikirkan rajawali yang tidak ada disini sekarang di saat saya paling membutuhkan dia. Dia sudah pernah disini sebelumnya dan tahu pintu mana yang harus dipilih. Saat saya menimbang-nimbang, “pintu mengerikan” tampaknya menjadi satu-satunya pintu yang dapat saya pikirkan. Saya pergi dari sana dengan cepat sehingga tidak mengetahui kebenaran apa yang akan dinyatakan.


Saat saya mendekati pintu itu, saya merasakan ketakutan yang luar biasa naik dalam diri saya tetapi tidak seburuk yang pertama kali. Sangat berlawanan dengan yang lain, hanya ada kegelapan disekitar pintu dan saya harus mendekat untuk membaca kebenaran yang tertulis diatasnya. Dengan terkejut saya membaca KURSI PENGADILAN KRISTUS. “Mengapa kebenaran ini sangat menakutkan?" saya bertanya dengan nyaring sekalipun tahu para malaikat tidak akan menjawabnya. Saat saya melihatnya barulah saya tahu bahwa inilah pintu yang harus saya lewati.


"Ada banyak alasan untuk takut," suara rajawali yang akrab terdengar.


"Saya gembira engkau kembali," seru saya. "Apakah saya membuat pilihan yang buruk?"


"Tidak! Engkau sudah memilih yang benar. Pintu ini akan membawamu ke puncak gunung lebih cepat dari yang lain. Ini menakutkan karena ketakutan terbesar dari ciptaan adalah melewati sumbernya – takut akan Tuhan yang Kudus. Hikmat terbesar dari manusia dalam kehidupan ini atau hidup yang akan datang adalah melalui pintu ini, tetapi sangat sedikit saja yang melewatinya."


“Tetapi mengapa begitu gelap?"Tanya saya.


"Cahaya dari pintu-pintu ini menyatakan perhatian gereja akan kebenaran-kebenaran dibelakang mereka. Kebenaran yang ada dibalik pintu ini adalah yang paling diabaikan tetapi paling penting. Engkau akan mengerti saat masuk melalui pintu ini. Ketika engkau melihat Yesus Kristus duduk di tahta, engkau juga disiapkan untuk duduk bersama dengan Dia."


"Kemudian pintu ini tidak akan begitu gelap dan terlarang jika kita memberikan perhatian yang lebih pada kebenaran ini?"


"Betul. Jika manusia mengetahui kemuliaan yang ada dibalik pintu itu, maka itu adalah hal yang paling brilian," rajawali meratap. "Bagaimanapun, masih cukup sulit melewati pintu ini. Saya diperintahkan untuk kembali dan membesarkan hatimu. Engkau akan melihat kemuliaan yang besar, tetapi juga terror yang terbesar melebihi apapun. Tetapi sekarang karena engkau sudah memilih pintu yang sulit ini, tetapi akan lebih mudah setelahnya, karena engkau mau untuk menghadapi kebenaran yang keras sekarang, maka engkau tidak akan banyak menderita. Banyak orang yang menginginkan kebaikanNya, tetapi sangat sedikit yang mau kekerasanNya. Jika kamu tidak mengetahui keduanya, maka akan selalu berada dalam bahaya tipuan dan jatuh dari kasih karuniaNya yang besar."


"Saya tahu bahwa saya tidak akan dapat datang kesini jika saya tidak melakukan seperti apa yang saya lakukan di batu merah. Bagaimana saya dapat berusaha untuk santai jika ini berlawanan dengan sifat dasar Tuhan?"


"Tetapi sekarang engkau sudah memilih, pergilah cepat. Peperangan besar yang lain akan segera mulai dan engkau diperlukan disana."




Kursi Pengadilan Kristus


Sekali lagi saya memandang sekeliling ruangan yang sangat besar dan ada didalam gunung ini. Harta karun kebenaran Keselamatan ada disini. Tampaknya keindahan yang ada disini tidak ada akhirnya. Saya tidak dapat membayangkan bahwa ruangan-ruangan ini berisi tentang kebenaran-kebenaran besar dari iman dapat lebih mulia. Ini membantu saya untuk memahami mengapa begitu banyak orang Kristen yang tidak mau meninggalkan tempat ini. Batu-batu permata yang besar merupakan perwujudan dari aspek-aspek Keselamatan yang berbeda, semuanya bersinar mulia lebih dari keindahan duniawi. Sangat luar biasa tidak bisa digambarkan, dan saya tahu saya dapat tinggal disini selamanya tanpa merasa bosan.


Rajawali yang berdiri disamping saya hampir berteriak: “Teruslah maju!” kemudian dengan tenang dia berkata,”Tidak ada damai sejahtera dan keamanan yang terbesar daripada tinggal dalam keselamatan Tuhan. Engkau dibawah kesini untuk mengetahuinya sebab engkau akan memerlukannya di tempat engkau akan pergi nanti. Tetapi engkau tidak dapat tinggal disini lebih lama lagi."


Pernyataan rajawali tentang damai sejahtera dan keamanan menyentuh saya. Saya pikir bahwa pejuang-pejuang yang berani yang berperang di medan perang berasal dari tingkat pertama di gunung, “Keselamatan”. Mereka sudah berjuang dengan baik dan mengirimkan banyak jiwa tetapi mereka juga terluka sangat parah. Kemudian rajawali kembali menginterupsi pikiran saya seakan-akan dia mendengar.


"Tuhan mempunyai definisi yang berbeda akan damai sejahtera dan keamanan daripada kita. Terluka di medan perang merupakan kehormatan. Inilah mengapa Rasul Paulus bangga akan pukulan dan rajaman di tubuhnya. Tidak ada keberanian tanpa bahaya yang nyata. Tuhan berkata bahwa Dia akan menyertai Yosua berperang untuk Tanah Perjanjian, tetapi lebih dan lebih mendesak lagi supaya dia kuat dan berani karena dia harus berjuang dan disana ada banyak bahaya. Dalam hal ini Tuhan membuktikan bahwa orang-orang yang berharga akan janjiNya yaitu mereka yang mengasihi Tuhan dan bagianNya melebihi keamanan dirinya sendiri. Keberanian adalah demonstrasi iman yang benar. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa JalanNya akan mudah tetapi akan berharga. Keberanian orang-orang yang berjuang dari tingkat Keselamatan membuat para malaikat dari surga menghargai apa yang Tuhan lakukan di tempat segala macam ras manusia yang jatuh. Mereka luka dalam pembantaian, tetapi mereka tidak berhenti dan tidak mundur. Dengan mendaki gunung engkau dapat berjuang dengan otoritas yang akan membebaskan banyak jiwa. Banyak jiwa akan memenuhi ruangan ini dan merupakan sukacita yang besar, jika engkau teruskan"


Kemudian saya menoleh dan melihat kepada pintu terlarang yang gelap yang diatasnya tertulis: Kursi Pengadilan Kristus. Kehangatan dan damai sejahtera membanjiri jiwa saya setiap kali saya melihat pintu ini. Saya ingin tinggal di ruangan ini. Sekali lagi rajawali menjawab pikiran saya.


"Sebelum engkau masuk ke pintu untuk kebenaran yang besar, engkau akan mempunyai perasaan yang sama. Bahkan engkau juga merasa demikian saat masuk ke ruangan harta karun keselamatan ini. Ketakutan ini adalah hasil dari kejatuhan. Itu adalah buah dari pengetahuan baik dan jahat. Pengetahuan dari pohon itu membuat kita merasa tidak aman dan mementingkan diri sendiri. Pengetahuan akan yang baik dan buruk membuat pengetahuan yang benar akan Tuhan tampak menakutkan, apalgi disaat setiap kebenaran dari atas membimbingmu ke damai sejahtera dan keamaan yang lebih besar. Bahkan pengadilan Tuhan pun juga diinginkan karena semua JalanNya adalah sempurna."


Sebelumnya saya sudah cukup mengalami apa yang tampaknya benar, jalan yang seringkali penuh dengan buah dan terkadang jalan yang menuju tragedy. Sepanjang perjalanan saya, jalan yang tampaknya paling berresiko ternyata menuntun ke sebuah hadiah yang terbesar. Bahkan setiap kali tampaknya semakin berresiko. Setiap kali menentukan pilihan akan semakin sulit.


"Sangat dibutuhkan iman yang besar untuk berjalan dalam alam Rohani yang lebih tinggi,” kata rajawali. “Tuhan memberikan kita sebuah peta KerajaanNya dan Dia berkata,’Jika kamu menyelamatkan dirimu sendiri, engkau akan kehilangannya tetapi jika engkau kehilangan nyawamu demi Aku, engkau akan memperolehnya.' Kata-kata itu sendiri dapat menjagamu di jalan menuju ke puncak gunung dan akan menuntunmu ke kemenangan besar di peperangan besar yang akan datang. Kata-kata itu juga akan membantumu tetap tegak didepan Kursi Pengadilan Kristus,” tambahnya sambil melihat ke pintu.


Saya tahu saya harus pergi. Saya juga harus mengingat ruangan kemuliaan ini dan harta karun keselamatan, tetapi saya juga tidak boleh menoleh kembali ke belakang. Saya harus terus maju. Saya berbalik dan dengan mengumpulkan seluruh keberanian, saya membuka pintu Kursi Pengadilan Kristus dan melangkah masuk. Seluruh pasukan malaikat yang menyertai saya mengambil posisi di sekitar pintu, tetapi tidak masuk.


"Ada apa? Apakah engkau tidak masuk?" pinta saya, sangat ingin ditemani.


"Ke tempatmu sekarang, engkau harus sendiri. Kami akan menunggumu disisi yang lain."


Tanpa menanggapi, saya berbalik dan mulai berjalan sebelum saya berubah pikiran. Ini adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan. Saya berada dalam kegelapan yang menakutkan yang pernah saya alami. Ketakutan luar biasa menyerang saya. Segera saya berpikir bahwa saya sudah menapakkan kaki ke neraka. Pintu itu tertutup dan saya tidak bisa melihat. Mengingat saya harus terus, saya bergerak perlahan dan berdoa minta pertolongan Tuhan. Saat saya melakukannya damai sejahtera mulai melingkupi hati saya.


Kemudian saya melihat bahwa kegelapan itu tidak lagi terasa dingin tetapi mulai terasa nyaman. Kemudian saya mulai melihat seberkas cahaya. Cahaya itu semakin lama semakin bersinar cemerlang penuh kemuliaan, sangat luar biasa dan saya merasa bahwa saya sedang masuk ke surga itu sendiri. Sekarang kemuliaan itu bertambah besar seturut setiap langkah saya. Saya terpesona bagaimana sesuatu yang luar biasa seperti ini ada didalam pintu yang sangat gelap dan terlarang. Saya ingin menikmati setiap langkah sebelum kembali melangkah.


Segera jalan itu terbuka dan menuju sebuah aula yang sangat besar dan saya merasa bahwa bumi sendiri tidak sebesar itu. Keindahan didalamnya tidak akan dapat digambar oleh arsitek manusia. Saya tidak pernah mengalami sesuatu yang memenuhi hati saya hanya dengan melihatnya. Di ujung aula itu adalah tempat Sumber Kemuliaan yang memancar dari setiap hal yang ada diruangan. Saya tahu bahwa itu adalah Tuhan dan saya sedikit takut saat saya mulai mendekati Dia. Saya tidak berpikir betapa jauhnya jarak kami. Semuanya sangat indah dan saya merasa saya dapat berjalan selamanya dan menikmati setiap langkah itu. Berjalan di bumi sampai ke Tahta akan membutuhkan waktu berhari-hari.


Mata saya tertuju kepada Kemuliaan Tuhan, sebelum menyadari saya melewati ribuan orang yang berdiri di atas tempat bertingkat-tingkat di kiri saya (Di sebelah kanan ada banyak orang juga tapi saya tidak melihat mereka karena mereka jauh dan mendekati Tahta). Saat saya melihat mereka saya berhenti. Mereka mempesona, sangat anggun lebih dari semua orang yang pernah saya lihat. Sikap mereka sangat menarik hati. Tidak ada damai sejahtera dan keyakinan yang terpancar di wajah manusia seperti ini sebelumnya. Setiap orang sangat indah diluar perbandingan bumi. Saat saya mendekati mereka, mereka membungkukkan badannya memberi salam seakan-akan mereka mengenal saya.


"Bagaimana engkau mengenal saya?"saya terkejut dengan pertanyaan saya sendiri.


"Engkau adalah salah satu orang kudus yang berjuang di peperangan terakhir," jawab seorang laki-laki yang ada di dekat saya. "Setiap orang disini tahu engkau dan semua orang yang sedang berperang di bumi. Kami adalah orang-orang kudus yang melayani Tuhan di generasi sebelum engkau. Kami adalah awan besar yang diberikan hak untuk menyaksikan peperangan terakhir. Kami semua tahu engkau dan kami semua melihat apa yang engkau lakukan."


Kemudian saya melihat seseorang yang saya tahu di bumi. Dia adalah orang percaya yang setia tetapi saya tidak pernah melihat dia melakukan sesuatu yang penting. Secara jasmani dia tidak menarik dan itu membuatnya menjadi pemalu. Disini kami mempunyai gambaran wajah yang sama tetapi dia berubah menjadi lebih tampan dari orang-orang yang ada di bumi. Dia melangkah maju dengan yakin dan kemartabatan yang tidak pernah saya lihat padanya atau pada siapapun sebelumnya.


"Surga sangat jauh lebih besar daripada yang kita impikan selama kita di bumi,” dia mulai berbicara. “Ruangan ini adalah alam kemuliaan yang jauh dari kemampuan nalar kita. Sangatlah benar bahwa kematian kedua sangat mengerikan daripada yang selama ini kita pahami. Surga atau neraka tidak seperti yang kita pikirkan sebelumnya. Jika aku sudah mengetahui ini di bumi maka aku tidak akan pernah hidup dengan cara yang lalu. Engkau diberkati dengan kasih karunia yang besar untuk datang kemari sebelum engkau mati."dia berkata sambil melihat pakaian saya.


Kemudian saya melihat diri saya sendiri. Saya masih mengenakan mantel tua kerendahan hati dan baju zirah dibawahnya. Saya merasa bodoh dan kasar berdiri didepan mereka yang sangat anggun dan indah. Saya mulai berpikir bahwa saya berada dalam masalah besar jika saya muncul dihadapan Tuhan seperti ini. Seperti rajawali teman saya, mereka mengerti pikiran saya dan menjawab:


"Mereka yang kesini mengenakan mantel itu tidak mempunyai rasa takut. Mantel itu merupakan penghormatan tingkat tinggi dan inilah mengapa mereka semua membungkukkan diri saat engkau lewat."


"Saya tidak melihat seorangpun yang membungkukkan diri,"jawab saya sedikit malu.


"Itu bukannya tidak pantas," lanjutnya. "Disini kami saling menunjukkan penghargaan satu sama lain. Bahkan juga malaikat-malaikat yang melayani kami disini tetapi hanya Tuhan dan Kristus yang kita sembah."


Saya masih merasa malu. Saya harus terus ingat untuk membungkukkan diri pada orang-orang mulia ini sedangkan saat bersamaan saya ingin sembunyi sebab saya tampak buruk. Kemudian saya mulai meratapi pikiran bodoh saya sama seperti di bumi dan setiap orang disini dapat mengetahui pikiran! Saya merasa cemar dan bodoh berdiri didepan orang-orang yang mulia dan sungguh luar biasa ini. Lagi-lagi teman lama saya menanggapi pikiran ini.


"Kami mempunyai tubuh kemuliaan disini sedangkan engkau tidak. Pikiran kami tidak lagi dicemari dosa. Disini kami mampu memahami hal-hal yang di bumi tidak bisa diukur dan kemampuan kami untuk memahami akan semakin bertambah selamanya. Itulah mengapa kami dapat mengenal Bapa dan memahami CiptaanNya. Di bumi engkau tidak dapat mengerti atau paling tidak apa yang kami ketahui disini dan kami adalah yang paling kecil dari orang-orang itu."


"Bagaimana engkau dapat menjadi yang paling kecil?" Tanya saya tak percaya.


"Ada tingkat kebangsawanan disini. Upah kami hidup di bumi menentukan posisi kami disini. Kumpulan besar orang-orang disini adalah yang disebut Tuhan “gadis-gadis bodoh”. Kami mengenal Tuhan dan mempercayai SalibNya lah yang melepaskan kami dari neraka, kami tidak benar-benar hidup untuk Dia tapi untuk diri kami sendiri. Kami tidak menjaga pelita kami supaya penuh dengan minyak Roh Kudus. Kami mempunyai hidup yang kekal tetapi kami menyia-nyiakan hidup kami di bumi."


Saya sangat terkejut tetapi saya tahu tidak akan ada seorangpun disini yang akan berdusta.


"Gadis-gadis bodoh menggertakkan giginya dalam kegelapan,"protes saya.


"Dan itulah yang kami lakukan. Kami sangat terluka saat mengerti bagaimana kami begitu menyia-nyiakan hidup kami, melebihi kepedihan yang dirasakan manusia di bumi. Kegelapan akan luka itu semakin besar saat semua disingkapkan didepan kemuliaan Dia yang sudah kita kecewakan. Sekarang engkau berdiri ditengah-tengah orang yang mempunyai pangkat terendah di surga. Tidak ada kebodohan yang lebih besar dari orang-orang yang sudah mengenal keselamatan besar Tuhan tetapi melanjutkan hidupnya untuk diri mereka sendiri. Untuk datang kesini dan mempelajari kebodohan ini adalah kepedihan yang lebih besar dari yang dialami jiwa-jiwa di bumi. Kami menderita dalam kegelapan itu karena kebodohan kami yang besar."


Sangat tidak masuk akal. "Tetapi engkau sangat bersinar dan penuh sukacita dan damai sejahtera lebih daripada yang saya dapat bayangkan, sekalipun ini di surga. Saya tidak melihat kesedihan didalammu dan disini engkau tidak dapat berdusta. Ini sangat tidak masuk akal."


Dia meneruskan sambil melihat langsung kemata saya, "Tuhan juga mengasihi kami dengan kasih yang luar biasa besar yang tidak dapat engkau mengerti. Didepan Kursi Pengadilan Tuhan saya merasakan kegelapan jiwa yang paling besar dan menyesali apa yang sudah saya alami. Walau disini tidak ada waktu, tampaknya sangatlah lama hidup saya di bumi. Semua dosa-dosa dan kebodohan yang tidak saya sesali ada didepan saya dan semua orang disini mengalami hal yang sama. Kepedihan ini tidak dapat engkau pahami sampai engkau mengalaminya. Saya merasa seperti berada di dasar neraka yang paling dalam sekalipun saya berdiri didepan Tuhan. Dia tegas sampai hidup saya benar-benar diperbaharui. Saat saya minta ampun dan minta pengampunan didepan salibNya, Dia menghapus airmata saya dan membuang kegelapan itu. Dia memandang saya dengan kasih luar biasa diluar pemahaman yang sekarang engkau mengerti. Dia memberikan jubah ini. Saya tidak lagi merasakan kegelapan dan kepahitan atau kepahitan saat saya berdiri didepanNya tetapi saya ingat. Hanya disini engkau mengingat hal-hal seperti itu tanpa terus merasakan pedih. Sesaat tinggal di bagian paling rendah di surga sangat lebih besar daripada ribuan tahun hidup di tingkat tinggi di bumi. Sekarang ini ratapan saya akan kebodohan saya diubahkan menjadi sukacita dan saya tahu bahwa saya akan bersukacita selamanya sekalipun saya berada di tempat paling rendah di surga."


Saya mulai terpikir kembali tentang harta-harta keselamatan. Saya tahu bahwa semuanya yang diceritakannya dibukakan oleh harta-harta itu. Setiap langkah yang saya ambil untuk naik ke surga atau ke kedalamannya mulai tersingkap, JalanNya menakutkan dan sekaligus luar biasa indah yang saya tahu sebelumnya.


Melihat ke dalam mata saya, teman saya meneruskan. "Engkau disini tidak untuk mengerti tetapi untuk mengalami. Tingkat selanjutnya lebih besar dari apa yang ada disini. Setiap tingkat lebih besar dan lebih banyak dari tingkat sebelumnya. Bukan saja setiap tingkat mempunyai tubuh rohani yang bersinar mulia tetapi setiap tingkat semakin dekat dengan Tahta dimana Sumber semua Kemuliaan. Saya tidak lagi merasakan pedih dengan kegagalan saya. Saya sungguh pantas tidak mendapatkan apa-apa. Saya disini karena kasih karunia semata dan saya sungguh bersyukur dengan apa yang saya miliki. Dia sangat berharga untuk dikasihi. Saya dapat melakukan hal-hal luar biasa di alam surga yang berbeda tetapi saya memilih tinggal disini dan hanya memandang kemuliaanNya, sekalipun saya hanya berada dipinggir saja."


Dengan pandangan jauh kedepan, dia menambahkan,"Setiap orang di surga sekarang ini sedang memandang Misteri Terbesar Tuhan yang sedang dibuka dan melihat orang-orang yang akan berperang di peperangan terakhir." "Dapatkah engkau melihatNya dari sini?"Tanya saya. "Saya melihat KemuliaanNya dari jauh tetapi saya tidak dapat melihatNya."


"Saya dapat melihatNya jauh lebih baik dari engkau," jawabnya. "Saya dapat melihat Dia dan semua yang Dia lakukan sekalipun dari sini. Saya juga dapat mendengarNya. Saya juga dapat melihat bumi, Dia memberikan kami kemampuan itu. Kami adalah awan-awan besar saksi yang melihatmu."


Dia kembali ke tempatnya dan saya mulai berjalan, mencoba untuk mengerti semua yang sudah dikatakannya. Saat saya melihat ke kumpulan besar orang yang dia katakan sebagai gadis-gadis bodoh, orang-orang yang rohaninya tertidur saat hidup dibumi. Saya tahu jika salah satu dari mereka muncul di bumi mereka akan disembah sebagai dewa-dewa dan mereka ada disini!


Kemudian saya mulai memikirkan betapa saya menyia-nyiakan hidup saya. Kehidupan saya seakan berjalan didepan saya. Saya mulai merasakan pedih atas dosa-dosa saya. Saya juga mempunyai kebodohan yang sangat besar! Mungkin saya menjaga minyak di pelita saya lebih dari yang lain, tetapi sekarang saya tahu bagaimana bodohnya saya sudah mengukur apa yang saya perlukan dengan melihat apa yang orang lain lakukan. Saya juga adalah salah satu gadis-gadis bodoh itu!


Dengan pemikiran akan penemuan besar itu saya hampir pingsan, seorang laki-laki yang saya kenal sebagai salah satu umat Tuhan yang besar mendekat dan menguatkan saya. Sentuhannya menyegarkan saya kembali. Kemudian dia memberi salam dengan hangat. Dia adalah orang yang ingin saya jadikan guru. Saya pernah bertemu dengannya tetapi kami tidak berhubungan baik. Seperti yang lainnya saya mencoba untuk mendekat dan belajar, saya pernah jengkel dengannya dan dia pernah meminta saya untuk pergi. Selama berahun-tahun saya merasa bersalah, perasaan saya bahwa saya kehilangan kesempatan yang besar karena noda pada karakter saya. Walau saya tidak memikirkannya lagi, saya masih membawanya sebagai beban dari kegagalan saya. Saat saya melihat dia semuanya tampak jelas dan perasaan pedih saya muncul. Sekarang dia tampak seperti bangsawan yang tidak pernah sebegitu menarik seperti sekarang dan mempermalukan kelemahan saya. Saya ingin sembunyi tetapi tidak ada jalan untuk menghindari dia. Saya terkejut saat kehangatannya yang murni membuat saya merasa nyaman. Tampaknya disini tidak ada benteng antara kami. Kasih yang saya rasakan padanya hampir membuat saya tidak sadar.


"Saya sangat menunggu pertemuan ini," katanya.


"Engkau menunggu saya?"Tanya saya. "Mengapa?"


"Engkau adalah salah satu yang saya tunggu. Saya tidak mengerti akan penghakiman, sampai engkau yang merupakan salah satu yang dipanggil untuk saya dapat membantu bahkan memuridkanmu, tetapi saya justru menolakmu."


"Tuan," protes saya. "Merupakan kehormatan yang besar menjadi muridmu, dan saya sangat berterimakasih untuk waktu-waktu yang engkau sudah berikan kepada saya tetapi saya sangat angkuh dan saya pantas menerima penolakanmu. Saya tahu bahwa pemberontakan dan kebanggaan saya membuat saya tidak pernah mempunyai bapak rohani. Ini bukan kesalahanmu tetapi kesalahan saya."


"Memang benar engkau sangat bangga tetapi bukan karena itu aku menolakmu. Aku menolakmu karena kegelisahankulah yang membuatku ingin mengendalikan setiap orang disekitarku. Aku menolakmu karena engkau tidak dapat menerima apapun tanpa mempertanyakannya. Kemudian aku mulai mencari-cari kesalahanmu. Aku mulai merasa bahwa jika aku tidak dapat mengendalikanmu, suatu saat engkau akan mempermalukanku dan pelayananku. Aku menjunjung tinggi pelayananku lebih dari yang saya lakukan untuk orang-orang yang diberikan kepadaku, jadi aku membuatmu pergi," katanya.


Dengan ketulusan yang tidak ada di bumi, dia meneruskan, "Semua anak-anak adalah pemberontak dan aku pikir dunia meledak di sekitar mereka. Itulah mengapa mereka memerlukan orang tua untuk membesarkan mereka. Hampir setiap kehendak anak membawa cercaan bagi keluarganya, tetapi dia tetap menjadi bagian keluarga itu. Seringkali aku menolak anak-anak Tuhan yang dipercayakan kepadaku untuk mendewasakan mereka, tetapi seringkali saya gagal. Banyak dari mereka yang menderita luka parah dan gagal yang sebetulnya dapat saya bantu untuk menghindarinya. Banyak dari mereka saat ini yang menjadi tawanan musuh. Aku sudah membangun organisasi yang besar dan mempunyai pengaruh besar bagi gereja-gereja tetapi kasih karunia paling besar yang Tuhan percayakan adalah orang-orang yang dikirim untuk menjadi muridku tetapi banyak orang yang sudah kutolak. Jika aku tidak begitu egois dan terpaku pada reputasi maka aku akan menjadi seorang raja disini. Aku dipanggil menjadi salah satu yang duduk di tahta-tahta paling tinggi. Semua yang kau miliki dan akan kau selesaikan akan diperhitungkan di surga. Disamping itu, banyak dari apa yang menjadi perhatianku kelihatan sangat kecil. Apa yang tampak bagus di bumi disini akan sangat berbeda. Apa yang dapat membuatmu menjadi seorang raja dibumi seringkali akan menjadi batas bagimu untuk menjadi raja disini. Apa yang dapat membuatmu berada disini adalah kerendahan hati yang tidak diperhitungkan di bumi. Maukah engkau memaafkanku?"


"Tentu saja," kata saya agak malu. "Tetapi saya juga membutuhkan maaf. Saya masih berpikir tentang keanehan dan pemberontakan saya yang menyulitkanmu."


"Memang benar engkau tidak sempurna dan aku melihat beberapa masalahmu, tetapi semua itu bukanlah penyebab dari penolakan," katanya. "Tuhan tidak menolak dunia saat saya melihatnya sebagai kegagalan. Dia tidak menolakku saat Dia melihat dosaku. Dia memberikan HidupNya untuk kita. Selalu yang terbesar memberikan hidupnya untuk yang kecil. Saya sudah dewasa daripadamu. Saya punya otoritas yang lebih darimu tetapi aku menjadi seekor kambing seperti dalam perumpamaan; Aku sudah menolak Tuhan dengan menolakmu dan orang-orang lain yang sudah Dia kirimkan untukku."


Saat dia berbicara, kata-katanya menghantam saya. Saya juga merasa bersalah atas semua yang dia rasakan. Banyak dari orang-orang muda baik laki-laki maupun perempuan yang sudah saya keluarkan dari pikiran saya karena tidak cukup penting untuk waktu saya, sekarang semuanya berjalan di ingatan saya. Betapa ingin saya kembali sekarang dan mengumpulkan mereka bersama-sama! Kepedihan yang mulai saya rasakan sekarang tampaknya lebih buruk dari yang saya rasakan karena menyia-nyiakan hidup saya di bumi. Saya sudah menyiakan-nyiakan banyak orang! Sekarang banyak dari orang-orang ini menjadi tawanan musuh, terluka dan ditawan selama perang di gunung. Keseluruhan perang ini adalah untuk orang-orang dan seringkali orang-orang yang dianggap tidak penting. Kami akan berjuang untuk kebenaran lebih dari orang-orang yang diberikan. Kami akan berjuang untuk pelayanan tetapi berlaku kasar pada orang-orang yang menjalankannya. “Dan banyak orang seperti saya yang berpikir sebagai pemimpin rohani! Saya benar-benar adalah orang-orang kudus yang paling rendah," pikir saya.


"Aku mengerti apa yang engkau rasakan," kata seorang laki-laki yang saya kenali sebagai salah satu orang yang menjadi pemimpin Kristen paling besar sepanjang waktu. "Rasul Paulus pada saat akhir hidupnya mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling rendah diantara orang-orang kudus. Hanya sesaat sebelum kematiannya, dia menyebut dirinya sendiri “pendosa besar”. Apakah dia tidak belajar bahwa hidupnya di bumi yang penuh bahayalah yang menjadikan dia orang-orang kudus di surga. Karena dia sudah belajar di bumi sekarang dia menjadi orang-orang terdekat Tuhan dan mendapatkan pangkat tertinggi selamanya."


Melihat orang ini berada dalam “gadis-gadis bodoh” mengejutkan saya. “Saya tidak percaya bahwa engkau adalah orang-orang bodoh yang menyia-nyiakan kehidupan di bumi. Mengapa engkau berada disini?"


"Aku disini karena aku telah membuat kesalahan besar sebagai salah satu orang dipercayakan Injil Penyelamat Kita. Seperti Rasul Paulus yang tidak menyebut dirinya sendiri rasul-rasul terbesar, aku berbuat sebaliknya. Aku mulai menyadari bahwa aku adalah pendosa besar yang mendapat kasih karunia, tetapi berakhir dengan pikiran aku adalah rasul-rasul besar. Itu karena rasa bangga aku yang besar, bukan ketidakamanan seperti teman-teman disini tetapi aku mulai menyerang setiap orang yang tidak melihat sesuatu seperti yang saya lihat. Saya aku lepaskan para orang-orang yang mengikutiku dari panggilannya masing-masing dan bahkan dari pribadinya, aku menekan mereka untuk menjadi seperti saya. Tidak ada seorangpun disekitarku yang menjadi diri mereka sendiri. Tidak ada seorangpun yang berani bertanya mengapa aku menghancurkan mereka seperti butiran debu. Aku memikirkan itu karena dengan mengecilkan orang lain, membuat diriku menjadi besar. Aku pikir seharusnya akulah yang menjadi Roh Kudus bagi setiap orang. Dari luar, pelayananku tampak seperti mesin yang berjalan dengan halus dimana setiap orang menjadi satu kesatuan dan satu perintah yang sempurna, tetapi itu adalah perintah tentang pemusatan kemah. Aku membawa anak-anak Tuhan dan membuat mereka bergerak otomatis di gambaranku disamping Dia. Pada akhirnya aku tidak melayani Tuhan tetapi melayani idola yang aku bangun untuk diri sendiri. Sebelum akhir hidupku, hidupku benar-benar menjadi musuh injil sejati, paling tidak secara praktis bahkan jika pengajaran dan tulisanku tampak secara alkitabiah tanpa cela. "


"Jika ini benar,maka engkau adalah musuh injil, tetapi bagaimana engkau masih berada disini?" Tanya saya.


"Oleh kasih karunia Tuhan, aku percaya salib sebagai keselamatanku sendiri, bahwakan sekalipun sebenarnya aku menjauhkan orang lain dari hal itu, menuntun mereka kepada diriku sendiri lebih daripada membawa mereka kepada Tuhan. Tuhan tetap setia sekalipun kita tidak setia. Ini juga hanya karena karuniaNya Tuhan membawa aku pulang dari bumi lebih cepat dari mereka yang dibawahku sehingga mereka dapat menemukan dan mengenalNya.."


Saya tidak bisa lebih terkejut dengan kebenaran ini. Sejarah membuat penggambaran yang berbeda tentang dia. Membaca pikiran saya, dia melanjutkan:


"Tuhan mempunyai sebuah buku sejarah yang berbeda daripada yang ada di bumi. Engkau punya bayangan hal ini tetapi engkau belum tahu bagaimana berbedanya mereka. Sejarah-sejarah dunia akan berlalu, tetapi buku-buku yang disimpan disini akan tetap ada selamanya. Jika engkau dapat bersukacita dengan apa yang dicatat di surga, maka engkau benar-benar diberkati. Manusia melihat sebuah kaca gelap, sehingga sejarah mereka akan dikaburkan dan kadang-kadang menjadi sangat salah. Amat sangat sedikit orang Kristen yang mempunyai karunia ketajaman. Tanpa karunia ini sangat mustahil melihat kebenaran dengan jelas baik masa depan maupun masa lalu. Bahkan jika dengan karunia inipun masih juga sulit. Sampai engkau berada disini, dilepaskan, engkau akan menghakimi orang lain melalui prasangka yang menyimpang baik positif maupun negatif. Itulah mengapa engkau diperingatkan untuk tidak menghakimi sebelum waktunya. Sampai kita berada disini kita tidak dapat benar-benar tahu apa yang ada dihati orang, apakah baik atau tidak. Ada banyak motif yang bagus pada orang-orang buruk dan motif-motif jahat pada orang-orang baik. Hanya disini manusia dihakimi karena perbuatan dan motifnya."


"Saat saya kembali ke bumi, apakah saya dapat melihat sejarah dengan akurat sebab pernah disini?"


"Engkau ada disini karena engkau sudah berdoa pada Tuhan untuk menghakimi engkau dengan adil, mengkoreksimu tanpa ampun sehingga engkau dapat melayani Dia dengan sempurna. Ini adalah permintaan paling bijaksana yang pernah kau buat. Hakim bijaksana sendiri juga akan diadili. Bahkan lebih bijaksana untuk meminta pengadilan Tuhan sebab mereka sadar bahwa mereka tidak dapat mengadili diri mereka sendiri dengan baik. Dengan berada disini engkau meninggalkan tempat ini dengan hikmat dan kejelasan yang lebih bertambah, tetapi di bumi engkau dapat selalu melihat kaca gelap untuk beberapa tingkat. Pengalamanmu disini akan membantumu mengenali orang lain dengan baik tetapi hanya jika engkau benar-benar disini maka engkau akan mengenal mereka sepenuhnya. Saat engkau pergi, engkau akan mencamkan betapa sedikit yang diketahui orang daripada betapa baik engkau mengenalnya. Ini adalah hubungan yang benar dalam sejarah manusia. Aku diijinkan untuk membicarakan ini denganmu karena aku merasa aku sudah memuridkanmu melalui tulisan-tulisanku dan untuk mengetahui kebenaran tentang aku yang akan sangat membantumu,"tokoh Reformasi ini menyimpulkan.


Lalu seorang wanita yang tidak saya kenal mendekat. Kecantikan dan keanggunannya mempesonakan, tetapi bukanlah sesuatu yang sensual atau menggairahkan. Dia adalah penggambaran martabat dan kebangsawanan.


"Aku adalah istrinya sewaktu di bumi," dia mulai. "Sebagian besar apa yang kau ketahui tentang dia sebetulnya berasal dariku, karena itu apa yang akan aku katakan bukan karena dia tetapi karena kita. Engkau dapat memperbaharui gereja tanpa memperbaharui jiwamu sendiri. Engkau dapat mendiktekan sejarah tetapi tidak kehendak Tuhan atau memuliakan AnakNya. Jika engkau berjanji pada dirimu sendiri untuk membuat sejarah manusia, mungkin engkau dapat melakukannya tetapi ini adalah pencapaian yang akan segera berlalu seperti asap dari rokok.."


"Tetapi pekerjaan suamimu, atau pekerjaanmu sangat mempengaruhi setiap generasi setelah dia selamanya. Sangat sulit dibayangkan bagaimana gelapnya dunia tanpa dia,"saya memprotesnya.


"Benar. Tetapi apa yang kau capai jika engkau mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan jiwamu sendiri. Hanya jika engkau dapat menjaga jiwamu tetap murni, engkau dapat mempengaruhi dunia untuk tujuan abadi Tuhan. Bagiku, suamiku kehilangan jiwanya dan dia memperolehnya pada saat akhir hidupnya karena aku diambil dari bumi. Banyak dari apa yang dia lakukan, dia lakukan untukkku bukan untuk Tuhan. Aku menekan dia dan bahkan memberikan dia banyak pengetahuan yang diajarkan. Aku menggunakan dia sebagai tambahan dari egoku, sebab sebagai seorang wanita, aku dulu tidak bisa menjadi pemimpin rohani. Aku ambil alih hidupnya sehingga aku dapat hidup lewat dia. Dia melakukan segalanya hanya untuk membuktikan dirinya sendiri pada saya."


"Engkau pasti sangat mencintai dia."kata saya sambil melihatnya.


"Tidak. Aku sama sekali tidak mencintainya, dia juga tidak mencintaiku. Setelah beberapa tahun perkawinan kami, kami bahkan saling tidak menyukai. Tetapi kami membutuhkan satu sama lain jadi kami menemukan cara bekerja bersama-sama. Semakin sukses pekerjaan kami, kami semakin tidak bahagia dan semakin kami menipu membodohi orang-orang pengikut kami. Kami adalah orang-orang kosong sebelum akhir hidup kami. Semakin besar pengaruh yang dapatkan melalui promosi dirimu sendiri, maka engkau harus semakin bekerja keras untuk menjaga pengaruhmu dan hidupmu akan semakin gelap dan jahat. Raja-raja takut pada kami tetapi kami takut pada setiap orang dari raja-raja sampai petani-petani. Kami tidak percaya seorangpun sebab kami hidup dalam tipuan bahkan kami tidak percaya satu sama lain. Kami mengajarkan kasih dan kepercayaan sebab kami ingin setiap orang mengasihi dan mempercayai kami tetapi kami takut dan secara rahasai kami memandang rendah setiap orang. Jika engkau mengajarkan kebenaran-kebenaran yang besar tetapi tidak hidup didalamnya maka kamu adalah seorang munafik yang terbesar."


Kata-kata mereka menghantam saya seperti palu. Saya dapat melihat bahwa hidup saya sudah menuju kearah yang sama. Sebagian besar yang saya lakukan untuk memajukan saya sendiri daripada untuk Tuhan. Saya mulai melihat bagaimana saya melakukannya untuk membuktikan kepada orang lain terutama yang tidak menyukai saya atau siapapun yang saya pikir adalah saingan saya. Saya mulai melihat bagaimana hidup saya dibangun dimuka sebuah gambaran yang mengingkari siapa saya. Tetapi disini saya tidak dapat menyembunyikan apapun. Sekelompok awan besar saksi tahu siapa saya dibalik motif-motif yang terselubung.


Saya kembali memandang pasangan ini. Mereka begitu terus terang dan sangat terhomat sehingga sangat tidak mungkin menanyakan motif mereka. Dengan senang hati mereka memaparkan dosa-dosa kejahatan mereka demi saya.


"Saya mungkin mempunyai konsep yang salah tentangmu dengan sejarah dan tulisan-tulisanmu tetapi saya lebih menghargaimu sekarang. Saya berdoa sehingga saya dapat membawa integritas dan kebebasan di surga seperti yang kau miliki saat ini. Saya lelah mencoba untuk hidup dalam gambaran diri yang saya ciptakan. Betapa lama saya ingin bebas." Saya meratap, benar-benar ingin mengingat setiap detil pertemuan kami. Kemudian sang Reformer yang terkenal itu menawarkan sebuah nasihat terakhir:


"Jangan pernah mengajarkan orang lain untuk melakukan apa yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri. Reformasi bukanlah doktrin. Reformasi yang benar hanya datang dari kesatuan dengan Sang Penyelamat. Jika mengaku memikul kuk Kristus, membawa beban yang Dia berikan, maka Dia akan menyertainya dan membawa beban itu untukmu. Engkau hanya dapat melakukan pekerjaanNya saat engkau mengerjakannya bersama dengan Tuhan bukan untuk Tuhan. Hanya Roh Kudus yang dapat menurunkan Roh Kudus. Jika engkau memikul kuk bersama dengan Dia maka engkau tidak mengerjakan sesuatu untuk kepentingan politik atau sejarah. Sesuatu yang kau lakukan karena tekanan politis atau peluang, hanya akan membawa kepada akhir pelayananmu yang benar. Hal-hal yang kau buat untuk membuat sejarah akan membuat malapetaka dalam penyelesaian sejarah dan engkau akan gagal dalam mempengaruhi keabadian. Jika engkau tidak hidup sesuai apa yang kau ajarkan maka engkau membatalkan dirimu sendiri menerima panggilan Tuhan dari tempat tinggi sama seperti kami. Aku akan menceritakan padamu apa yang akan menjaga jalan hidupmu tetap dalam kasih Juru Selamat dan mencari KemuliaanNya. Segala sesuatu yang kau lakukan untuk memuliakan dirimu sendiri suatu hari akan membawamu kepada penghinaan paling mengerikan. Segala sesuatu yang kau lakukan diluar kasih Juru Selamat, untuk memulikan NamaNya akan menambah batas KerajaanNya yang kekal dan hasilnya adalah sebuah tempat yang tinggi untukmu sendiri. Hidup untuk sesuatu yang dicatat disini. Jangan pedulikan apa yang dicatat di bumi."


Saat mereka berjalan pergi, saya dipenuhi dosa-dosa saya sendiri. Waktu-waktu saya menggunakan orang-orang untuk tujuan pribadi saya, atau bahkan waktu menggunakan nama Yesus untuk ambisi saya atau untuk membuat saya tampak lebih baik mulai berjalan didepan saya. Disini, dimana saya dapat melihat kekuatan dan kemuliaanNya yang biasa saya gunakan menjadi tampak lebih menjijikkan lagi. Saya sangat putus asa. Setelah tampaknya memakan waktu yang lama melihat orang-orang dan kejadian-kejadian didepan saya, saya merasa seorang wanita membuat saya berdiri. Saya diliputi oleh kemurniannya terutama saat saya sekarang merasa sangat jahat dan korup. Saya punya keinginan yang kuat untuk menyembah dia karena kemurniannya.


"Berbaliklah pada Sang Anak," katanya. “Keinginanmu untuk menyembahku atau orang lain saat ini hanya karena engkau mau mengalihkan perhatianmu saja dan menghakimi dirimu sendiri dengan melayani yang tidak seharusnya. Aku sekarang murni karena aku berbalik kepada Tuhan. Engkau harus melihat kejahatan yang ada dalam dirimu sendiri tetapi kamu tidak harus tinggal didalamnya atau mencari untuk menghakimi dirimu sendiri dengan pekerjaan buntu tetapi berbaliklah kepada Dia."


Ini adalah kasih dan perhatian yang murni yang tidak mungkin untuk saya merasakan pedih. Ketika melihat saya mengerti, dia melanjutkan:


"Kemurnian yang kau lihat dalamku adalah apa yang dilihat suamiku saat pertama kali bertemu waktu muda kami. Saat itu aku masih mempunyai motif yang murni tetapi kemudian aku menggunakan cintanya dan kemurnianku dengan membiarkan dia salah memujaku. Engkau tidak akan dapat menjadi murni hanya dengan memuja seseorang yang lebih darimu tetapi hanya dengan menyembah Dia yang membuatmu murni dan di dalam Dia sendiri tidak ada dosa. Semakin banyak orang memuji kita, semakin banyak kita menerima pujian mereka kemudian itu akan membawa kita keluar dari jalan kehidupan. Kemudian kita mulai hidup dengan pujian-pujian manusia, menggunakan kekuatan atas orang-orang yang tidak memuji kita. Itulah kematian kita dan itu hal yang sama terjadi pada banyak orang yang ada di tempat rendah disini tetapi dipanggil untuk menjadi yang paling tinggi."


Hanya karena ingin memperlama pembicaraan kami, saya menanyakan sesuatu yang terlintas dalam pikiran saya, "Apakah sulit untukmu dan suamimu berada bersama-sama disini?"


"Tidak. Semua hubungan yang kau miliki dibumi dilanjutkan disini dan semuanya dimurnikan dengan penghakiman. Semakin banyak kau diampuni semakin besar kasihmu. Tentu saja Tuhan mengampuni setiap orang disini, dan kami mengasihi Dia lebih dari apapun. Setelah kami saling mengampuni, kami akan lebih mengasihi satu sama lain. Sekarang hubungan kami berlanjut dalam kedalaman dan kekayaan yang besar karena kami bersama-sama mewarisi keselamatan ini. Sedalam apapun luka batin kami sembuh, sedalam itulah kasih yang muncul saat kita dipulihkan. Kita dapat mengalami hal ini dibumi, tetapi waktu itu kita tidak belajar tentang pengampunan. Jika kita sudah mempelajari pengampunan yaitu persaingan yang memasuki hubungan kami dan membelokkan hidup kami, itu tidak akan berakar dalam diri kami. Jika engkau benar-benar mengasihi, maka dengan mudah engkau akan mengampuni. Sebaliknya jika engkau sulit untuk mengampuni maka engkau jauh dari kasih yang sejati. Pengampunan adalah esensi jika engkau tinggal dalam jalan kehidupan. Tanpanya banyak hal dapat membuatmu berhenti melakukan pekerjaan yang sudah dipilihkan untukmu."


Saat bersamaan, saya menyadari bahwa wanita yang membawa konfrontasi kepedihan atas kebejatan moral saya adalah orang yang paling menarik yang pernah saya lihat. Itu bukanlah ketertarikan yang bersifat romantis tetapi saya hanya tidak ingin meninggalkan dia. Melihat pemikiran saya, wanita itu menarik diri mau pergi tetapi memberikan kata-katanya yang terakhir.


"Kebenaran yang murni diperkatakan dalam kasih sejati selalu menarik hati. Engkau akan selalu teringat kepedihanmu saat berada disini dan ini akan membantumu melewati sisa umurmu. Pedih itu baik, hal ini menunjukkan bahwa berada disana adalah suatu masalah. Jangan mencoba mengurangi kepedihanmu sampai engkau menemukan dengan tepat sumber masalahmu. Kebenaran Tuhan seringkali membawa kepedihan dalam menyoroti masalah yang kita miliki, tetapi KebenaranNya selalu menunjukkan kepada kita jalan menuju kemerdekaan dan kehidupan yang sejati. Jika engkau tahu ini maka engkau akan mulai bersukacita dalam pencobaan-pencobaanmu dan semuanya itu diijinkan untuk membuatmu tetap berada dalam jalan kehidupan."


"Juga ketertarikanmu padaku bukanlah hal yang usang. Ini adalah ketertarikan antara laki-laki dan perempuan yang diberikan sejak awal mulanya, yang selalu berada dalam bentuk murni. Jika kebenaran murni digabungkan dengan kasih sejati. Laki-laki dapat menjadi laki-laki ciptaan mula-mula yang tidak akan mendominasi rasa ketidakamanannya. Perempuan akan menjadi perempuan yang diciptakan mula-mula sebab kasih menggantikan ketakutan mereka. Kasih tidak akan pernah memanipulasi atau mencoba mengendalikan ketidakamanan sebab kasih mengatasi semua ketakutan. Tempat untuk suatu hubungan yang dikorup adalah tempat yang paling dapat dipenuhi hal ini. Saat pikiranmu diperbaharui oleh Kebenaran Roh, engkau tidak akan melihat hubungan ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain tetapi sebaliknya untuk mengasihi. Memberi adalah pemenuhan terbesar yang dapat kita ketahui. Ini adalah rasa surga dimana kita menyembah Tuhan dengan penyembahan yang murni, yang merupakan sukacita besar melebihi hubungan-hubungan kita yang luar biasa yang kita bayangkan dibumi. Apa yang kita alami dalam penyembahan disini memakai tubuh lemahmu dan bukan tubuh kemuliaan, tidak akan tahan. Penyembahan pada Tuhan yang benar akan memurnikan jiwa-jiwa untuk hubungan sejati yang mulia. Karena itu engkau tidak harus mencari hubungan tetapi penyembahan yang murni. Hanya dengan itu hubungan-hubungan dapat dimulai dengan seperti yang seharusnya dimaksudkan. Kasih sejati tidak pernah mencari yang diatas tetapi tempat yang terendah untuk melayani. Jika aku dan suamiku menjaga perkawinan kami seperti ini, maka kami pasti sudah duduk disamping Raja saat ini dan aula besar ini akan dipenuhi dengan banyak jiwa-jiwa."


Dengan kata-kata itu, wanita itu kembali ke tempat kemuliaan para orang-orang kudus. Kembali saya melihat kearah Tahta dan kemuliaannya yang amat sangat luar biasa terpancar. Seorang laki-laki yang dekat dengan saya menjelaskan:


"Melalui setiap pertemuan, sebuah selubung dibuka sehingga engkau dapat melihat Dia dengan lebih jelas. Engkau tidak berubah hanya dengan melihat KemuliaanNya tetapi dengan melihatNya tanpa muka yang terselubung. Setiap orang yang datang kepada pengadilan Tuhan berjalan di koridor ini untuk bertemu orang-orang yang dapat membantu membuka selubung apapun yang mereka gunakan. Selubung yang akan mengaburkan pengihatan mereka akan Tuhan."


Saya seperti baru menerima pemahaman lebih dari bertahun-tahun saya belajar di bumi. Kemudian saya mulai merasa bahwa semua pelajaran saya di bumi hanya memperlambat langkah saya. Bagaimana bisa dapat mempersiapkan sepanjang umur untuk pengadilan ini? Hidup saya sudah membatalkan lebih dari semua orang yang saya temukan dan mereka ada disini!


Kemudian laki-laki lain keluar dari tempat posisinya. Dia seumur dengan saya dan saya tidak tahu apakah dia sudah meninggal. Saya tidak pernah bertemu dia di bumi tetapi saya sangat menghargai pelayanannya yang besar. Melalui orang-orang yang dia latih, ribuan orang dibimbing menuju keselamatan dan banyak gereja-gereja besar dibangkitkan. Dia meminta untuk memeluk saya sebentar saja dan saya menyetujuinya, merasa sedikit aneh. Saat kami berpelukan saya merasakan kasih yang keluar darinya menghentikan kepedihan saya yang teramat dalam. Saya menjadi terbiasa dengan kepedihan itu sehingga saya tidak menyadarinya sampai kepedihan itu sirna. Setelah dia melepaskan pelukannya saya menceritakan kalau pelukan itu menyembuhkan sesuatu dari saya. Dia sungguh-sungguh bersukacita. Kemudian dia mulai bercerita mengapa dia berada ditingkat paling rendah di surga.


"Aku menjadi sangat angkuh di saat menjelang akhir hidupku, yang tidak aku bayangkan bahwa Tuhan akan akan melakukan sesuatu yang nyata kalau Dia tidak melakukannya melalui aku. Aku mulai menyentuh urapan Tuhan dan membahayakan nati-nabiNya.Aku merasa bangga jika Tuhan menggunakan murid-muridku, dan aku menjadi sangat cemburu jika Tuhan berpindah kepada orang lain diluar pelayananku. Aku akan mencari-cari kesalahan mereka sehingga dapat menyerang mereka. Aku tidak tahu kalau setiap kali aku melakukannya akau hanya membinasakan diriku sendiri."


"Saya tidak pernah tahu engkau melakukan hal seperti itu," kata saya terkejut.


"Aku menghasut orang-orang dibawahku untuk menginvestigasi orang lain dan melakukan pekerjaan kotorku. Aku membuat mereka memeriksa seluruh bumi untuk mencari kesalahan dan dosa hidup orang lain sehingga dapat disingkapkan. Aku menjadi orang yang paling buruk, menjadi batu sandungan yang memproduksi batu sandungan yang lain. Kami menabur ketakutan dan perpecahan digereja dan semuanya untuk menutupi kebenaran yang ada, pembenaran diri saya sendiri yang menuju ke neraka. Dengan kasih karunia yang besar Tuhan mengijinkan saya sakit yang kemudian membawa kematian yang perlahan dan memalukan. Hanya sebelum aku mati aku sadar dan bertobat. Aku mengucap syukur bisa berada disini. Aku menjadi milikNya disini, hal ini lebih dari yang layak yang aku dapatkan. Aku hanya tidak bisa meninggalkan ruangan sampai aku mendapatkan kesempatan untuk meminta maaf pada orang-orang yang sudah pernah aku buat salah."


"Tetapi engkau tidak pernah berbuat salah pada saya," kata saya.


"Oh, tetapi betul aku bersalah," jawabnya. "Banyak dari serangan yang melawanmu adalah dari orang-orang yang kusuruh dan kudorong untuk menyerang yang lainnya. Sekalipun aku tidak secara pribadi melawanmu tetapi Tuhan membuatku mempertanggungjawabkan semuanya sama seperti orang-orang yang melakukannya."


"Saya tahu. Tentu saja saya memaafkanmu."


Saya mulai teringat bagaimana saya melakukan hal tersebut sekalipun dalam skala yang lebih kecil. Saya teringat bagaimana saya mengijinkan jemaat-jemaat lama yang tidak puas di gereja untuk menyebarkan racunnya di gereja tanpa berusaha menghentikan mereka. Saya tahu bahwa hanya dengan membiarkan mereka melakukannya tanpa menghentikannya saya sudah mendorong mereka untuk terus. Saya teringat bahwa ini dilakukan karena kesalahan-kesalahan gereja. Saya mulai teringat bagaimana saya mengulangi cerita-cerita mereka. Membenarkan mereka dengan memperoleh doa-doa mereka. Segera saja kejadian-kejadian seperti ini muncul dalam hati saya. Sekali lagi saya mulai dibanjiri kejahatan dan kegelapan jiwa saya.


"Saya juga menjadi batu sandungan!" saya meraung sambil jatuh berlutut. Saya tahu bahwa yang pantas buat saya adalah kematian dan yang paling buruk adalah neraka. Saya tidak pernah melihat kejahatan dan kekejaman seperti yang saya lihat dalam hati saya.


"Dan kami selalu menyenangkan diri kami sendiri dengan hanya memikirkan bahwa kami melakukan hal ini untuk Tuhan saat kami menyerang anak-anakNya sendiri," muncul pemahaman dari suara seorang laki-laki. "Sangatlah baik untukmu melihat disini sebab engkau dapat kembali. Tolong peringatkan murid-muridku jika mereka tidak bertobat mereka akan tinggal dalam dasar neraka. Banyak dari mereka dipanggil untuk menjadi raja-raja disini, tetapi jika mereka tidak bertobat mereka harus menghadapi penghakiman yang paling buruk dari semua batu sandungan itu. Penyakitku adalah karunia dari Tuhan. Saat aku didepan TahtaNya aku meminta Tuhan mengirimkan karunia-karunia itu kepada murid-muridku, tetapi Dia mengijinkan aku saat ini bersamamu. Tolong maafkan dan bebaskan orang-orang yang menyerangmu. Mereka tidak mengerti bahwa apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan Penuduh. Terima kasih sudah memaafkanku tetapi tolong maafkan mereka juga. Ini kekuatanmu untuk menahan dosa atau menutupinya dengan kasih. Aku mohon engkau mengasihi orang-orang yang sekarang menjadi musuhmu."


Saya hampir tidak mendengar suara lelaki ini karena saya begitu diliputi dengan dosa-dosa saya sendiri. Orang ini sangat mulia, murni dan mempunyai kekuatan yang tidak ada di bumi. Yah, dia mohon dengan kerendahan hati paling besar yang pernah saya saksikan. Saya merasakan kasih seperti ini muncul sampai saya tidak membayangkan untuk menolaknya, sekalipun tanpa pengaruh kasihnya, saya merasa jauh lebih bersalah daripada semua orang yang sudah menyerang saya.


"Tentu saja saya pantas mendapatkan apa yang mereka sudah lakukan pada saya dan terlebih lagi," jawab saya.


"Benar tetapi itu bukan maksud disini," dia kembali. "Setiap orang di bumi pantas mendapatkan kematian kedua, tetapi Juru Selamat kita memberikan kita kasih karunia dan kebenaran. Jika kita melakukan PekerjaanNya kita harus melakukannya dalam kasih karunia dan kebenaran. Kebenaran tanpa kasih karunia adalah sesuatu yang dibawa musuh jika dia datang sebagai ‘malaikat terang.'"


"Jika saya dapat bebas dari ini mungkin saya dapat membantu yang lain," jawab saya. "Tetapi tidakkah engkau mengetahui bahwa saya mungkin jauh lebih buruk dari mereka?"


"Saya tahu bahwa apa yang melintas di pikiranmu adalah buruk," jawabnya dengan penuh dan kasih dan karunia yang nyata. Saya tahu bahwa sekarang dia sangat memperhatikan saya dan keadaan saya sama seperti kepada murid-muridnya.


"Ini benar-benar di surga," kata saya tanpa berpikir. "Ini adalah benar-benar terang dan kebenaran. Bagaimana kita dapat begitu bangga hidup dalam kegelapan berpikir bahwa kita mengenal Tuhan? Tuhan!” saya berteriak kearah Tahta, "Ijinkan saya pergi dan membawa terang ini kembali ke bumi!"


Segera saja semua penghuni surga berdiri memperhatikan saya dan saya tahu bahwa saya adalah pusat perhatian itu. Saya merasa kecil didepan orang-orang yang mulia ini tetapi ketika mereka melihat pada saya, ketakutan saya muncul seperti gelombang laut. Saya merasa bahwa tidak ada dasar neraka seperti yang akan saya alami. Saya merasa seperti musuh paling besar dari kemuliaan dan kebenaran yang memenuhi tempat ini. Saya sangat jahat; Saya tidak akan pernah secara pantas menggambarkan kemuliaan dan kebenaran ini. Tidak ada jalan bagi kejahatan saya untuk menyampaikan kenyataan kemuliaan tempat dan HadiratNya. Saya yakin bahwa setan sekalipun tidak jatuh dari karuniaNya lebih jauh dari saya. Ini neraka pikir saya. Tidak ada perasaan kepedihan yang lebih parah daripada menjadi jahat seperti saya dan mengetahui bahwa kemuliaan itu ada. Dibuang dari sini merupakan siksaan yang lebih besar dari saya impikan. Tidak heran kalau setan-setan sangat marah dan gila, pikir saya.


Hanya saat saya merasa bahwa saya akan dikirim ke tempat paling dalam di neraka, saya menjerit, “YESUS!”. Dengan cepat damai sejahtera melingkupi saya. Saya tahu saya harus terus bergerak dalam kemuliaan itu lagi dan saya yakin dapat melakukannya. Saya terus berjalan sampai saya melihat seorang laki-laki yang menjadi salah satu penulis besar sepanjang waktu. Saya menganggap kedalaman pemikirannya tentang kebenaran mungkin menjadi yang paling besar yang pernah saya pelajari.


"Tuan, saya selalu mencari kesempatan untuk pertemuan ini," kata-kata saya keluar tanpa saya pikir.


"Saya juga sama,"dia menjawab dengan ketulusan hati.


"Saya merasa mengenalmu dan dalam tulisan-tulisanmu saya merasa seperti engkau mengenal saya. Saya pikir saya berhutang banyak kepadamu daripada orang lain yang tidak disucikan dalam Kitab Suci," saya melanjutkan.


"Engkau sangat ramah," jawabnya. "Tetapi maaf aku tidak melayanimu dengan lebih baik. Aku orang yang dangkal dan tulisan-tulisanku dangkal dan hanya dipenuhi dengan hikmat dunia lebih dari kebenaran sejati."


"Sejak aku disini, mempelajari semua yang sudah kupelajari, saya tahu bahwa ini adalah benar tetapi saya masih berpikiran bahwa mereka adalah orang orang paling baik yang ada dibumi,"jawab saya.


"Benar," penulis terkenal ini membenarkan dengan tulus. "Sangat menyedihkan. Setiap orang disini sekalipun orang-orang yang duduk paling dekat dengan Raja, mereka juga akan hidup dalam hidup yang berbeda jika mereka bisa mengulangnya, tetapi pikirku aku akan hidup lebih berbeda dari mereka. Aku dihormati raja-raja tetapi aku mengecewakan Raja diatas segala raja. Aku menggunakan karunia-karunia yang diberikan kepadaku untuk menarik lebih banyak orang ke diriku sendiri dan hikmatku melebihi Tuhan. Disamping itu, aku hanya mengenal Dia dengan pendengaran, yang merupakan jalan menarik orang untuk mengenal Dia. Aku membuat mereka tergantung padaku dan orang lain menyukaiku. Aku membuat mereka berbalik lebih ke alasan deduktif daripada Roh Kudus yang hampir tidak aku kenal. Aku tidak membimbing orang-orang ke Yesus, tetapi membawanya ke diri saya sendiri dan orang lain yang sepertiku yang pura-pura mengenal Dia. Saat aku melihat Dia disini, aku ingin menghancurkan tulisan-tulisanku seperti yang dilakukan Musa pada lembu emas. Pikiranku adalah idolaku,dan aku ingin setiap orang menyembah pikiranku. Penghargaanmu tidak menyebabkan aku bersukacita. Jika aku menghabiskan banyak waktu untuk mengenal Dia seperti yang kulakukan untuk mengenal Dia hanya untuk memberikan kesan kepada orang lain tentang pengetahuan saya, maka akan banyak orang yang berada ditingkat bawah akan duduk di tahta yang disiapkan untuk mereka dan banyak orang lain yang akan memenuhi tempat ini."


"Saya tahu bahwa berada disini untuk menghargai pekerjaanmu adalah benar, tetapi apakah engkau tidak sedikit keras dengan dirimu sendiri?" Tanya saya. "Pekerjaanmu menjadi makanan rohaniku bertahuan-tahun sama seperti banyak orang lain."


"Aku tidak begitu keras pada diriku sendiri. Yang harus aku katakan adalah benar dan sudah dikonfirmasikan saat saya berdiri didepan TahtaNya. Aku menghasilkan banyak tetapi aku diberikan talenta yang lebih banyak dari orang-orang disini tetapi aku menguburnya dibawah ambisi dan kebanggaan rohaniku. Seperti Adam yang dapat membawa seluruh ras manusia kedalam masa depan yang penuh kemuliaan, tetapi kegagalannya menuntun jutaan jiwa masuk dalam tragedi paling menyedihkan dengan otoritas muncul tanggungjawab. Semakin banyak engkau diberi otoritas, maka engkau semakin berpotensi melakukan yang baik dan jahat. Orang-orang yang memerintah bersama dengan Dia untuk waktu-waktu yang lalu akan mengetahui tanggungjawab yang mendasar. Tidak ada manusia yang dapat sendiri, dan setiap kegagalan manusia atau kejayaan terdengar jauh melebih pemahaman kita bahkan untuk generasi yang akan datang. Ribuan orang yang dapat saya bimbing secara benar akan menghasilkan jutaan orang. Setiap orang yang mengerti otoritas alam ini tidak akan mencarinya tetapi hanya menerimanya saat mereka tahu bahwa mereka memikul kuk yang dipasang Tuhan dan hanya Dia yang dapat membawa otoritas tanpa tersandung. Jangan pernah mencari pengaruh untuk dirimu sendiri, tetapi hanya mencari Tuhan dan Dia dengan rela akan membawa kukmu. Pengaruhku tidak akan menjadi makanan dalam hatimu tetapi lebih sebagai makanan kebanggaanmu akan pengetahuan."


"Bagaimana saya tahu saya tidak melakukan hal yang sama?" Tanya saya sambil memikirkan tulisan-tulisan saya.


"Belajar untuk menunjukkan persetujuan dengan Tuhan bukan manusia," dia menjawab sambil kembali ke tempat pangkatnya. Sebelum dia menghilang, dia menoleh dan tersenyum sambil berkata nasehat yang terakhir: "Jangan mengikutiku."


Pada kumpulan besar orang yang pertama saya melihat ada banyak laki-laki dan perempuan Tuhan dari jaman dan sejarah saya. Saya berhenti dan berbicara kepada mereka. Saya terus menerus terkejut bahwa begitu banyak orang yang diharapkan untuk menduduki posisi paling tinggi berada di posisi paling rendah di Kerajaan. Beberapa orang menceritakan dasar yang sama, mereka jatuh ke dalam dosa kebanggaan yang mematikan setelah kejayaan mereka atau jatuh dalam kecemburuan saat orang lain lebih diurapi daripada mereka. Yang lain jatuh dalam hawa nafsu, keputusasaan atau kepahitan di akhir hidup mereka harus diambil sebelum mereka menuju ke kebinasaan. Mereka semua memberikan peringatan yang sama, semakin tinggi otoritas rohani yang kau jalani, maka engkau dapat jatuh dari kasih dan kerendahan hati.


Saat saya meneruskan berjalan ke Kursi Pengadilan, saya melewati orang-orang yang berada diposisi lebih tinggi di kerajaan. Setelah banyak selubung muka saya disingkapkan melalui perjumpaan-perjumpaan saya dengan orang-orang yang tersandung hal yang sama, saya mulai bertemu orang-orang yang dapat mengatasinya. Saya bertemu dengan sepasang suami isteri yang sudah melayani Tuhan dan setia sampai akhir. Kemuliaannya disini tidak dapat dikatakan dan kejayaan mereka mendorong saya untuk tetap berada dalam jalan kehidupan dan melayani Dia dengan setia. Orang-orang yang tersandung, tersandung dengan cara yang berbeda-beda. Orang-orang yang sudah terbuka selubungnya, mereka tidak menyimpang dari ketaatan dan perintah terbesar yaitu mengasihi Tuhan. Dengan ini mereka sudah melayani Tuhan bukan manusia bahkan manusia-manusia rohani. Orang-orang ini adalah orang-orang yang menyembah Anak Domba dan mengikuti Dia kemanapun Dia pergi.


Ketika saya masih separoh jalan ke tahta, kemuliaan luar biasa dari posisi pertama tampak berbeda dari kemuliaan-kemuliaan yang saya lewati. Keindahan paling besar di bumi tidak dapat ditemukan dimanapun di surga. Dan saya juga diceritakan bahwa ruangan ini adalah alam surga yang luar biasa, tidak dapat digambarkan!


Berjalan kearah Tahta mungkin memerlukan harian, bulanan maupun tahunan. Tidak ada cara memperkirakan waktu untuk tempat ini. Saya merasa tidak nyaman, mereka semua menunjukkan penghargaan yang besar pada saya bukan karena saya atau apa yang saya lakukan tetapi karena saya adalah pejuang di medan peperangan akhir. Melalui peperangan akhir ini, kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan akan menjadi saksi untuk setiap kekuatan dan otoritas, diciptakan atau belum diciptakan untuk kekekalan. Selama perang ini kemuliaan salib akan dinyatakan dan Hikmat Tuhan akan dikenal dengan cara yang khusus. Untuk berada di peperangan ini adalah penghormatan terbesar yang diberikan kepada manusia.


Saat saya mendekati Kursi Pengadilan Kristus, orang-orang yang berada diposisi paling tinggi juga duduk di tahta-tahta mereka yang merupakan bagian dari TahtaNya. Bakan banyak tahta-tahta ini yang bersinar jauh lebih mulia daripada tahta yang ada dibumi. Beberapa dari mereka adalah pengatur-pengatur kota di bumi yang akan segera mengambil tempatnya. Yang lainnya adalah pengatur urusan-urusan surga dan yang lainnya mengatur alam semesta seperti sistem bintang galaksi. Sangat jelas orang-orang yang diberikan otoritas atas kota-kota diharga diatas orang-orang yang diberikan otoritas atas galaksi. Seorang anak kecil jauh lebih berharga dari galaksi bintang-bintang sebab Roh Kudus tinggal dalam manusia dan Tuhan sudah memilih manusia sebagai tempat tinggalNya yang abadi. Dalam Hadirat KemuliaanNya, seluruh bumi tampak seperti debu dan sangat dihargai, dengan perhatian seluruh penghuni surga diatasnya.


Sekarang saya berdiri di depan Tahta, saya merasa seperti debu. Tetapi saya rasakan Roh Kudus didalam saya jauh lebih besar dari apa yang pernah saya rasakan sebelumnya. Itu karena KekuatanNya sendiri yang memampukan saya berdiri. Saya disini karena saya benar-benar mengerti PelayananNya sebagai Penghibur kita. Dia sudah menuntun saya di seluruh perjalanan saya sekalipun saya sulit mengenaliNya.


Tuhan itu sangat lembut dan sangat mengerikan daripada yang saya bayangkan. PadaNya, saya melihat Hikmat yang menemani saya mendaki ke gunung dan merasakan keakraban teman-teman saya di bumi. Saya mengenali Dia sebagai Seseorang yang pernah saya tolak saat Dia datang pada saya dalam diri orang lain. Saya melihat Dia sebagai Singa dan Anak Domba, Gembala dan Mempelai lebih dari semuanya saya melihatNya disini sebagai Hakim.


Bahkan dalam HadiratNya yang luar biasa, Penghibur itu membuat saya sangat nyaman. Juga jelas bahwa Tuhan tidak ingin saya merasa tidak nyaman, Dia hanya ingin saya mengetahui kebenaran. Kata-kata manusia tidak bisa menggambarkan betapa luar biasa atau betapa leganya berdiri depan Tuhan. Saya melewati nilai bahwa saya akan dihakimi baik atau buruk tetapi saya tahu penghakiman itu benar dan saya dapat mempercayai HakimNya.


Tuhan menunjuk tahta-tahta yang ada disekitarNya. Banyak tahta yang dipenuhi dengan orang-orang kudus dan banyak yang masih kosong. Kemudian Dia berkata, “Tahta-tahta ini adalah untuk orang-orang yang akan datang yang sudah melayaniKu dengan setia di setiap generasi. BapaKu dan Aku sudah mempersiapkan mereka sebelum dunia dijadikan. Apakah engkau berharga duduk di salah satu tahta ini?"


Saya teringat apa yang pernah dikatakan seorang teman, "Saat Tuhan yang Maha Kuasa mengajukan pertanyaan itu bukan karena Dia ingin mendapatkan informasi." Saya melihat kearah tahta-tahta itu. Saya melihat orang-orang yang sekarang duduk. Saya dapat mengenali beberapa pahlawan iman tetapi paling banyak adalah orang-orang yang saya tahu tidak terkenal di bumi. Banyak dari mereka misionaris yang membuat hidup mereka tidak terkenal. Mereka tidak pernah peduli apakah dunia mengingatnya tetapi hanya untuk Dia. Saya sedikit terkejut melihat orang-orang yang kaya, pengatur-pengatur yang setia dengan apa yang diberikan kepada mereka. Mereka semua tampak setia, wanita-wanita pendoa dan ibu-ibu memenuhi tahta-tahta ini lebih banyak daripada kelompok-kelompok tunggal.


Tidak mungkin saya menjawab dengan “ya” atas pertanyaan Tuhan jika saya menganggap saya berharga duduk disini. Saya tidak berharga duduk disini dibandingkan dengan semua yang ada disini. Saya tahu saya diberikan kesempatan untuk lari dari hadiah terbesar di surga dan bumi dan saya gagal. Saya putus asa tetapi masih ada satu pengharapan. Sekalipun banyak kegagalan dalam hidup saya tetapi saya disini bukan karena hidup saya dibumi sudah berakhir. Saat saya mengaku saya tidak berharga, Dia bertanya:


"Tetapi apakah engkau menginginkan kursi ini?"


"Dengan segenap hati," saya menanggapi.


Tuhan kembali melihat ke tahta-tahta dan berkata, "Kursi-kursi kosong itu akan dipenuhi berbagai generasi. Aku sudah memberikan undangan untuk duduk disini kepada setiap orang yang menyebut NamaKu. Kursi-kursi itu masih tersedia. Sekarang perang terakhir akan segera dimulai dan banyak orang yang terkemudian akan menjadi yang terdahulu. Kursi-kursi ini akan segera dipenuhi saat perang berakhir. Orang-orang yang duduk disini akan mempunyai dua hal: mereka akan mengenakan mantel kerendahan hati dan mereka akan serupa dengan Aku. Sekarang engkau memiliki mantel itu. Jika engkau dapat menjaganya dan tidak kalah dalam peperangan, saat engkau kembali nanti engkau akan serupa denganKu. Lalu engkau menjadi berharga duduk disini bersama mereka sebab Aku akan membuatmu berharga. Semua otoritas dan kekuatan yang diberikan kepadaKu dan Aku sendiri yang dapat menggunakannya. Engkau akan menang dan engkau akan dipercayakan dengan otoritasKu hanya jika engkau benar-benar tinggal didalamKu. Sekarang berbaliklah dan lihat semua isi rumahKu."


Saya berbalik dan melihat kebelakang kearah saya tiba. Dari TahtaNya saya dapat melihat seluruh isi ruangan. Sebuah pertunjukkan besar yang kemuliaannya tidak bisa dibandingkan di bumi. Jutaan orang mengisi posisi-posisi. Setiap pribadi yang ada di posisi paling rendah lebih megah dan mempunyai kekuatan yang lebih dari sebuah pasukan tentara. Diluar jangkauan pemikiran saya dapat menerima panorama kemuliaan seperti itu. Bahkan saya dapat melihat hanya sedikit ruangan dipenuhi dari ruangan besar ini.


Kemudian saya melihat Tuhan dan terkejut melihat air mata di Mata Tuhan. Dia mengusap airmata setiap orang disini tetapi ini adalah air mata Tuhan. Saat setitik air mata turun dari pipiNya, dia memegang dengan tanganNya. Kemudian berkata.

"Ini adalah cawanKu. Maukah engkau meminumnya bersamaKu?"


Tidak ada jalan untuk saya dapat menolakNya. Saat Tuhan meneruskan, dia melihat kepada saya dan saya mulai merasakan KasihNya yang begitu besar. Sekalipun saya bodoh Dia masih mengasihi saya. Tidak pantas saya mendapatkanNya namun Dia ingin saya mendekat padaNya. Kemudian Dia berkata:


"Aku mengasihi semua orang dengan kasih yang tidak dapat kamu mengerti. Aku juga mengasihi semua yang seharusnya berada disini tetapi mereka tidak datang. Aku meninggalkan yang 99 dan mencari 1 yang terhilang. Gembala – gembalaKu tidak akan meninggalkan yang 1 dan mencari yang 99 yang masih terhilang. Aku datang untuk menyelamatkan yang terhilang. Maukan engkau membagi HatiKu untuk mencari yang terhilang? Maukah engkau membantuKu memenuhi ruangan ini? Maukah engkau membantuku mengisi tahta-tahta ini dan setiap kursi lain yang ada di aula? Maukah engkau melakukan permintaan ini untuk membawa sukacita untuk surga, untukKu dan untuk BapaKu? Penghakiman ini adalah untuk RumahKu dan RumahKu belum penuh. Peperangan yang terakhir tidak akan berhenti sampai RumahKu penuh. Hanya setelah itu kita memerdekakan bumi dan memusnahkan iblis dari ciptaanKu. Jika engkau minum CawanKu engkau akan mengasihi orang-orang terhilang sama seperti Aku mengasihi mereka."


Kemudian Dia mengambil sebuah cawan sederhana yang mengejutkan saya bahwa cawan itu bisa berada di ruangan yang penuh sinar kemuliaan seperti ini, dan Dia menempatkan Air MataNya didalam cawan. Kemudian Dia memberikannya kepada saya. Saya tidak pernah merasakan yang lebih pahit dari ini. Saya tahu bahwa saya tidak harus meminumnya tetapi saya sangat ingin minum sebanyak yang saya dapat. Tuhan dengan sabar menunggu sampai saya meledak dalam tangisan yang saya tasakan seperti aliran sungai air mata membanjiri saya. Saya menangisi orang-orang yang terhilang tetapi terlebih lagi saya menangis untuk Tuhan.


Saya memandangNya dengan putus asa seakan-akan tidak mampu lagi menerima kepedihan yang besar ini. Damai sejahteraNya mulai memenuhi saya dan bercampur dengan KasihNya yang saya rasakan. Saya tidak pernah merasakan sesuatu yang luar biasa seperti ini. Ini adalah air kehidupan yang dapat menyegarkan selamanya. Kemudian saya rasakan air mengalir didalam saya dan menimbulkan api. Saya mulai merasa bahwa api ini akan menghanguskan saya jika saya tidak mulai menyerukan Kemuliaan Tuhan. Saya tidak pernah mempunyai perasaan yang besar ingin segera berkotbah, menyembah Dia dan setiap tarikan nafas saya hanyalah untuk InjilNya.


"Tuhan!" saya berteriak keras, melupakan setiap orang kecuali Dia. "Sekarang saya tahu bahwa Tahta PengadilanMu adalah juga Tahta Kasih Karunia dan saya mohon kasih karunia untuk melayaniMu. Diatas semuanya, saya mohon Kasih KaruniaMu! Saya mohon kasih karuniaMu untuk menyelesaikan tugas saya. Saya mohon kasih Karunia untuk mengasihi Engkau seperti ini sehingga saya dapat membebaskan keputusasaan dan keegoisan yang ada dalam hidup saya. Saya juga mohon KeselamatanMu untuk menyelamatkan saya dari diri saya sendiri, dari iblis dalam hati saya dan untuk kasihMu yang saya rasakan terus mengalir dalam hati saya. Saya juga mohon untuk kasih Karunia Roh Kudus untuk menghukum saya dari dosa-dosa. Saya mohon kasih karunia untuk Roh Kudus untuk memberikan kesaksian seperti adanya Engkau. Saya mohon kasih karunia untuk memberikan kesaksian bahwa Engkau sudah mempersiapkan untuk orang-orang yang akan datang kepadaMu. Saya mohon kasih karunia untuk mengajarkan tentang kenyataan penghakiman. Saya mohon kasih karunia untuk berbagi dengan orang-orang yang Engkau panggil untuk mengisi tahta-tahta kosong ini, untuk memberikan kata-kata kehidupan yang menjaga mereka tetap di jalan kehidupan, yang akan memberikan mereka iman untuk melakukan apa yang mejadi panggilan mereka. Tuhan, saya mohon Engkau memberikan Kasih Karunia ini."


Kemudian Tuhan berdiri. Semua orang yang duduk di tahta sejauh mata saya melihat semuanya juga berdiri. Mata Tuhan seperti nyala api yang tidak pernah saya lihat.


"Engkau dipanggil karena kasih karunia. Permohonanmu tidak pernah akan Kutolak. Engkau harus kembali dan Roh Kudus akan menyertaiMu. Disini engkau sudah merasakan baik KebaikanKu maupun KehebatanKu. Engkau harus mengingatNya jika engkau ingin selalu berada di jalan yang benar. Kasih Tuhan yang sejati termasuk penghakimannya. Engkau harus tahu baik kebaikan maupun kehebatanNya atau engkau akan jatuh dalam tipuan. Ini adalah kasih karunia yang diberikan disini, yaitu untuk mengetahui keduanya. Pembicaraanmu dengan saudara-saudaramu seiman disini adalah Kasih KaruniaKu. Ingatlah itu."


Kemudian Dia mengacungkan pedangNya kearah hati saya, kemudian mulut saya dan kemudian tangan-tangan saya.

Saat dia melakukan ini api muncul dari pedangNya dan membakar saya dengan kesakitan yang besar. “Ini juga adalah kasih karunia," kataNya. "Engkau adalah salah satu dari banyak orang yang dipersiapkan untuk saat ini. Kotbahkan dan tuliskan semua yang kau lihat disini. Apa yang Kukatakan kepadamu, katakanlah kepada saudara-saudara seimanmu. Pergi dan panggil semua panglima-panglimaKu untuk peperangan yang terakhir. Pergi dan pertahankan yang lemah dan menderita, para janda dan yatim piatu. Ini adalah tugas dari panglima-panglimaKu dan disitulah engkau akan menemukan mereka. Anak-anakKu lebih berharga dari bintang-bintang di langit. Berikan makan domba-dombaKu. Perhatikanlah anak-anakKu yang masih kecil. Berikan Firman Tuhan dan mereka akan hidup. Pergilah ke medan perang. Pergi dan jangan mundur. Cepatlah pergi sebab Aku segera datang. Taati Aku dan Hari KedatanganKu segera tiba."


Sekelompok malaikat-malaikat muncul dan membawa saya pergi menjauh dari tahta. Pemimpin malaikat itu berjalan disamping saya dan mulai berbicara.


"Sekarang Dia sudah berdiri dan Dia tidak akan kembali duduk sampai peperangan terakhir selesai. Dia akan duduk sampai seluruh musuh-musuhNya diletakkan dibawah kakiNya. Waktu itu sudah tiba sekarang. Pasukan – pasukan malaikat yang sudah bersiap-siap saat malam di getsemani itu sekarang sudah dilepaskan di bumi. Pasukan dari neraka juga sudah dilepaskan. Inilah waktu yang dinantikan setiap ciptaanNya. Misteri Tuhan yang besar akan segera berakhir. Kami sekarang akan berperang sampai akhir. Kami akan berperang bersama denganmu dan saudara-saudaramu seiman."


Saya terbangun.

Saat saya terus berjalan menjauhi kursi pengadilan, saya mulai mereflesikan semua yang baru saya alami. Kedua-duanya mengerikan dan indah luar biasa. Hati saya terkoyak, saya merasakan aman lebih dari apapun yang saya alami. Awalnya tidaklah mudah bagi saya ditelanjangi pikiran saya didepan begitu banyak orang, tidak dapat menyembunyikan sekilas pikiranpun. Teapi saat merasa relaks dan dapat menerimanya, mengetahui hal itu membersihkan jiwa saya menjadi merdeka. Tidak mempunyai satu hal pun yang tersembunyi seperti melemparkan kuk yang paling berat dan beban yang paling kuat. Saya mulai merasa seakan-akan saya dapat bernafas seperti tidak pernah bernafas sebelumnya.

Semakin yang merasa ringan, semakin meningkat kapasitas pemikiran saya. Saya mulai merasakan suatu komunikasi yang tidak bisa diungkapkan dalam bahasa manusia. Saya memikirkan komentar Rasul Paulus tentang kunjungannya ke surga ketiga, dimana dia mendengar kata-kata yang tidak dapat diungkapkan. Ada komunikasi rohani yang sangat penting dalam bentuk komunikasi manusia. Kata-kata yang sangat mendalam dan berarti dari apa yang bisa diungkapkan dalam kata-kata manusia. Bagaimanapun ini adalah komunikasi sejati antara hati dan pikiran secara bersama-sama, sangat murni sehingga tidak ada kesalahpahaman.

Saat saya melihat seseorang di dalam ruangan, saya mulai mengerti apa yang dia pikirkan, seperti dia memahami saya. Saat saya melihat kepada Tuhan, saya mulai mengerti Dia dengan cara yang sama. Kami terus menggunakan kata-kata tetapi artinya sangat dalam, tidak ada satu kamus pun yang dapat menangkapnya. Pikiran saya sudah dimerdekakan sehingga kapasitas pikiran saya berlipat ganda berkali-kali. Hal ini sangat menggembirakan diluar pengalaman sebelumnya.


Blessed To Bless...

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit