Saturday, April 2, 2011

Ketaatan

Ketaatan membawa engkau naik dan tidak turun. Banyak orang sangat suka dan menginginkan berkat-berkatKu. Mereka berfokus pada berkat dan mengejar berkat. Tetapi ada orang-orang yang mengerti arti sebuah ketaatan dan tinggal dalam ketaatan, sehingga berkat tercurah dengan sendirinya.

Ketaatan seperti sebuah kunci yang pas, tepat, cocok untuk membuka pintu berkat. Namun Aku mendapati sedikit anak-anakKu yang mengerti ini, mereka berusaha dengan segala macam cara untuk membuka pintu berkat itu, bahkan dengan mendobraknya bila perlu. Tapi ketahuilah anakKu, kuncinya adalah ketaatan. Ternyata bagi sebgaian besar orang lebih mudah mendobrak pintu itu daripada mengambil kuncinya.

Harga sebuah ketaatan memang tidak murah, tapi sangat berharga untuk kau bayar. Dalam hal kecil maupun besar, dalam hal yang kelihatannya sepele atay bahkan tidak masuk akal, ketika kau memilih taat, ketahuilah nilainya sangat besar dihadapanKu. Aku memberikan berkat itu sangat berlimpah kalau kalian bisa mengerti.

Ketaatan itu mutlak, karena mustahil engkau bisa mengasihi Aku tanpa ketaatan. Ketika engkau mengasihi Aku, kau akan mengerjakan apa yang Aku perintahkan, itu ketaatan. Dan itu sangat penting. Kenapa? Karena jangan sampai akhirnya kau terlempar dari hadiratKu karena semua yang dikerjakan bukan berdasarkan ketaatan, dan berpikir sedang melayani Aku, namun dengan segala cara dan kemauan sendiri, bahkan bersusah payah meletihkan diri pergi ke tempat-tempat yang tidak Kuperintahkan, dan mereka berkata mereka sedang melayani Aku.


Aku menciptakan segala sesuatu dengan keteraturan dan tujuan yang jelas dan pasti. Di setiap bagian dan tempat ada orang-orang yang mempunyai bagian, tidak ada yang boleh masuk begitu saja dan mengambil yang bukan bagiannya tanpa Aku perintahkan atau Aku mengijinkannya.

Setiap bagian berkat yang bukan haknya, dan diambil, akan mendatangkan kutuk dan merupakan kenajisan di hadapanKu. Yang mengerikan bila ketika pengujian datang, pekerjaan mereka akan terbakar habis pada akhirnya. Ketaatan membuat Naaman menyelam di sungai Yordan 7x dan sembuh. Ketaatan membuat air menjadi anggur. Ketaatan Abraham mempersembahkan Ishak membuat Abraham disebut Bapak orang percaya.

Hidup dalam ketaatan adalah sebuah keharusan dan bukan pilihan. Kalau anak-anakKu berpikir bahwa ketaatan adalah sebuah pilihan, inilah kebodohan besar dan tipuan iblis. Pilih untuk taat atau kau sedang mengemudikan kendaraan hidupmu di jalur neraka. Namun ketatan membawa mujizat, membawa kesembuhan, membawa terobosan.

Pakailah kunci ketaatan itu, maka tak ada yang bisa menahan, semua yang menjadi bagianmu akan kau nikmati.

Hanya AnugerahNya


Oleh : Ev. Iin Tjipto Wenas


Blessed To Bless...




Don't Hate me Mom!

SEBUAH KISAH IRONIS DI IRLANDIA UTARA YANG TELAH DITERJEMAHKAN KEDALAM BAHASA INDONESIA

SAYA IBU TERBURUK DIDUNIA INI

Oh, Tuhan, ijinkan aku menceritakan hal ini.., sebelum ajal menjemputku...

20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Ditahun kedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergike taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah...

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica, Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun.., 2 tahun.., 5 tahun.., 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam... Malam dimana saya bermimpi tentang seorang anak... Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali... Ia melihat ke arah saya.

Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy!"

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?"

"Nama saya Elic, Tante."

"Eric...? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???"

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric...

Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.

"Mary, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu," tapi aku akan menceritakannya juga dengan terisak-isak...

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric...

Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu... Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya...

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"

Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"

Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."

Sayapun membaca tulisan di kertas itu...

"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."

Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan.. katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan...!!!"

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya,dosa anda tidak terampuni!"

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

Pesan:
Anak adalah harta yg tak ternilai harganya...
Dan penyesalan itu selalu datang terlambat... 



Blessed To Bless...

Faith Like Potatoes



Directed by: Regardt van den Bergh
Produced by: Frans Cronje, Kirstin Barwise

Starring: Frank Rautenbach, Jeanne Neilson, Hamilton Dlamini

Release date: October 27, 2006
Running time: 116 min

A story that urges you to trust in God with full faith, even when you are in difficult times. This movie is based on a true story of a man in South Africa called Angus, he lived with his family on a farm. When they got there, they started to make friends, but this man was very worried when he heard bad news about the harvest, and other troubles that were happening there. He was tired of fighting in between but he did not want to be defeated.

One day his wife´s friend invites them to the church, where they decide to follow Jesus Christ and then they unleash the Faith as never before. For example: Angus asked God, for a rain to come, even when it was not the time to rain, but it suddenly started to rain, God answered him according to his faith.

Since then he started to believe in God entirely, and devoted himself to preaching the word of God. His first experience was that through a prayer of Faith , he resurrected a lady, and through that miracle many believed in Christ. Angus became a godly man, he loved the big challenges. He asked God for a large stadium to pray for his country, as it is written: If my people, who are called by my name, will humble themselves and pray and seek my face and turn from their wicked ways, then will I hear from heaven and will forgive their sin and will heal their land. 2 Chronicles 7:14.

He perfectly understood it, and for that reason he wanted to call everyone to pray for the nation. But before carrying out this faith step, an unfortunate thing happened. While he was driving the tractor, one of the children on board fell and then died. After this Angus felt guilty for not being able to improve the situation. However, he was increasing his level of faith through these troubles.

The fact that we are Christians does not mean that everything will be good for us. God says he will be with us even in the midst of trouble and he will deliver us from all wrong. Angus was still worried, but God kept saying “Trust in me”. Meanwhile he prepared the meeting prayer and planned to harvest the potatoes, even when it was not time to harvest them. The Faith works like a charm. When all seemed to be lost, God said there is still hope. Finally both the harvest and the prayer meeting become grand success. Praise the Lord!





Blessed To Bless...

Keep on Knocking, Keep on Asking, Keep on Seeking


When Colonel Harland Sanders retired at the age of 65, he had little to show for himself, except an old Caddie roadster, a $105 monthly pension check, and a recipe for chicken. Knowing he couldn't live on his pension, he took his chicken recipe in hand, got behind the wheel of his van, and set out to make his fortune. His first plan was to sell his chicken recipe to restaurant owners, who would in turn give him a residual for every piece of chicken they sold--5 cents per chicken. The first restaurateur he called on turned him down.

So did the second.

So did the third.

In fact, the first 1008 sales calls Colonel Sanders made ended in rejection. Still, he continued to call on owners as he traveled across the USA, sleeping in his car to save money. Prospect number 1009 gave him his first "yes."

After two years of making daily sales he had signed up a total of five restaurants. Still the Colonel pressed on, knowing that he had a great chicken recipe and that someday the idea would catch on. Of course, you know how the story ends. The idea DID catch on. By 1963 the Colonel had 600 restaurants across the country selling his secret recipe of Kentucky Fried Chicken (with 11 herbs and spices).

In 1964 he was bought out by future Kentucky governor John Brown. Even though the sale made him a multi-millionaire, he continued to represent and promote KFC until his death in 1990. Colonel Sanders' story teaches an important lesson: its never too late to decide to never give up.

Earlier in his life the Colonel was involved in other business ventures--but they weren't successful. He had a gas station in the 30's, a restaurant in the 40's, and he gave up on both of them. At the age of 65, however, Harland Sanders decided his chicken idea was the right idea, and he refused to give up, even in spite of repeated rejection.

He knew that if he kept on knocking on doors, eventually someone would say "yes." This is how Jesus has commanded to approach life. He said, "Ask and it will be given to you; seek and you will find; knock and the door will be opened to you." (Luke 11:9) This verse follows a story Jesus told emphasizing the importance of a "never-give-up" attitude in prayer. Jesus is saying, "Ask--not just once, but as many times as is necessary. Keep on knocking till the door is opened." If you have made half-hearted attempts at doing God's will in your life...if you have given up too easily in the past...remember: It's never too late to become persistent. It's never too late to decide to never give up. Keep on knocking. Keep on asking. Keep on seeking.


Blessed To Bless...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit