Saturday, April 9, 2011

HAL KERAJAAN [part 2]


Tuhan menghendaki agar kita menyatakan/memanifestasikan gaya hidup Kerajaan. Salah satu gaya hidup Kerajaan yang harus terus kita bangun adalah hidup oleh firman. Selama hati kita haus dan lapar akan Tuhan, kita seperti sedang memposisikan diri kita untuk bisa menerima firman. Semakin sering firman datang dalam hidup kita, atmosfir rohani dalam hidup kita akan semakin meningkat. 



Setelah kita menerima firman dari Tuhan, bagaimana membuat firman itu terealisasi dalam hidup kita?

Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” (Mrk. 5:27-30)

Dalam ayat 27 diceritakan bahwa wanita yang sakit pendarahan ini sudah berkali-kali mendengar berita tentang Yesus, sampai suatu kali ia mengambil sebuah keputusan untuk mulai bertindak. Ayat 28 menuliskan “sebab katanya...”. Dalam terjemahan yang lain dituliskan “sebab ia berkata-kata berkali-kali kepada dirinya sendiri.” Apa yang ia katakan? “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”.

Setelah wanita ini mendengar berita tentang mujizat yang Yesus lakukan, ada sesuatu yang masuk ke dalam hatinya dan ia mengucapkan hal itu berkali kali. Apa yang ia ucapkan berkali kali itulah yang menggerakkannya untuk mendekati Yesus dan memegang ujung jubah Yesus, dan itu jugalah yang membuat firman menjadi kenyataan.
Amsal 18:20-21 berkata, “Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya. Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Ketika kita menerima firman dari Tuhan, sebetulnya kita sudah menerima bahan baku atau bahan dasar yang kita perlukan untuk kita bisa terus ‘dikenyangkan’ dan mengalami kuasa kehidupan mengalir dalam hidup kita. Karena itu, setelah Roh Kudus menjelaskan tentang tujuan dari firman itu dan memberikan kita pemahaman tentang firman tersebut, kita harus menunjukkan respon yang tepat yaitu mulai ucapkan firman itu berkali-kali.

Apa yang kita ucapkan? Apa yang menjadi ketentuan atau penjelasan Roh Kudus tentang firman yang Tuhan berikan kepada kita. Karena setiap kali kita menerima firman, selalu ada tujuan yang besar di balik firman itu yang akan membawa kita semakin naik dan membuat kapasitas kita semakin besar. Sampai kapan kita harus memperkatakan firman itu? Sampai perubahan terjadi sesuai dengan firman itu!

Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, seperti ada tertulis: “Engkau telah kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa” – di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (Roma 4:16-21)

Apapun yang menjadi janji Tuhan – meskipun tampaknya mustahil – pasti akan bisa terjadi karena kita adalah keturunan Abraham (ayat 16). Sebelum datangnya firman, Abraham bukan bapa siapa-siapa, tapi setelah firman datang, Abraham mengalami perubahan yang sangat nyata dan ia mulai disebut sebagai bapa orang percaya.
Ketika kita memperkatakan firman berkali-kali, hal pertama yang akan muncul – dan inilah yang menjadi tanda yang menunjukkan bahwa kita sedang mengalami perubahan – adalah munculnya suatu pengharapan dalam diri kita yang menegaskan bahwa kita pasti akan mengalami janji Tuhan itu (ayat 18), karena Alkitab berkata bahwa pengharapan yang lahir dari Roh tidak akan mengecewakan.

Lalu lebih lanjut dalam ayat 19 dikatakan bahwa ketika kita terus memperkatakan firman, Tuhan akan membawa kehidupan iman kita berpindah, dari hal-hal yang dilandaskan pada hal-hal yang manusiawi kepada kehidupan iman yang berlandaskan kepada-Nya saja. Dengan begitu, permasalahannya bukan lagi pada ‘iman yang kecil’ atau ‘iman yang besar’ tetapi apa yang menjadi fondasi iman kita.

Pada waktu kita mendengarkan firman, belajarlah untuk membuat ringkasan atau kesimpulan dari firman yang kita dengan itu lalu doakan dan ucapkan berkali kali, karena sementara ketika kita melakukan hal tersebut, Tuhan mengganti fondasi iman kita dari fondasi yang manusiawi menjadi fondasi yang ilahi. Sehingga walaupun fakta yang ada bertentangan dengan apa yang menjadi firman Tuhan, pengharapan kita tidak akan pudar karena pengharapan itu tidak dilandaskan pada fakta yang manusiawi.

Ingat, apa yang kita yakini akan menentukan apa yang kita alami. Ketika kita tetap meyakini firman-Nya dan tetap berharap – lepas dari apa yang menjadi fakta dan kondisi yang ada, Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran (ayat 22), dan fakta hidup yang kita miliki akan bisa diubahkan oleh kebenaran.


Blessed To Bless...

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Holy Spirit