Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)
(Diambil dari "The Morning Star, by Rick Joyner)
Bab 5 Pintu
Dengan putus asa saya mencoba memahami setiap
kata yang diperkatakan orang-orang ini. Tidak pernah Hikmat mengatakan sebanyak
ini sekaligus, saya merasakan bahwa setiap kata-katanya adalah penting dan saya
tidak ingin melupakannya. Saya berpikir bagaimana baiknya jika Firman Tuhan
diukir diatas batu seperti Musa dan membawa Firman Tuhan kepada UmatNya dengan
cara seperti itu dan mereka akan menjadi murni. Lagi-lagi mengetahui pikiran
saya, Hikmat menjawab.
“Itulah perbedaan dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Engkau menuliskan FirmanKu dalam sebuah buku dan
menginspirasikan UmatKu. Meski demikian, kuasa FirmanKu hanya dapat terlihat
jika itu dituliskan didalam hati UmatKu. Hidup para rasul lebih berkuasa
daripada tulisan yang tertulis di kertas maupun di batu. Karena engkau tidak
menulis Alkitab, kata-kata yang kau tulis akan menyiratkan engkau didalamnya.
Namun, bukumu akan menjadi hasratKu sebab Aku mempersiapkan engkau untuk tugas
ini. Mereka tidak akan sempurna karena kesempurnaan tidak akan muncul di bumi
sampai Aku datang. Untuk kesempurnaan, manusia harus mencari aku. Namun, UmatKu
adalah buku yang Aku tulis dan orang bijaksana dapat melihatKu didalam UmatKu
dan didalam pekerjaan mereka.
“BapaKu mengirimKu ke dunia karena Dia
mengasihi dunia dan AKU mengirim UmatKu ke dunia karena Aku mengasihi dunia. Aku
dapat menghakimi dunia setelah KebangkitanKu tetaapi tentu saja dunia masih
diijinkan untuk terus ada sehingga orang-orang Ku yang benar akan dapat
dibuktikan dan kuasa dari apa yang Aku lakukan diatas kayu salib dapat dilihat
semua manusia. Aku melakukan ini karena kasih. Engkau adalah saksi-saksi dari
KasihKu. Ini adalah PerintahKu untukmu: Kasihilah Aku dan kasihilah sesamamu.
Hanya kemudian kesaksianmu menjadi benar. Sekalipun Aku memerintahkan engkau
berbicara tentang PenghakimanKu, itu juga harus dalam kasih.
“Hidup setiap orang ada dalam BukuKu, dan
hidup mereka adalah sebuah buku yang akan dibaca semua ciptaan untuk selamanya.
Sejahtera dunia adalah perpustakaan Hikmat Tuhan. PenebusanKu adalah demonstrasi
Kasih Kami dan salib merupakan kasih terbesar yang pernah diketahui umat
manusia. Sekalipun para malaikat yang berdiri didepan Bapa sangat mengasihi
cerita penebusan yang mereka bahkan tinggal dalam manusia. Mereka heran jika
Kami menciptakan manusia dari gambar Kami. Mereka heran jika manusia memilih
iblis sealipun ada di tengah-tengah Firdaus yang Kami buat untuk manusia.
Sekarang, karena penebusan gambaran Tuhan yang rusak dipulihkan dan dibuka
dengan kemuliaan pada seluruh manusia. Kemuliaan itu masih ada dalam bejana
tanah liat yang membuat lebih muda untuk dilihat bagi orang-orang yang mempunyai
mata untuk melihat. “Ini adalah ciptaan yang baru dan lebih besar dari yang
pertama. Melalui ciptaanKu yang baru, Kami membuat Firdaus baru yang lebih besar
dari Firdaus yang pertama. Setiap laki-laki, perempuan dan anak-anak yang
memegang PenebusanKu adalah buku yang Aku tulis dan akan dibaca selamanya.
Melalui ciptaan yang baru ini, Kami juga memulihkan ciptaan yang terdahulu dan
menjadikannya Firdaus kembali. Aku akan memulihkan segala sesuatu dan semua
kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan.
“Aku akan mengirimkan rasul-rasulKu yang
terakhir. Aku akan mempunyai banyak rasul seperti Paulus, Yohanes, Petrus dll.
Untuk mempersiapkan mereka, AKU mengirim banyak orang seperti Yohanes Pembaptis
yang mengajarkan kesetiaan padaKu dan meletakkan dasar pertobatan dari hidup
mereka. Rasul-rasul ini akan seperti Yohanes Pembaptis. Sama seperti sukacita
besar dari hidup Yohanes mendengarkan suara mempelai laki-laki, orang-orang ini
akan mempunyai satu kesetiaan-melihat mempelai wanita siap untukKu. Karena hal
ini, Aku akan menggunakan mereka membangun jalan raya melalui hutan belantara
dan sungai-sungai melalui padang gurun. Mereka akan membawa turun tempat yang
tinggi dan menaikkan yang rendah. Ketika engkau melewati pintu itu, engkau akan
menjumpai mereka.
“Aku akan melepaskan rasul-rasulKu di
hari-hari terakhir. Mereka akan mengasihi Aku dan berjalan bersamaKu sama
seperti Henoch. Mereka akan mendemonstrasikan KuasaKu dan membuktikan pada dunia
bahwa AKU adalah Satu-satunya Tuhan yang benar. Setiap orang akan dimurnikan
dengan aliran air kehidupan. Sekali waktu aliran air yang panas untuk
membersihkan , namun akan dingin untuk menyejukkan. Aku juga akan memberikan
mereka kilat di satu tangan dan Guntur di tangan yang lain. Mereka akan
berteriak seperti rajawali diatas bumi, tetapi mereka akan turun pada UmatKu
seperti burung merpati karena mereka menghormati KeluargaKu. Mereka akan melanda
bumi seperti angin puyuh dan gempa bumi tetapi mereka akan memberi terang pada
yang lembut hati dan yang rendah. Ketika engkau melewati pintu itu, engkau juga
akan bertemu mereka.
“Aku akan melepaskan Penginjil-penginjilKu
yang terakhir. Aku memberikan mereka sebuah cawan sukacita yang tak pernah
berakhir. Mereka akan menyembuhkan yang sakit dan melemparkan iblis-iblis,
mereka akan mengasihi Aku dan mengasihi kebenaran, mereka akan memikul salib
mereka setiap hari, tidak hidup untuk mereka sendiri tetapi hidup untuk Aku.
Melalui mereka, dunia akan tahu bahwa Aku hidup dan Aku memberikan semua
otoritas dan kuasa. Orang-orang ini pemberani tidak takut pada siapapun dan akan
menyerang pintu gerbang musuh dan menyerang tempat-tempat gelap di bumi, membawa
banyak jiwa-jiwa pada keselamatanKu. Mereka juga ada dipintu itu dan engkau akan
menjumpai mereka.
“Aku akan melepaskan gembala-gembala yang
mempunyai HatiKu untuk para domba. Orang-orang ini akan memberi makan
Domba-dombaKu karena mereka mengasihi Aku. Mereka akan memperhatikan setiap
Anak-anakKu yang kecil seakan-akan itu anak mereka sendiri dan mereka akan
meletakkan hidup mereka sendiri untuk domba-dombaKu. Ini adalah kasih yang
menyentuh setiap hati manusia-jika UmatKu meletakkan hidupnya untuk yang lain.
Kemudian dunia akan mengenal Aku. Aku berikan pilihan makanan ini untuk melayani
Isi RumahKu. Mereka adalah orang-orang yang setia yang Aku percayakan untuk
mengasihi RumahKu sendiri. Mereka juga ada di pintu itu dan engkau akan berjumpa
dengan mereka.
“Aku akan melepaskan pengajar-pengajarKu yang
terakhir di bumi. Mereka akan mengenal Aku dan mengajar UmatKu untuk mengenal
Aku. Mereka akan mengasihi kebenaran. Mereka tidak akan mundur sebelum kegelapan
tetapi mereka akan menunjukkan diri dan membawanya kembali. Mereka tidak akan
menghentikan sumur-sumur yang digali ayahmu dan melayani air kehidupan yang
murni. Mereka juga akan membawa keluar harta-harta Mesir dan menggunakannya
untuk membangun Tempat KediamanKu. Engkau akan bertemu orang-orang ini melalui
pintu itu.”
Saat Tuhan berbicara, saya melihat kearah
pintu. Sekarang, untuk pertama kalinya saya ingin melewati pintu itu. Setiap
kata yang Dia perkatakan membawa pengharapan di hati saya dan saya sangat ingin
bertemu dengan para pelayan di hari-hari akhir ini.
“Engkau tahu semua yang akan terjadi ini dari
hatimu bertahun-tahun yang lalu. Aku membawamu kesini untuk menunjukkan
bagaimana engkau mengenali mereka dan membantu mereka dalam perjalanan.”
Saya masuk lewat pintu itu.
Penjara
Tiba-tiba, saya berdiri di halaman penjara
yang luas. Ada tembok-tembok besar dan tinggi yang tidak pernah saya lihat
sebelumnya. Sangat lebar sejauh mata memandang, tingginya ratusan kaki dan
sangat tebal. Ada pagar-pagar dan kawat listrik didepan tembok. Setiap seratus
kaki ada penjaga yang mengawasi tembok. Saya dapat melihat penjaga-penjaganya
tetapi mereka sangat jauh dari saya.
Abu-abu, gelap dan suram tampaknya
merefleksikan orang-orang banyak yang berdiri di halaman penjara. Di seluruh
halaman, orang-orang duduk berkelompok menurut jenis mereka. Orang-orang tua
kulit hitam di satu kelompok,orang-orang muda kulit hitam di kelompok lain. Tua
dan muda terpisah dan wanita juga dipisah. Setiap ras tampaknya sama.
Orang-orang dengan karakter khusus dipisahkan kecuali anak-anak kecil yang
paling muda. Diantara kelompok-kelompok itu, banyak orang yang tampaknya sedang
berputar-putar. Saat saya mengawasi, saya dapat menceritakan bahwa mereka
mencoba menemukan identitas mereka sendiri dengan menemukan kelompok yang mereka
paling sukai. Cukup jelas bahwa kelompok-kelompok ini tidak membiarkan setiap
orang masuk dengan mudahnya.
Saat saya mencoba melihat lebih dekat, saya
melihat bahwa mereka semua mempunyai luka-luka yang dalam dan banyak parut dari
luka-luka sebelumnya. Terkecuali anak-anak, mereka tampaknya hampir buta dan
dapat melihat dengan cukup baik dengan tetap dalam kelompoknya sendiri. Bahkan
dalam kelompok-kelompok kecil, mereka mencoba melihat perbedaan yang mereka
punya. Ketika mereka menemukan sedikit perbedaan, mereka akan menyerang orang
yang berbeda. Mereka tampak lapar, haus dan sakit.
Saya mendekati seorang laki-laki tua dan
menanyakannya mengapa mereka semua ada di penjara. Dia tampak terkejut, dengan
empatis mengatakan bahwa mereka tidak berada di penjara dan mengapa saya
menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. Saya menunjuk pada pagar-pagar dan
penjaga-penjaga dan dia menjawab, “Apa pagar? Apa penjaga?” Dia melihat kepada
saya seakan-akan saya sudah sangat menghina dia dan saya tahu jika saya
menanyakan pertanyaan lainnya, saya akan diserang.
Saya bertanya pada seorang wanita muda
pertanyaan yang sama dan menerima jawaban yang sama. Kemudian saya sadar bahwa
mereka sangat buta sehingga tidak dapat melihat pagar ataupun penjaga.
Orang-orang ini tidak tahu kalau mereka berada didalam penjara.
Penjaga
Saya memutuskan untuk bertanya pada penjaga
mengapa orang-orang ini ada di penjara. Saat saya mendekati pagar, saya dapat
melihat lobang-lobang yang dengan mudah dapat dipanjat. Ketika saya sampai
dipagar, saya menemukan bahwa sangat mudah bagi saya untuk memanjatnya. Setiap
orang dapat dengan mudah melarikan diri tetapi tidak seorangpun yang mencobanya
karena mereka tidak tahu bahwa mereka adalah tawanan.
Ketika saya sampai di puncak tembok, saya
dapat melihat dari kejauhan matahari yang bersinar diatas tembok. Itu tidak
menyinari halaman penjara karena tingginya tembok dan awan yang menggantung.
Saya melihat api di halaman penjara menuju ke tempat anak-anak kecil berkumpul.
Asap api ini membentuk awan tebal diatas halaman yang membentuk bayangan dari
tembok yang suram. Saya heran apa yang terbakar.
Saya berjalan disepanjang tembok sampai saya
mencapai pos penjaga. Saya heran melihat para penjaga yang mengenakan baju bagus
dengan collar yang mengindikasikan bahwa mereka adalah pelayan atau pendeta. Dia
tidak terkejut melihat saya dan saya pikir dia berpikir kalau saya adalah
penjaga lainnya.
“Tuan, mengapa orang-orang ini berada dalam
penjara?” Tanya saya.
Pertanyaan itu mengejutkan dia dan saya
melihat ketakutan dan kecurigaannya.
“Penjara apa?” jawabnya. “apa yang kau
katakan?” “Saya berbicara tentang orang-orang yang ada di halaman penjara,” saya
berkata merasa aneh. “Jelas engkau adalah penjaga penjara sebab engkau ada di
pos jaga, tetapi mengapa engkau berpakaian seperti ini?” saya meneruskan.
“Aku bukan penjaga penjara! Aku pelayan Injil.
Aku bukan penjaga mereka—Aku pemimpin rohani mereka. Ini bukan pos jaga – ini
adalah Rumah Tuhan! Nak, jika engkau pikir pertanyaan-pertanyaanmu lucu, aku
tidak akan tertawa!” Dia meraih senapannya dan tampak siap menembak saya.
“Maafkan saya karena mengganggumu,” saya
berkata dan merasa bahwa dia menggunakan senapannya itu.
Saat saya berjalan pergi, saya berharap
mendengar suara tembakan setiap saat. Laki-laki itu tidak aman saya tahu dia
akan menembak saya sebelum berpikir jika dia merasa terancam. Saya dapat juga
menceritakan bahwa dia bersungguh-sungguh. Dia benar-benar tidak tahu bahwa dia
adalah seorang penjaga.
Guru Sekolah
Saya berjalan sepanjang tembok sampai saya
merasa aman dan kembali menoleh pada sang pelayan. Dia berjalan maju mundur di
pos jaganya. Saya heran mengapa pertanyaan saya begitu mengganggu dia. Sangat
jelas kalau pertanyaan saya tidak membuka dia untuk melihat sesuatu dengan
berbeda tetapi membuat dia lebih merasa tidak aman dan mematikan.
Saat saya berjalan, saya merasa putus asa
menemukan apa yang akan terjadi dan saya berpikir bagaimana saya dapat mengulang
pertanyaan saya sehingga tidak mengganggu penjaga selanjutnya. Saat saya
mendekati pos jaga, lagi-lagi saya terkejut dengan penampilan penjaganya. Ini
bukan pelayan yang lain, tetapi seorang wanita muda belasan tahun.
“Nona, bolehkah saya bertanya?” Tanya saya.
“Tentu. Apa yang dapat saya bantu?” dia
berkata dengan gaya rendah hati.”Apakah engkau orangtua dari anak-anak ini?”
“Bukan,” jawab saya. “saya seorang penulis,”
jawab saya seketika tanpa saya tahu. Seperti yang saya harapkan, dia
memperhatikan.
Tidak ingin membuat kesalahan yang sama dengan
menyebut pelayan yang ada di “rumah penjagaan”, saya bertanya mengapa wanita
muda ini berdiri di “tempat ini”. Dia menjawab dengan segera dan tampak heran
melihat saya tidak tahu.
“Saya seorang guru sekolah, jadi apakah tidak
sewajarnya jika saya seharusnya ada di sekolah?”
“Jadi ini sekolahmu,” saya menjawab menunjuk
pada pos jaga.
“Ya. Saya sudah berada disini selama 3 tahun.
Mungkin saya berada disini sepanjang hidup saya. Saya mencintai apa yang saya
kerjakan.” Jawabannya yang terakhir sangat mekanis yang saya tahu saya akan
menemukan sesuatu jika saya menekan dia.
“Apa yang kau ajarkan? Pasti menarik untukmu
mempertimbangkan seumur hidup mengerjakan hal ini.” “Saya mengajar pengetahuan
umum dan sosial. Ini pekerjaan saya untuk membentuk filosofi dan pandangan dunia
pada pikiran-pikiran yang masih. Apa yang saya ajarkan akan menyetir mereka
sepanjang hidup. Apa yang kau tulis?” Tanyanya.
“Buku,” saya meresponi, “Saya menulis buku
kepemimpinan,” mengantisipasi pertanyaan selanjutnya. Saya juga tahu bagaimana
saya harus menjawab dia,“Buku-buku Kepemimpinan Kristen,” pembicaraan kami akan
berakhir. Dia tampaknya lebih tertarik setelah jawaban saya ini.
“Kepemimpinan adalah subyek yang penting,”
katanya dengan gaya sedikit heran. “Perubahan terjadi begitu cepat sehingga kita
harus mempunyai alat-alat kepemimpinan yang tepat untuk menyetir
perubahan-perubahan ini kearah yang benar.”
“Arah mana itu?” Tanya saya.
“Menuju kemakmuran yang hanya dapat muncul
setelah melalui kedamaian dan keamanan,” jawabnya seakan-akan heran saya
mengajukan pertanyaan itu.
“Saya tidak bermaksud menganggumu,” jawabnya,
“tetapi saya tertarik dengan pandanganmu. Menurutmu cara apa yang paling baik
untuk menuju kedamaian dan keamanan ini?”
“Melalui pendidikan tentu saja. Kami disini
diatas planet bumi dan kami bersama-sama. Melalui pendidikan, kami membantu
mengirim orang banyak dari orang-orang gua, bermental tribal kepada pengertian
bahwa kita semua sama dan jika kita mengerjakan bagian kita untuk Kerakyatan,
maka kita semua akan makmur.” “Menarik,” kata saya, “tetapi kita semua tidak
sama. Menarik juga bahwa semua orang dibawah sana menjadi terbagi-bagi dan
terpisah-pisah lebih dari sebelumnya. Apakah kaupikir ini mungkin waktu untuk
sedikit mengubah pandanganmu?”
Dia menatap saya dengan heran dan bergolak
tetapi jelas bukan karena dia menganggap apa yang saya katakan benar.
“Tuan, apakah engkau benar-benar buta?”
akhirnya dia bertanya.
“Tidak. Saya dapat melihat dengan baik,” saya
menjawab. “Saya baru saja berjalan diantara orang-orang dan saya tidak pernah
melihat pembagian dan animo dari kelompok orang-orang yang berbeda. Buat saya,
tampaknya konflik itu semakin parah dari sebelumnya.”
Pernyataan saya seperti sebuah tamparan dimuka
wanita muda ini. Dia seakan-akan tidak percaya seseorang dapat mengatakan hal
ini, sedikit percaya bahwa ada kesempatan mungkin ada kebenaran bagi mereka.
Saat saya menatap dia, saya dapat mengatakan bahwa dia begitu buta sehingga dia
dapat dengan jelas melihat saya. Dia berada di menara yang tinggi sehingga tidak
ada jalan untuk dia dapat melihat orang-orang dibawah. Dia benar-benar tidak
tahu apa yang sedang terjadi, tetapi sepertinya dia berpikir dia dapat melihat
segalanya.
“Kami mengubah dunia,” dia berkata dengan nada
menghina yang jelas. “Kami mengubah orang-orang. Jika mereka masih bergaya
seperti binatang seperti yang kau gambarkan, kami akan mengubah mereka juga.
Kami akan menang. Manusia akan menang.”
“Sungguh tanggungjawab yang besar untuk wanita
semuda engkau,” kata saya.
Dia bersiul, tetapi sebelum dia meresponi, dua
orang wanita muncul menuju pintu pos jaga di sepanjang tembok. Yang satu adalah
wanita berkulit hitam umur lima puluhan dan yang lain seorang berkulit putih
yang berpakaian bagus berumur awal tiga puluh. Mereka berbicara sambil berjalan
dan keduanya tampak percaya diri dan bermartabat. Mereka dapat melihat yang
tampak dengan jelas mereka tiba di puncak tembok.
Saya terkejut, guru muda ini meraih senapannya
dan melangkah keluar dari pos jaga untuk menemui mereka, dengan jelas tidak
menginginkan wanita –wanita ini mendekat. Dia menyapa dengan keramahan yang
dibuat-buat dan tampak gaya superiornya yang ingin dia tampakkan kepada
wanita-wanita ini. Cukup mengejutkan, kedua wanita ini malu-malu dan berlebihan
menghargai seseorang yang jauh lebih muda
“Kami datang untuk menanyakan sesuatu yang
diajarkan kepada anak-anak kami yang kami tidak mengerti,”kata wanita berkulit
hitam dengan memberanikan diri.
“Oh, saya yakin bahwa sekarang banyak yang
diajarkan yang engkau tidak mengerti,” sang guru menjawab dengan menghina. Para
wanita ini tetap melihat kearah senapan guru yang dipegang sedemikian rupa
sehingga mereka sadar. Saya berdiri cukup dekat, heran dengan keseluruhan adegan
ini. Guru itu berbalik dan melihat pada saya dengan gemetar. Dia takut saya
mengatakan sesuatu kepada para wanita ini. Saat dia mengarahkan senapan, dia
menuntut saya pergi. Para wanita itu melihat keatas melihat dengan siapa dia
berbicara, dan saya sadar bahwa mereka tidak bisa melihat saya. Ketakutan mereka
sudah membutakan mereka.
Saya memanggil wanita-wanita itu, memaksa
mereka untuk berani dan percaya pada apa yang mereka rasakan dalam hati mereka.
Mereka melihat kearah saya seakan-akan dapat mendengar suara saya. Mereka
kehilangan pendengaran juga. Melihat hal ini, guru muda ini tersenyum. Kemudian
dia mengarahkan senapannya kepada saya dan meniup peluit. Saya merasa
seakan-akan dia menganggap saya orang yang paling berbahaya.
Saya tahu bahwa saya tidak dapat menunggu
kepada siapapun yang dia panggil. Saya juga sadar bahwa jika saya mundur
selangkah, saya akan aman karena guru muda ini begitu buta. Saya betul. Saya
berjalan pergi dengan jeritannya, tiupan peluit dan akhirnya menjadi sangat
marah sehingga dia mulai menembaki kepada dua wanita ini.
Saat saya berdiri di puncak tembok diantara
dua pos jaga, memikirkan semuanya ini, saya merasakan kehadiran Hikmat.
“Engkau harus kembali pada halaman penjara.
Aku menyertaimu. Ketahuilah engkau memiliki visi untuk melarikan diri dari
setiap jebakan atau senjata. Hanya ingatlah bahwa ketakutan dapat membutakanmu.
Saat engkau berjalan dengan iman Aku ada bersama denganmu, engkau akan dapat
selalu melihat kemana engkau pergi. Engkau juga harus berhati-hati dengan visi
yang disingkapkan kepada orang-orang yang Ku bimbing engkau pergi. Penglihatan
adalah sesuatu yang paling ditakuti para penjaga. Aku tahu bahwa engkau ingin
menanyakan banyak pertanyaan, tetapi akan dijawab dengan lebih baik oleh para
orang-orang yang berpengalaman yang akan engkau temui disana.”
BAB 7. Rasul muda
Saya menuruni tembok dan mulai berjalan menuju
halaman. Saat saya melewati para tawanan, mereka tampaknya sama sekali tidak
tertarik dengan satu atau apapun yang ada di tembok. Kemudian saya teringat
bahwa mereka tidak dapat melihat jauh. Seorang anak muda berkulit hitam maju dan
melihat saya dengan mata bersinar.
“Siapa engkau?”kami berdua sama-sama bertanya
dalam waktu yang sama. Saat kami berdiri melihat satu sama lain, dia akhirnya
berkata, “Nama saya Stefen. Saya dapat melihat. Apa lagi yang ingin kau ketahui
tentang saya yang belum engkau ketahui?”
“Bagaimana saya dapat mengetahui semuanya
tentangmu?”Tanya saya.
“Seseorang yang membantu saya untuk melihat
berkata bahwa suatu saat orang lain akan datang, bukan dari tawanan. Mereka juga
akan dapat melihat dan mengatakan kepada kami siapa kami sebenarnya dan
bagaimana kami dapat melarikan diri dari penjara ini.”
Saya mulai protes, saya tidak tahu siapa dia
ketika saya teringat apa yang dikatakan Hikmat tentang orang-orang yang akan
saya jumpai ketika melewati pintu selanjutnya.
“Saya tahu kamu dan saya tahu sesuatu
tentangmu,” saya menjawab, “Tetapi saya akui bahwa ini adalah penjara paling
aneh yang pernah saya lihat.”
“Tetapi ini adalah satu-satunya penjara!” dia
memprotes.
“Bagaimana engkau tahu jika engkau berada
disini sepanjang hidupmu?”Tanya saya.
“Orang yang menolong saya mengatakan bahwa ini
adalah satu-satunya penjara. Dia berkata bahwa setiap jiwa yang pernah dipenjara
menjadi tawanan disini. Dia selalu mengatakan kebenaran dan saya percaya.”
“Siapa yang menolongmu untuk melihat?” Tanya
saya , tidak hanya ingin tahu siapa yang menolong dia tetapi juga tertarik
bagaimana penjara ini dapat memegang setiap jiwa menjadi tawanan.
“Dia tidak pernah mengatakan namanya yang
sebenarnya,tetapi hanya menyebut DiriNya sendiri ‘Hikmat.’”
“Hikmat! Bagaimana rupaNya?” Tanya saya.
“Dia seorang yang muda, atlet berkulit hitam.
Dia dapat melihat dengan lebih baik dari siapapun dan tampaknya mengenal setiap
orang disini. Cukup aneh tentu saja. Saya sudah bertemu dengan orang-orang lain
disini yang juga berkata bahwa mereka bertemu dengan Hikmat, tetapi mereka semua
menggambarkan Dia secara berbeda. Beberapa orang berkata bahwa Dia berkulit
putih dan yang lain berkata Dia adalah seorang wanita. Kecuali ada banyak
‘Hikmat,’ Dia adalah pakar penyamaran.”
“Dapatkah engkau membawa saya padaNya?” Tanya
saya.
“Saya mau, tapi saya tidak melihatNya lagi
dalam waktu yang lama. Saya takut bahwa Dia akan meninggalkan kami atau mungkin
meninggal. Saya sangat berkecil hati saat Dia pergi. Penglihatan saya mulai
bertambah parah sampai saya melihatmu. Secepat saya melihatmu, saya tahu bahwa
segala sesuatu yang Dia katakan adalah benar. Dia berkata bahwa engkau mengenal
Dia juga, jadi mengapa engkau menanyakan kepada saya tentang Dia?”
“Saya mengenal Dia! Jangan berkecil hati,
Temanmu tidak mati. Aku akan katakan nama sebenarNya kepadamu tetapi
pertama-tama saya harus menanyakan beberapa pertanyaan padamu.”
“Saya tahu bahwa engkau dapat dipercaya, dan
saya tahu bahwa engkau dan yang lainnya yang sepertimu yang akan akan datang
ingin menjumpai setiap orang yang bisa melihat. Saya dapat membawamu kepada
mereka. Saya juga tahu bahwa engkau dan yang lainnya akan membantu para tawanan
lain untuk dapat melihat. Saya terkejut oleh satu hal.”
“Apa itu?”
“Engkau berkulit putih. Saya tidak pernah
berpikir bahwa orang yang akan menolong kami melihat dan membebaskan kami adalah
orang berkulit putih.”
“Sayajuga yakin bahwa ada banyak orang lain
yang datang yang berkulit tidak putih,” saya meresponi. “Saya dapat mengatakan
bahwa engkau sudah mendapat penglihatan sehingga saya tahu bahwa engkau mengerti
apa yang akan saya katakan.”
Nilai sebuah penglihatan
Saat saya melihat Stefen, meyakinkan bahwa dia
mendengarkan, saya tergerak oleh bagaimana dia begitu terbuka untuk pengajaran,
berlawanan dengan guru yang berumur sama dengannya. Orang ini benar-benar
seorang guru sejati, pikir saya.
“Ketika kami tiba pada penglihatan puncak,
kami tidak akan menghakimi orang dengan warna kulit, gender atau umurnya. Kami
tidak akan menghakimi orang dengan penampilannya tetapi rohnya.”
“Terdengar seperti apa yang diajarkan
guru-guru kami,” Stefen meresponi sedikit terkejut.
“Ada perbedaannya,” saya meneruskan. “Mereka
mencoba membuatmu berpikir bahwa kita semua sama tetapi kita diciptakan berbeda
dengan suatu alasan. Kedamaian sejati hanya datang ketika kita menghargai
perbedaan yang ada. Saat kita benar-benar tahu siapa kita, kita tidak akan
pernah diancam oleh orang-orang yang berbeda. Ketika kita bebas, kita bebas
untuk menunjukkan kepada orang-orang yang berbeda dari kita dengan menghargai
dan menghormati, selalu berjar dari yang lain sama seperti yang kau lakukan
dengan saya.”
“Saya mengerti,” jawab Stefen. “Saya berharap
bahwa saya tidak mengganggumu dengan mengatakan bahwa saya terkejut engkau
berkulit putih.”
“Tidak. Saya tidak terganggu. Saya mengerti.
Saya berbesar hati bahwa engkau mampu mengenali saya dengan mengesampingkan
warna kulit. Tetapi ingatlah, setiap waktu kita membuka hati kita untuk belajar
dari orang-orang yang berbeda, maka penglihatan kita akan semakin meningkat.
Matamu sudah lebih bersinar dari pertama kali kita bertemu.”
“Saya hanya berpikir betapa cepatnya
penglihatan saya dipulihkan,” kata Stefen.
“Sekarang saya tahu mengapa saya berada
disini.” Saya menambahkan, “Engkau harus menjaga pikiranmu. Penglihatanmu adalah
milikmu yang paling berharga. Setiap hari engkau harus melakukannya untuk
membantu meningkatkan penglihatanmu. Jauhilah orang-orang dan segala sesuatu
yang membuatmu kehilangan penglihatan.”
“Ya, seperti kecil hati.”
“Tepat! Kecil hati biasanya awal dari
kehilangan penglihatan,” kata saya. “untuk menyelesaikan tujuan-tujuan kita,
kita harus bertahan dari kecil hati dalam bentuk apapun. Kecil hati membutakan.”
“Ketika saya mulai melihat, saya mulai merasa
bahwa saya mempunyai sebuah tujuan, mungkin tujuan yang penting,” kata Stefen
melanjutkan. “Dapatkah engkau menolong saya untuk mengetahui tujuan saya?”
“Ya. Untuk mengetahui tujuan kita adalah jalan
yang paling besar untuk membuat penglihatan kita bertambah. Ini juga salah satu
dari pertahanan kita melawan kekecilan hati yang menghancurkan penglihatan. Saya
pikir bahwa tujuan utama saya disini adalah untuk menolongmu dan yang lain yang
penglihatannya sedang dipulihkan untuk mengetahui tujuan-tujuan mereka. Tetapi
pertama-tama kita perlu berbicara tentang sesuatu yang lebih penting.”
Harta Terpendam
Saat Stefen berbicara, saya dapat mendengar
suara Hikmat, jadi saya tahu bahwa orang muda ini sudah diajar oleh Tuhan. Saya
juga tahu bahwa dia tidak tahu nama Tuhan dan akan sulit percaya bahwa nama
Hikmat adalah Yesus. Saya tahu bahwa saya memerlukan Hikmat untuk membagikan
nama Hikmat. Saya berpikir tentang para rasul, para nabi, para penginjil, para
gembala dan para guru yang dikatakan Hikmat akan saya jumpai ketika saya
melewati pintu. Saya tidak pernah bermimpi bahwa saya akan bertemu mereka
ditempat seperti ini. Saat saya melihat kearah kumpulan besar orang, saya
merasakan HadiratNya. Dia ada bersama saya dan bahkan dalam penjara mengerikan
yang suram ini, perasaan gembira saya mulai bangkit. Ini yang saya sudah
siapkan, pikir saya sendiri.
“Stefen, apa yang kau lihat ketika engkau
melihat kumpulan besar orang-orang itu?” Tanya saya.
“Saya melihat kebingungan, putus asa,
kepahitan, kebencian dan kegelapan,” jawabnya.
“Benar,tetapi lihatlah lagi dengan mata
hatimu. Gunakan penglihatanmu,”kata saya.
Dia melihat cukup lama dan kemudian
berkata,“Sekarang saya melihat ladang sangat besar dengan harta karun terpendam
didalamnya. Harta karun itu ada dimana-mana dan hampir dalam setiap bentuk.”
“Betul,” saya meresponi. “Ini juga sebuah
pewahyuan dari tujuanmu. Engkau adalah pemburu harta karun. Beberapa jiwa paling
besar pernah hidup terjebak disini dan engkau harus menemukan dan membebaskan
mereka.”
“Tetapi bagaimana saya menemukan mereka dan
bagaimana saya membebaskan mereka jika saya saja tidak bebas?”
“Engkau sudah tahu bagaimana menemukan mereka,
tetapi benar bahwa engkau tidak dapat membebaskan mereka sampai engkau sendiri
bebas. Ini pelajaran selanjutnya. Engkau harus ingat bahwa engkau akan selalu
tahu tujuanmu dalam situasi apapun dengan melihat melalui mata hatimu. Apa yang
kau lihat dari dalam hatimu akan selalu menyingkapkan tujuanmu.”
“Dengan inikah engkau tahu bahwa saya seorang
pemburu harta karun?”
“Ya. Tetapi engkau harus bebas sebelum engkau
dapat menjadi seperti apa kau diciptakan sejak semula. Mengapa engkau tidak
melarikan diri melalui lobang-lobang dipagar itu?” Tanya saya.
“Ketika saya mulai melihat, saya melihat
pagar-pagar dan tembok-tembok. Saya juga melihat lobang-lobang dipagar dan sudah
melewatinya. Saat saya sampai di tembok, saya mencoba beberapa kali untuk
menaikinya tetapi ketakutan akan ketinggian mengalahkan saya. Saya juga berpikir
bahwa jika saya bisa mencapai tembok, saya akan ditembak.”
“Para penjaga juga tidak dapat melihat dengan
jelas seperti yang kau kira,” jawab saya. “Mereka hampir sebuta orang-orang
disini.”
Hal ini tampaknya mengejutkan Stefen, tetapi
saya dapat menceritakan bahwa hal itu membuka matanya lebih lagi. “Dapatkah
engkau melihat puncak dari tembok itu?” Tanya saya.
“Ya, saya dapat melihatnya dari sini.”
“Saya ingin engkau mengingat ini,” saya
meneruskan. “Saya sekarang sudah dari banyak tempat. Sebut saja dunia yang
berbeda, tempat yang berbeda, jika engkau ingin. Ada satu hal dasar yang benar
yang saya temukan di setiap tempat dan engkau harus ingat ini di sepanjang
hidupmu.”
“Apakah itu?”
“Engkau dapat selalu pergi sejauh mata
melihat. Jika engkau dapat melihat dari puncak dinding, engkau dapat
mencapainya. Ketika engkau mencapai puncak dinding, engkau akan mampu melihat
lebih jauh dari yang engkau pernah lihat sebelumnya. Engkau harus tetap pergi
sejauh yang kau dapat lihat. Jangan pernah berhenti sampai engkau dapat melihat
yang jauh.”
“Saya mengerti,” jawab saya dengan cepat.
“Tetapi saya masih takut untuk memanjat tembok, Itu sangat tinggi!Apakah aman?”
“Saya tidak akan berdusta padamu dan kukatakan
bahwa itu aman tetapi saya tahu bahwa sangat lebih berbahaya jika tidak
menaikinya. Jika engkau tidak menggunakan penglihatanmu dengan berjalan dengan
apa yang kau lihat, maka engkau akan kehilangannya. Kemudian engkau akan
binasa.”
“Bagaimana saya akan mencari harta karun
diluar sana jika saya pergi?”
“Itu pertanyaan yang bagus, tapi juga
seseorang yang menjaga banyak orang untuk memenuhi tujuan mereka. Saya hanya
dapat mengatakan kepadamu sekarang bahwa engkau mempunyai perjalanan yang besar
yang harus engkau selesaikan terlebih dulu. Pada akhir perjalananmu, engkau akan
menemukan sebuah pintu yang membawamu kembali ke penjara ini, seperti yang saya
temukan. Ketika engkau kembali, penglihatanmu akan sangat besar sehingga mereka
tidak akan pernah dapat menjebak engkau disini lagi. Penglihatanmu akan cukup
besar untuk melihat harta karun disini.”
BAB 8. Terang
Stefen berbalik dan melihat lagi kearah
dinding. “Saya masih merasakan ketakutan yang besar,” dia meratap. “Saya tidak
tahu apakah saya dapat melakukanya.”
“Engkau mempunyai penglihatan, tetapi kurang
iman. Penglihatan dan iman harus bekerja bersama-sama,” katanya. “ada alasan
mengapa imanmu lemah.”
“Tolong katakan pada saya apa itu!Apakah ada
sesuatu yang akan membantu iman saya bertumbuh seperti bertambahnya penglihatan
saya?”
“Ya. Iman datang dari pengenalan akan siapa
Hikmat sebenarnya. Engkau harus tahu namaNya sebenarnya. Hanya dengan mengetahui
namaNya akan memberikanmu iman yang cukup untuk mendaki tembok kebebasan. Lebih
baik engkau mengetahui namaNya, maka semakin besar halangan dan tembok yang akan
kau kalahkan dalam perjalananmu. Suatu hari engkau akan mengetahui NamaNya,
cukup untuk memindahkan gunung apapun.”
“Siapakah NamaNya?” Stefen hampir memohon.
“NamaNya adalah Yesus.”
Stefen menunduk dan kemudian memandang keatas
dengan rasa tidak percaya. Saya melihat saat dia berjuang antara hati dan
pikirannya. Akhirnya dia melihat kearah saya lagi dan saya sangat lega melihat
masih ada harapan di matanya. Saya tahu bahwa dia mendengarkannya dengan hati.
“Sudah saya duga,” katanya. “Kenyataannya,
sepanjang waktu engkau berbicara, bgaimanapun saya tahu bahwa engkau akan
mengatakan hal itu. Saya juga tahu bahwa engkau mengatakan kebenaran. Tetapi
saya mempunyai beberapa pertanyaan. Dapatkah saya menanyakannya?”
“Tentu saja.”
“Saya tahu banyak orang menggunakan nama
Yesus, tetapi mereka tidak bebas. Kenyataannya mereka adalah orang-orang yang
paling terbelenggu disini yang saya tahu. Mengapa?”
“Pertanyaan yang bagus dan saya hanya dapat
mengatakan apa yang sudah aku pelajari dalam perjalananku sndiri. Sayap pikir
bahwa setiap kasus adalah berbeda tetapi ada banyak orang yang tahu namaNya
tetapi tidak mengenalNya. Disamping mendekat padaNya dan diubahkan hanya dengan
melihatNya seperti adanya Dia, mereka mencoba membuat Dia kedalam gambaran
mereka. Mengetahui nama Yesus lebih dari hanya mengetahui bagaimana mengeja atau
mengatakannya saja. Mengenal siapa Dia sebenarnya. Disinilah iman yang benar
berasal.”
Saya masih dapat merasakan keraguan di mata
Stefen, tetapi ini pertanda bagus- jenis keraguan yang ingin percaya lebih dari
tidak percaya. Saya meneruskan.
“Ada banyak orang lain yang benar-benar
mengasihi Yesus dan mulai mengenali Dia tetapi mereka tetap menjadi tawanan. Ada
orang-orang yang membiarkan luka atau kesalahan dalam perjalananya membuat
mereka mundur. Orang-orang ini sudah merasakan kebebasan, tetapi kembali ke
penjara karena kekecewaan atau kegagalan. Engkau dapat dengan mudah mengenali
mereka sebab mereka selalu berbicara masa yang lalu disamping masa yang akan
datang. Jika mereka masih berjalan dalam penglihatan mereka, mereka tidak akan
selalu menoleh kebelakang.”
“Saya sudah bertemu orang-orang seperti itu,”
kata Stefen.
“Engkau harus mengerti sesuatu jika engkau
ingin pertanyaan ini dijawab. Jika engkau memenuhi tujuan hidupmu, engkau tidak
akan kecil hati atau mendorong orang lain yang menggunakan nama Yesus. Kita
tidak dipanggil untuk menempatkan iman kita pada UmatNya, tetapi hanya kepada
Dia. Bahkan jiwa-jiwa paling besarpun akan mengecewakan kita karena mereka masih
manusia.
“Banyak orang yang seperti yang saya gambarkan
juga dapat menjadi jiwa yang besar. Penglihatan dan iman dapat dipulihkan bahkan
dalam orang-orang yang paling kecil hati dan kecewa. Sebagai pemburu harta
karun, ini tugasmu. Kita tidak dapat menyia-nyiakan setiap manusia-mereka semua
harta karun bagi Dia. Untuk benar-benar mengenal Dia dan berjalan dalam iman
yang benar, engkau jangan menghakimi Dia melalui UmatNya, baik yang paling baik
atau yang paling buruk.” Saya membagikan. “Saya berpikir bahwa Yesus adalah
orang yang berkulit putih-Dia bahkan tidak memutihkan DiriSendiri! Tetapi Dia
juga bukan Tuhan yang berkulit hitam. Dia menciptakan semua dan Dia adalah Tuhan
atas segala sesuatu. Ketika engkau mulai melihat Dia sebagai Tuhan salah satu
semua kelompok, maka engkau mengurangi siapa Dia dan engkau mengurangi
penglihatanmu dengan besar.”
Iman dan Ketaatan
Saya melihat dengan diam saat Stefen berjuang
dengan banyak hal dalam hatinya. Saya merasakan kehadiran Hikmat dan saya tahu
bahwa Dia akan dapat menjelaskan segala sesuatu lebih baik dari saya. Akhirnya
Stefen memandang saya, dengan sinar mata yang lebih cemerlang dari sebelumnya
yang saya lihat.
“Saya tahu bahwa semua pertanyaan yang saya
pergumulkan tidak berkaitan dengan siapa sebenarnya Yesus, tetapi siapa
sebenarnya yang dikatakan orang-orang. Saya tahu bahwa apa yang kau katakan itu
benar. Saya tahu bahwa Yesus adalah Satu-Satunya yang memberikan saya
penglihatan dan Dia adalah Hikmat, saya harus menemukan siapa Dia sebenarnya
untuk diri saya sendiri, saya harus mencari Dia, saya harus melayani Dia. Saya
juga tahu bahwa dia mengirim engkau kesini untuk membantu saya memulai apa yang
dilakukan.
“Hikmat ada disini sekarang” saya mulai.
“Engkau mendengar Dia saat saya berbicara sama seperti saya mendengar Dia
berbicara melalui engkau. Engkau sudah mengenal suaraNya. Dia adalah GuruMu. Dia
akan berbicara padamu melalui banyak orang yang berbeda, seringkali melalui
orang-orang yang tidak mengenal Dia. Cepatlah untuk mendengar dan taati apa yang
Dia katakan. Iman dan ketaatan adalah sama. Engkau tidak mempunyai iman yang
benar jika engkau tidak taat, dan jika engkau mempunyai iman yang benar maka
engkau akan selalu taat.
“Engkau berkata bahwa engkau akan melayani
Dia. Itu berarti bahwa engkau tidak lagi hidup untuk dirimu sendiri tapi untuk
Dia. Dengan kehadiran Hikmat, engkau akan tahu perbedaan antara benar dan salah.
Ketika engkau datang mengenali Dia, engkau juga akan mengerti apa itu kejahatan.
Engkau harus menolak kejahatan yang sudah engkau perbuat dimasa lalu dan yang
akan mencoba mengganggumu di masa yang akan datang.
“Engkau tidak dapat hidup seperti orang lain.
Engkau dipanggil untuk menjadi prajurit salib. Ketika engkau memegang NamaNya
dan Kebenaran akan Siapa Dia sebenarnya; ketika sinar besar datang kedalam
matamu; ketika damai sejahtera dan kepuasan mulai membanjiri jiwamu seperti
beberapa waktu yang lalu, memimpin dan mengajarmu, tetapi sekarang Dia hidup
didalammu. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Tetapi Dia bukanlah
hambamu melainkan engkaulah HambaNya.”
“Saya merasakan Dia,” Stefen mengakui. “Tetapi
bagaimana saya sangat ingin melihat Dia lagi!”
“Engkau dapat melihatNya melalui mata hatimu
setiap saat. Ini juga adalah panggilanmu-untuk melihat Dia dengan jelas dan
mengikuti Dia dari dekat. Untuk itulah perjalanan diperlukan. Pada perjalananmu,
engkau akan belajar tentang NamaNya dan kuasa dari salib. Ketika engkau dilatih,
engkau akan kembali kesini dengan kuasa itu dan engkau akan membantu membebaskan
banyak tawanan disini.”
“Maukah engkau tetap disini?”
“saya tidak tahu. Seringkali saya mempunyai
pekerjaan disini dan yang lain membantu orang lain dalam perjalanan mereka.
Mungkin saya dapat bertemu denganmu lagi disana dimana engkau akan pergi. Saya
juga masih berada dalam perjalanan saya. Ini adalah bagian dari perjalanan saya.
Pada perjalananmu, akan ada banyak pintu yang harus kau lalui. Engkau tidak akan
pernah tahu dimana pintu itu menuju. Beberapa pintu itu mungkin akan membawamu
kembali kesini. Beberapa pintu mungkin akan membawamu ke hutan belantara yang
harus kau lalui. Beberapa pintu menuju ke pengalaman surga yang mulia, dan
sangat menggoda untuk selalu melihat ke pintu-pintu itu, tetapi mereka tidak
selalu menjadi yang kita perlukan untuk memenuhi tujuan kita. Jangan memilih
pintu hanya karena penampilan tetapi selalu bertanyalah pada Hikmat untuk
membantumu.”
Stefen melemparkan pandangannya ke tembok.
Saya melihat sebuah senyum tersungging.
“Saya dapat memanjat tembok itu sekarang,”
katanya. “Bahkan saya mencari tantangan yang akan datang. Harus saya akui bahwa
saya masih merasa takut tetapi itu bukan masalah. Saya tahu bahwa saya dapat
memanjatnya dan saya tidak dapat menunggu untuk melihat apa yang ada
dibelakangnya. Saya tahu bahwa saya bebas. Saya tidak lagi seorang tawanan!”
Saya berjalan dengan Stefen ke pagar pertama. Dia sangat terkejut menemukan
bahwa tidak hanya ada lobang disana tetapi dimanapun disentuh, pagar itu akan
terpisah dan membuat lobang lain.
“Dari apa pagar ini dibuat?” tanyanya.
Saya menjelaskan “Setiap waktu seseorang
melarikan diri, sebuah lobang dibuat untuk yang lain agar bisa dilewati. Engkau
dapat melewati lobang itu baik yang sudah ada maupun engkau buat sendiri.”
Stefen memilih tempat yang tebal dengan kabel
listrik, merentangkan tangannya dan berjalan melewatinya, membuka lobang besar
saat dia masuk. Saya tahu bahwa suatu hari dia akan kembali kesini dan membawa
banyak orang keluar lewat lobang yang sekarang dia buat. Melihatnya saya
merasakan sukacita. Saya merasakan kehadiran Hikmat lebih kuat dari yang saya
tahu saya lihat Dia berbalik arah. Saya melakukannya dan saya benar. Sukacita
besar saya alami tampak di WajahNya juga.
Kebebasan:
Saat saya berdiri disamping Hikmat melihat
Stefen melalui pagar, dia memanggil, “Dari apa pagar ini dibuat?”
“Ketakutan.”
Saya melihat Stefen berhenti dan melihat
tembok. Itu sangat besar. Banyak orang tidak pernah melalui pagar dan saya tahu
ini tes yang penting untuk Stefen.
Tanpa menoleh kembali, dia berteriak, “Maukah
engkau membantuku memanjatnya?”
“Saya tidak dapat membantumu,” kata saya.
“Jika saya mencoba membantumu, itu hanya akan membuatmu dua kali lebih lama dan
lebih berat. Untuk mengalahkan ketakutanmu, engkau harus menghadapinya sendiri.”
“Semakin saya melihat keatas tampaknya semakin
parah,”saya dengar Stefen berbicara sendiri.
“Stefen, engkau membuat kesalahan pertama.”
“Apa yans saya lakukan?” jeritanya dengan
penuh ketakutan.
“Engkau berhenti.”
“Apa yang saya lakukan sekarang?Saya merasa
seperti kaki-kaki saya sangat berat untuk bergerak.”
“Lihatlah pada lobang yang kau buat di pagar,”
kata saya. “Sekarang lihatlah puncak tembok dan mulailah berjalan. Ketika engkau
mencapai tembok itu, tetaplah berjalan. Jangan berhenti untuk istirahat. Tidak
ada tempat istirahat yang dapat ditemukan dengan bergantung di sisi tembok, jadi
teruslah naik sampai engkau mencapai puncak.”
Saya merasa lega, dia mulai maju kembali. Dia
bergerak lambat, tetpai dia bergerak. Ketika dia sampai pada tembok, dia mulai
naik, lambat tapi pasti. Ketika saya tahu bahwa dia akan berhasil, saya pergi ke
tembok dan dengan cepat memanjatnya sehingga saya dapat menjumpai dia di sisi
yang lainnya.
Saya tahu Stefen akan haus, jadi saya menunggu
dia disamping sebuah aliran air. Ketika dia sampai disana, dia sedikit terkejut
melihat saya tetapi sangat senang. Saya sangat terkejut melihat perubahan pada
dia. Tidak hanya matanya bersinar lebih cemerlang dan lebih jelas dari
sebelumnya, tetapi dia juga berjalan dengan keyakinan dan keanggunan yang
mengagumkan. Saya melihat dia sebagai seorang prajurit salib tetapi saya tidak
melihat dia sebagai seorang pangeran besar seperti siapa panggilannya.
“Ceritakan pada saya,” kata saya.
“Sangat sulit untuk mulai berjalan lagi dan
kemudian terus berjalan. Saya tahu jika saya berhenti, maka akan sulit untuk
mulai berjalan kembali. Saya memikirkan seseorang yang engkau ceritakan padaku,
seseorang yang tahu nama Tuhan tetapi tidak pernah menaiki tembok ini berjalan
dalam iman dalam NamaNya. Saya tahu bahwa saya dapat menjadi salah satu dari
mereka. Saya memutuskan bahwa jika saya jatuh, saya lebih baik mati daripada
tinggal dalam penjara. Lebih baik daripada tidak melihat apa yang ada disebelah
lain dan tidak memulai perjalanan panggilan saya. Sangat sulit, bahkan lebih
sulit dari yang saya pikirkan tetapi sangat berharga.”
“Sini, minumlah dari aliran ini. Engkau akan
menemukan bahwa semua air dan makanan yang kau perlukan dalam perjalananmu.
Dimanapun engkau memerlukan makanan dan minuman, engkau akan menemukannya.
Biarkan lapar dan haus tetap membuatmu bergerak. Ketika engkau menemukan makanan
dan minuman, istirahatlah selama makanan dan minuman itu masih ada dan kemudian
pergilah.”
Dia segera minum dan berdiri, khawatir untuk
bergerak.
“Saya tidak akan melihat engkau lagi untuk
beberapa saat, jadi ada banyak hal yang harus saya katakan sekarang yang akan
membantumu dalam perjalanan.”
Stefen melihat pada saya dan matanya yang
cemerlang sangat indah. Orang-orang yang mengenal belenggu paling kuat akan
sangat mengasihi kebebasan, pikir saya. Saya mengarahkan pandangnya ke gunung
tertinggi yang dapat kami lihat.
“sekarang engkau harus mendaki gunung itu.
Saat engkau berada di puncak, lihatlah sejauh mata memandang. Tandai dengan baik
apa yang kau lihat dan carilah jalan yang akan membimbingmu ketempatmu pergi.
Buatlah peta dalam pikiranmu. Itulah tempat dimana engkau dipanggil untuk
pergi.” “Saya mengerti,” dia menjawab. “Tetapi apakah dapat terlihat dari salah
satu gunung yang paling rendah itu? Saya tidak lagi takut unutk mendaki tetapi
saya cemas dengan perjalanan ini.”
“Engkau dapat melihat banyak tempat dari
gunung-gunung yang rendah itu dan mencapai tempat-tempat lain dengan lebih
cepat. Engkau dapat memilih untuk melakukannya. Membutuhkan waktu yang cukup
lama dan lebih sulit untuk mendaki gunung tinggi itu tetapi dari sana engkau
dapat melihat lebih jauh dan melihat sesuatu lebih besar. Perjalanan dari gunung
tinggi juga akan lebih sulit dan membutuhkan waktu lama. Engkau bebas dan engkau
dapat memilih perjalanan ini.”
“Engkau selalu memilih gunung paling tinggi,
bukan?” Tanya Stefen.
“Saya tahu sekarang bahwa itu adalah yang
terbaik tetapi saya tidak dapat mengatakan bahwa saya selalu memilih gunung yang
tertinggi. Seringkali saya memilih yang paling mudah, jalan paling cepat dan
saya selalu menyesal telah melakukannya. Sekarag saya percaya bahwa itu adalah
hikmat untuk selalu memilih gunung paling tinggi untuk didaki. Saya tahu bahwa
harta karun terbesar adalah mengatasi ketakutan yang amat sangat. Sekaranglah
waktunya engkau berjalan dalam iman besar.”
“Saya tahu bahwa apa yang engkau katakan itu
benar dan saya tahu dalam hati bahwa saya harus mendaki gunung paling tinggi itu
sekarang atau saya akan selalu memilih yang kecil dari yang saya punya. Saya
hanya cemas untuk pergi dan tiba pada tujuan saya.” “Iman dan kesabaran berjalan
bersama-sama,” saya meresponi. “Ketidaksabaran merupakan wujud dari iman yang
kurang. Ketidaksabaran tidak akan pernah membimbingmu tujuan paling tinggi
Tuhan. Baik dapat menjadi musuh paling besar dari paling baik. Sekarag waktunya
utnuk menentukan bentuk kehidupanmu dengan selalu memilih yang paling tinggi dan
yang paling baik. Inilah jalan untuk tetap dekat dengan Hikmat.”
“Apa lagi yang harus kau katakan sebelum saya
pergi?” Stefen bertanya sambil duduk diatas sebuah batu, dengan bijaksana
memilih untuk sabar dan menerima semua yang dia butuhkan sebelum dia pergi. Saya
pikir bahwa dia sudah mengenal Hikmat lebih baik dari saya.
Sebuah Peringatan
“Ada hikmat lain yang bukan Hikmat Tuhan dan
ada yang lain yang memanggil dirinya sendiri “Hikmat”. Dia bukanlah Hikmat, dia
adalah musuh kita. Dia dapat sulit mengenali karena dia mencoba tampil sama
seperti Hikmat dan dia sangat bagus menirunya. Dia muncul sebagai malaikat
terang dan biasanya membawa kebenaran. Dia akan berwujud kebenaran dan dia
memiliki hikmat dan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi saya untuk membedakan
Kebenaran dan Hikmat. Saya sudah belajar apa saya masih dapat dibodohi olehnya
jika dalam sesaat saja saya mulai berpikir saya tidak dapat melakukan. Hikmat
sudah mengatakan bahwa Dia tidak akan pernah dapat mengakali musuh kita ini-
pertahanan kita adalah pertama mengenalinya kemudian melawannya.”
Mata Stefen terbuka lebar sama seperti saat
dia “mengetahui” pandangan mencari dia. “Saya tahu siapa yang kau
katakan!”katanya.
“saya bertemu banyak orang dipenjara yang
mengikuti orang itu. Mereka selalu membicarakan tentang hikmat yang lebih,
pengetahuan yang lebih tinggi. Mereka selalu tampak anggun, adil tetapi mereka
curang. Kapanpun saya mengatakan mereka tentang Hikmat, mereka berkata bahwa
mereka juga tahu “Hikmat”, dan dia adalah “pembimbing pribadi’ mereka.
Bagaimanapun, ketika saya mendengarkan mereka, saya tidak merasakan kalau saya
dituntun kearah kebebasan yang mereka katakan, tetapi saya merasa bahwa belenggu
di penjara semakin kuat. Saya hanya merasakan kegelapan melingkupi mereka tidak
seperti terang yang saya rasakan jika saya berbicara dengan Hikmat. Saya tahu
bahwa mereka tidaklah sama.”
“Hikmat yang sejati adalah Yesus. Engkau tahu
itu sekarang. Hikmat sejati adalah mencari Dia. Hikmat apapun yang tidak
membimbingmu kepada Yesus adalah hikmat yang palsu. Yesus akan selalu
membebaskanmu. “Hikmat” yang palsu akan membimbingmu pada belenggu.
Bagaimanapun, kebenaran sejati sering terlihat seperti belenggu awalnya dan
belenggu tampak seperti kebebasan awalnya.”
“Ini tidak akan mudah bukan?” Stefen meratap.
“Tidak. Ini tidak akan mudah dan tidak
seharusnya seperti itu. Kecurigaan tidak sama dengan ketajaman yang sejati,
tetapi jika engkau mencurigai sesuatu, curigailah yang tampaknya mudah. Saya
belum menemukan “yang muda” melalui setiap pintu atau setiap jalan yang
tampaknya benar. Mengambil jalan yang mudah pasti menuju jalan yang salah.
Engkau dipanggil sebagai seorang prajurit dan engkau akan berperang. Saat ini
seluruh dunia berada dalam kuasa “hikmat” yang palsu dan engkau harus
mengalahkan dunia untuk memenuhi tujuan hidupmu.”
“Saya sudah melakukan banyak hal yang sulit
dari yang pernah saya lakukan,” kata Stefen merefleksikan. “Tetapi engkau benar-
sangat sulit tetapi sangat berharga. Saya tidak pernah mengenal sukacita,
kepuasan, pengharapan. Kebebasan sangat sulit. Sangat sulit bagi saya memilih
gunung mana yang harus saya daki. Kembali kesana, saya tahu bahwa saya dapat
memilih untuk tidak menaiki tembok-tembok itu. Saya merasakan seperti
ketakutanlah yang membuat tembok didalam saya. Tetapi setelah saya mengambil
pilihan itu, saya tahu saya akan mencapai puncak. Tapi apakah itu menjadi lebih
mudah?”
“Tidak, tetapi bagaimanapun “sulit” harus
lebih dipenuhi. Tidak akan ada kemenangan tanpa peperangan dan peperangan lebih
besar akan ada kemenangan yang lebih besar. Semakin besar kemenangan yang kau
alami, engkau semakin melihat kesempatan untuk perang dan engkau akan bangkit
semakin tinggi untuk menghadapi yang lebih besar. Yang membuatnya mudah adalah
Tuhan selalau membimbing kita kepada kemenangan. Jika engkau tinggal dekat
denganNya, engkau tidak akan pernah gagal. Setelah setiap peperangan, setiap
pencobaan, engkau akan semakin dekat denganNya dan engkau mengenalNya dengan
lebih baik.”
“Apakah saya akan selalu merasakan kegelapan
jika “hikmat” palsu mencoba menyesatkan saya?”
“Saya tidak tahu. Saya tahu bahwa kegelapan
datang jika kita tertipu untuk mencari diri sendiri. Saat dia menipu manusia
pertama dengan makan buah dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, hal pertama
yang mereka lihat adalah diri mereka sendiri. Sekali “Hikmat” palsu dapat
membuat kita memusatkan diri sendiri dan pasti jatuh dalam belenggu. Penipu itu
selalu mencoba untuk membuatmu mencari diri sendiri. Panggilan untuk memenuhi
tujuan hidup kita bukan demi kita tetapi demi Tuhan dan demi UmatNya.”
“apakah setiap orang pernah memenuhi tujuan
hidupnya tanpa ditipu?”
“Tidak, saya rasa. Sekalipun Rasul Paulus yang
besarpun mengakui pernah dibodohi setan. Petrus dijebak beberapa kali yang
tercatat di Alkitab dan kita tidak tahu berapa banyak lagi yang tidak ditulis.
Tetapi jangan terlalu memikirkan tentang ditipu. Sebenarnya itu adalah jebakan
paling besar. Dia membelokkan banyak orang dengan ketakutan dalam kuasa untuk
menipu daripada untuk beriman kepada kuasa Roh Kudus yang membimbing mereka ke
semua kebenaran. Orang-orang yang jatuh kedalam jebakan ini tidak hanya jatuh
dalam belenggu ketakutan yang semkain besar, tetapi mereka akan menyerang setiap
orang yang berjalan dalam kebebasan yang berasal dari iman. Saya yakin bahwa
engkau tidak akan mencapai puncak gunung sebelum mereka menghadangmu.”
“Dan apakah mereka tahu nama Yesus?” Tanya
Stefen sedikit bingung. “Mereka harus tahu NamaNya untuk dapat mencapai tembok
dan pergi lebih jauh. Saya maksud, apakah mereka benar-benar tidak tahu NamaNya
sekali saja?”
“Saya yakin mereka tahu. Tetapi berdirilah dan
lihatlah keseluruh lembah yang didepan dan mengitari setiap gunung. Apa yang kau
lihat?”
“Tampaknya seperti penjara-penjara kecil.
Tampaknya ada banyak orang berasal dari tempat saya keluar!”
“Itulah mengapa saya tekejut ketika engkau
mengatakan bahwa Hikmat mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya penjara, tetapi
setelah saya berada disana untuk beberapa saya, saya mengerti apa yang Dia
maksudkan. Lihatlah pada tembok–tembok yang tinggi. Lihatlah pagar-pagarnya.
Mereka semuanya sama. Jika engkau tertangkap dalam perjalanan, engkau tidak akan
dibawa kembali kemari. Mereka tahu bahwa engkau akan memilih kematian daripada
kembali kesana, tetapi mereka akan membawamu ke penjara-penjara yang lain.
Ketika engkau mendekati mereka, sangatlah sulit melihat bahwa itu adalah
penjara-penjara dari luar, tetapi didalam semuanya sama dengan orang-orang yang
terbagi dan terpenjara karena ketakutan mereka.”
“Saya senang engkau menunjukkannya pada saya,”
Stefen menawarkan. “Saya bahkan tidak melihat penjara-penjara ketika saya
melihat dari puncak tembok atau ketika saya melihat kearah gunung yang akan saya
daki. Dan apakah kau pikir saya akan sering disergap oleh orang-orang yang
mencoba menawan saya dan memasukkan ke salah satu penjara itu? Dan apakah
orang-orang ini menggunakan nama Yesus?”
“Tuhan, Dia sendirilah yang memperingatkan
dalam Kitab Suci bahwa di hari-hari akhir akan ada banyak orang datang dalam
NamaNya, menyatakan bahwa Dia adalah Kristus dan mereka akan menipu banyak
orang. Percayalah pada saya, ada banyak orang seperti itu dan saya tidak percaya
bahwa sebagian besar mereka tahu kalau mereka adalah penyesat-penyesat. Saya
dapat mengatakan kepadamu sifat yang saya lihat dari mereka yang saya
temui-mereka berhenti selagi dalam perjalanan, berhenti sesaat dalam tujuan
hidup mereka. Membutuhkan iman untuk terus pergi dan mereka memilih mengikuti
ketakutan lebih dari iman. Mereka mulai berpikir bahwa ketakutan adalah iman dan
sebenarnya melihat dinding-dinding ketakutan melingkupi penjara-penjara sebagai
benteng kebenaran. Ketakutan akan melalukan hal itu pada visimu dan engkau dapat
mulai melihat benteng dengan cara lain. Hanya sedikit dari orang-orang ini yang
tidak jujur. Mereka tulus hati tetapi mereka ditipu oleh tipuan paling kuat
yaitu ketakutan akan sesat.”
“Apakah saya harus berperang melawannya?”
“Saya mengerti pertanyaanmu dan seringkali
bertanya soal itu pada diri saya sendiri. Mereka itu menghancurkan iman banyak
orang dan membuat kerusakan kepada tempat tinggal lebih dari semua pemujaan dan
sekte yang dikombinasikan. Ada suatu waktu jika semua batu sandungan ini akan
dihancurkan tetapi sekarang, semuanya itu ada dengan tujuan membuat perjalanan
semakin sulit.”
“Hikmat menginginkan ini lebih sulit? Ini saja
sudah sangat sulit untuk memerangi ketakutan sendiri. Mengapa Dia ingin
membuatnya lebih sulit dengan membuat kita memerangi orang-orang yang takut
itu?”
“Tepatnya kerjakan ini sama mudah atau sama
sulit yang Dia inginkan. Ini adalah perjalanan sementara yang digunakan untuk
mmpersiapkan orang-orang yang akan memerintah bersama dengan Dia di masa
mendatang sebagai anak laki-laki dan anak perempuan dari Yang Paling Tinggi
untuk selamanya. Setiap pencobaan bertujuan untuk mengubah kita menjadi
Segambaran dengan Dia. Satu hal yang pertama harus kita pelajari dalam
perjalanan ini adalah jangan menyia-nyiakan setiap pencobaan tetapi raihlah itu
sebagai kesempatan. Jika jalanmu lebih sulit ini karena tingginya panggilanmu.”
Perlunya Disiplin
“Banyak orang dipanggil, tetapi hanya sedikit
yang dipilih. Banyak orang akan datang dalam perjamuan kawin, tetapi hanya
sedikit yang menjadi mempelainya.”
Kami berbalik melihat Hikmat berdiri
dibelakang kami. Dia muncul sebagai atlit muda yang dikenal Stefen.
“Larilah pada pertandingan didepanmu dan
hadiahnya akan lebih besar dari yang dapat kamu mengerti saat ini. Engkau tahu
disiplin yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pertandingan. Sekarang
disiplinkanlah dirimu sendiri untuk kebenaran. Aku sudah memanggil semua yang
bertanding, tetapi hanya sedikit yang berlari untuk menang. Disiplinkah dirimu
sendiri untuk menang.”
Kemudian Dia pergi.
“Mengapa Dia pergi?” Tanya Stephen.
“Dia mengatakan semua yang dibutuhkan saat
ini. Dia berbicara kepadamu tentang disiplin. Saya ambil itu sebagai kata-kata
yang penting untukmu saat ini.”
“Disiplin. Saya benci kata-kata itu!”
“Dia berbicara kepadamu tentang
pertandingan.Apakah engkau pelari?”
“Ya, saya berlari sangat cepat. Saya selalu
menjadi yang tercepat disekolah saya dan bahkan ditawari beasiswa untuk
universitas yang besar.”
“Saya tahu engkau tidak menerimanya.”
“Tidak, saya menerimanya.”
“Apakah ini karena kurangnya kedisiplinanmu
sehingga tidak kuliah?”
“Bukan!Itu karena...” Ada kediaman yang lama
saat Stefen menunduk. “Ya, mungkin itu.”
“Jangan khawatir sekarang. Engkau harus
mengerti sesuatu. Paling banyak orang berpotensi paling baik dalam setiap ladang
atau pekerjaan tetapi tidak pernah mencapai yang tinggi karena kurangnya satu
hal – kedisplinan. Apa yang kau lakukan sekarang lebih penting dari berlari atau
kuliah. Cukup jelas bahwa disiplin merupakan kelemahanmu dan itu sudah kau bayar
tetapi Kristus dalam semuanya menjadikan baru. Dalam Dia segala sesuatu yang
menjadi kelemahanmu yang paling besar dapat menjadi kekuatanmu yang paling
besar. Sekarang engkau adalah muridNya. Yang berarti engkau menjadi “seorang
yang disiplin”
“Saya tahu bahwa engkau mengatakan yang
sebenarnya dan saya tahu bahwa ini adalah pertandingan yang saya ingin menang.”
“Apakah kau lihat jalan yang menuju puncak
gunung?”
“Ya.”
“Jalan itu disebut Disiplin. Tetaplah disana
jika engkau ingin mencapai puncak.”
Bab 10. Pasukan
Tiba-tiba, saya berdiri di sebuah gunung
tinggi melihat dataran luas. Dibelakang saya, ada sebuah pasukan berbaris lebar
menyamping. Ada 12 divisi dalam barisan depan yang berdiri jelas dari kumpulan
para prajurit besar ini mengikuti dibelakang mereka. Divisi-divisi ini kemudian
dibagi menjadi resimen, batalyon, rombongan dan regu. Divisi-divisi ini dikenal
dari panji-panji mereka dan resimen dikenal dari seragam yang berwarna-warni.
Batalyon, rombongan dan regu dikenal dari
selempang dan tanda pangkat yang dikenakan setiap kelompok berbeda. Semua
mengenakan baju zirah yang berwarna perak, perisai yang tampak seperti emas
murni dan senjata-senjata mereka dari perak dan emas. Panji-panji itu sangat
besar, 30- 40 kaki panjangnya. Saat para prajurit berbaris, baju zirah dan
senjata mereka bersinar terkena sinar matahari dan kibaran panji dan suara
langkah kaki mereka seperti guruh yang berputar. Saya tidak berpikir bahwa bumi
akan menyaksikan hal seperti ini sebelumnya.
Kemudian saya menjadi sangat dekat untuk
melihat wajah mereka-laki-laki dan perempuan, tua dan muda dari setiap ras. Ada
ketetapan hati yang dahsyat terpancar dari wajah-wajah mereka, tetapi mereka
tampak tidak tegang. Perang sudah ada di udara tetapi dalam ketinggian saya
dapat merasakan suatu damai sejahtera yang saya tahu bahwa tidak ada satupun
yang menakutkan dari medan perang tempat mereka berbaris menuju. Atmosfer rohani
yang saya rasakan ketika mendekati mereka sangat luar biasa sama seperti
penampilan mereka.
Saya melihat seragam mereka. Warna-warnanya
sangat indah. Setiap prajurit mengenakan lencana pangkat dan medali. Para
jendral dan prajurit berpangkat tinggi lainnya berbaris bersama yang lain.
Sekalipun jelas bahwa orang-orang yang berpangkat tinggi ada bersama mereka,
tidak ada seorangpun yang berlebihan akan pangkatnya. Dari prajurit dengan
pangkat tertinggi ke yang paling rendah, semuanya seperti teman dekat. Itu
adalah pasukan yang tampaknya belum pernah ada disiplin, mereka tampak sebagai
satu keluarga besar.
Saat saya mempelajari mereka, mereka tampak
tidak mementingkan diri sendiri-bukan karena kehilangan identitas tetapi karena
mereka sangat yakin akan siapa mereka dan apa yang akan mereka lakukan. Mereka
tidak ditelan oleh diri mereka sendiri atau mencari pengenalan. Saya tidak dapat
mendeteksi ambisi atau kebanggaan disetiap tempat di setiap pangkat. Sangat
menggoncangkan melihat begitu banyak orang yang unik dalam satu harmonisasi dan
berbaris menuju tangga yang sempurna. Saya yakin bahwa tidak akan pernah ada
pasukan seperti ini dibumi.
Kemudian saya berada dibelakang divisi depan
yang tampaknya kelompok lebih besar terdiri dari ratusan divisi. Setiap divisi
berbeda ukuran dengan sekitar 2 ribu dan yang paling besar ratusan ribu.
Sekalipun kelompok ini tidak sejelas dan sewarna-warni yang pertama, ini juga
pasukan yang luarbiasa hanya karena ukurannya. Kelompok ini juga memiliki
panji-panji tetapi tidak sebesar dan seimpresif kelompok yang pertama. Mereka
semua memakai seragam dan memiliki pangkat tetapi saya terkejut bahwa banyak
dari mereka yang bahwa tidak memiliki baju zirah yang lengkap dan banyak orang
tidak mempunyai senjata. Baju zirah dan senjata mereka tidak berkilap dan
bersinar seperti kelompok yang pertama.
Saat saya melihat lebih jelas pada
pangkat-pangkat ini, saya dapat melihat bahwa mereka semua diputuskan dan
mempunyai tujuan, tetapi mereka tidak mempunyai fokus seperti kelompok yang
pertama. Kelompok ini tampaknya lebih sadar akan pangkat mereka sendiri dan
pangkat-pangkat disekitar mereka. Saya merasakan ada gangguan yang merintangi
fokus mereka. Saya juga dapat merasakan ambisi dan kecemburuan dalam pangkat,
yang akan menuju pada gangguan berikutnya. Meski demikian, saya merasakan bahwa
divisi kedua ini masih pada tahap lebih tinggi ketaatan dan tujuannya dari
pasukan apapun di bumi. Ini juga adalah pasukan yang sangat kuat. Dibelakang
pasukan kedua, ada pasukan ketiga yang berbaris sangat jauh dibelakang kedua
pasukan sehingga saya tidak yakin mereka dapat melihat kelompok-kelompok yang
ada didepan mereka. Kelompok ini lebih besar berkali-kali lipat dari yang
gabungan pasukan yang pertama dan kedua, tampaknya terdiri dari jutaan dan
jutaan orang. Saat saya melihat dari kejauhan, pasukan ini bergerak dalam arah
yang berbeda seperti kawanan besar burung-burung, menyapu satu halaman dan
kemudian selanjutnya, tidak pernah bergerak dalam arah yang lurus untuk waktu
yang lama. Karena gerakan yang aneh ini, membuat mereka semakin jauh dan semakin
jauh dari kedua pasukan didepan.
Saat saya mendekat, saya melihat para prajurit
ini compang camping, seragam abu-abu pudar yang tidak dibersihkan atau
disetrika. Hampir setiap orang berdarah dan terluka. Sedikit orang yang berbaris
tetapi paling banyak mereka berjalan dalam arah yang umum menurut yang lainnya.
Perjuangan secara konstan mematahkan pangkat-pangkat mereka dan menyebabkan
banyak orang terluka. Beberapa prajurit mencoba untuk tetap dekat dengan jumbai
panji yang berkibar diantara pangkat-pangkat. Meski demikian, tidak satupun yang
dekat dengan panji-panji itu mempunyai identitas yang jelas karena mereka lari
dari satu panji ke panji yang lainnya.
Dalam pasukan ketiga ini, saya terkejut hanya
ada 2 pangkat-jendral dan pribadi. Hanya sedikit yang mengenakan baju zirah dan
saya tidak melihat senjata apapun kecuali senjata tiruan yang dibawa
jendral-jendral. Jendral-jendral ini memamerkan senjata-senjata tiruan ini
seakan-akan itu membuat para pejabat spesial, tetapi bahkan setiap orang dalam
pangkat itu dapat mengatakan bahwa senjata itu imitasi. Hal ini menyedihkan
karena sangat jelas orang-orang yang dipangkat itu ingin menemukan seseorang
yang nyata yang ingin mereka ikuti.
Tampaknya tidak ada ambisi diantara para
jendral.Ini bukan karena tidak mementingkan diri sendiri seperti dalam pasukan
pertama atau karena tidak perhatian. Saya pikir paling tidak ambisi yang tampak
di pasukan kedua lebih baik daripada kebingungan yang ada di kelompok ini.
Jendral-jendral disini tampaknya lebih sungguh-sungguh berbicara tentang diri
mereka sendiri dan memerangi satu dan yang lainnya, yang sedang dilakukan
kelompok-kelompok kecil sekitar panji-panji. Kemudian saya dapat melihat bahwa
perang didalam pangkat itu sendiri karena penyapuan besar-besaran, perubah arah
tak menentu dari waktu ke waktu.
Saat saya melihat kepada jutaan orang di
kelompok terakhir, saya merasakan bahwa dengan jumlah mereka yang sangat besar,
mereka sebenarnya tidak benar-benar memperkuat pasukan tetapi malah
melemahkannya. Dalam perang yang sebenarnya, mereka akan lebih menjadi penyakit
daripada menjadi asset. Hanya dengan menopang mereka dengan makanan dan
perlindungan akan membayar harga yang mahal lebih dari nilai yang memampukan
mereka untuk berperang. Saya pikir sebuah kelompok dalam kelompok pertama atau
kedua akan sangat berarti daripada banyak jendral dari kelompok ketiga. Saya
tidak dapat mengerti mengapa kelompok pertama membiarkan kelompok ini mengekor
dibelakang mereka. Jelas mereka bukan prajurit sejati.
Hikmat dari Zippora
Tiba-tiba saya berada di sebuah gunung dimana
saya dapat melihat seluruh pasukan. Saat saya mengawasi, saya melihat dataran
yang kering dan berdebu didepan pasukan, tetapi secepat mungkin setelah 12
divisi pertama lewat, bumi menjadi gelap kehijauan, dengan bayangan pohon-pohon
yang berbuah dan aliran air murni mengalir disepanjang daratan. Pasukan ini
memulihkan bumi. Saya pikir betapa berbedanya ini, apa yang akan terjadi kalau
pasukan dari dunia yang akan melewati dataran ini. Mereka akan menjarah ternak
dan buah yang ada di dataran sepanjang yang mereka lalui sampai gundul.
Saya melihat saat divisi kedua melewati
dataran ini. Mereka meninggalkan jembatan-jembatan dan banyak bangungan, tetapi
tanahnya tidak terbentuk dengan baik seperti yang mereka lewati sebelumnya.
Rumput-rumputnya tidak menghijau, aliran-aliran air itu berlumpur dan banyak
buah yang diambil.
Kemudian saya melihat saat kelompok ketiga
lewat. Rumputnya hilang atau diinjak-injak ke bumi sehingga tidak terlihat.
Sedikit pohon yang tersisa digunduli. Aliran-aliran air sungai dipolusi.
Jembatan-jembatan patah dan tidak bisa dilewati. Bangunan-bangunan ditinggalkan
berantakan. Tampaknya kelompok ini sudah menghabiskan semua kebaikan yang
dilakukan kelompok satu dan dua. Saat saya melihat mereka. Kemarahan saya
muncul.
Saya merasakan Hikmat berdiri disamping saya.
Dia tidak mengatakan apapun untuk waktu yang lama, tetapi saya juga merasakan
KemarahanNya.
“Mementingkan diri sendiri, menghancurkan,”
kata Dia akhirnya. “Aku datang untuk memberikan hidup dan hidup secara
berkelimpahan. Bahkan ketika PasukanKu sudah dewasa, ada banyak orang yang
memanggil namaKu dan mengikuti orang-orang yang mengikuti Aku, tetapi mereka
tidak mengenalKu atau berjalan dalam JalanKu. Mereka menghancurkan buah-buah
yang dihasilkan mereka yang mengikuti Aku. Karena ini, dunia tidak tahu apakah
akan menganggap UmatKu berkat atau kutuk.”
Saat Hikmat mengatakan ini, saya merasakan
panas yang naik dariNya, intentisitasnya sampai terasa menyakitkan sehingga
sulit bagi saya mengkonsentrasikan apa yang Dia katakan. Meski demikian, saya
tahu bahwa saya merasakan apa yang Dia rasakan dan itu adalah bagian yang
penting dari pesan yang harus Dia sampaikan pada saya. Rasa sakit itu adalah
gabungan dari kasih akan bumi dan kemarahan atas mementingkan diri sendiri dalam
pasukan ini. Kedua perasaan ini sangat kuat sehingga saya merasakannya
seolah-olah perasaan itu dicapkan kepada saya.
Saat kemarahan Tuhan semakin meningkat, saya
merasakan bahwa Dia mungkin akan menghancurkan seluruh pasukan. Kemudian saya
teringat bagaimana Tuhan bertemu dengan Musa dalam perjalanannya ke Mesir dalam
ketaatanNya dengan Tuhan. Tuhan akan membuatnya mati sampai istri Musa, Zippora
menyunat anak mereka. Saya tidak pernah mengerti hal itu sampai sekarang. Sebab
penyunatan berbicara tentang penghilangan kedagingan atau sifat jasmani, insiden
dengan Musa seperti sebuah nubuatan yang membayangi dosa Elia, seorang imam,
yang mengutuk dirinya sendiri dan menyerah pada Israel karena dia gagal
mendisiplinkan anak-anaknya.
“Tuhan, bangkitkan mereka dengan hikmat
Zippora!” saya menangis menjerit.
Pembakaran itu terus dan sebuah keyakinan
dalam pada saya untuk datang kepada para pemimpin dari pasukan-pasukan besar itu
dan menceritakan kepada mereka cerita tentang Zippora dan setiap orang dalam
pasukan Tuhan harus menyunatkan hati mereka. Sifat jasmani harus dibuang. Saya
tahu jika saya berjalan lebih jauh sebelum ini berakhir, seluruh pasukan berada
dalam bahaya kehancuran oleh Tuhan Sendiri, sama seperti Dia hampir membunuh
Musa ketika dia kembali ke Mesir.
Kemudian saya berdiri di Ruang Pengadilan
didepan Kursi Pengadilan Tuhan. Tuhan masih muncul sebagai Hikmat, tetapi saya
tidak pernah melihat Dia lebih dahsyat, galak, ataupun Kata-KataNya yang semakin
berat.
“Engkau sudah melihat pasukan ini didalam
hatimu setiap waktu. Para pemimpin yang Aku tunjuk sekarang harus memimpin
pasukan ini. Aku mengirimkanmu kepada banyak para pemimpin ini. Apa yang akan
engkau katakan pada mereka?”
“Tuhan, ini adalah pasukan yang besar, tetapi
saya masih bersedih dengan kondisi kelompok ketiga. Saya tidak mengerti mengapa
mereka diijinkan untuk berpura-pura menjadi bagian dari PasukanMu. Saya ingin
mengatakan bahwa sebelum mereka lebih jauh, pasukan pertama dan kedua harus
berbalik dan mengusir kelompok ketiga ini. Mereka benar-benar sangat sedikit
dari kelompok yang besar.”
“Apa yang engkau lihat hari ini masih berada
di masa depan. Pelayanan-pelayanan yang akan Aku lepaskan untuk mengumpulkan
pasukan dan memperlengkapi mereka dengan semua yang kau katakan. Pada waktu ini,
hampir semua PasukanKu berada dalam kondisi ketiga. Bagaimana Aku dapat
membiarkan mereka diusir pergi?”
Saya tergoncang, sekalipun saya tahu bahwa
saya tidak akan pernah melihat salah seorang Umat Tuhan yang berada dalam
keadaan baik bahkan seperti kelompok kedua.
“Tuhan, saya tahu Engkau marah terhadap
kelompok ini. Jika sekarang hampir seluruh PasukanMu seperti ini, saya bersyukur
Engkau tidak menghancurkan kami semua. Ketika saya melihat dalam kelompok
ketiga, saya merasa bahwa mereka dalam kondisi yang menyedihkan. Kurang latihan,
perlengkapan peran dan visi, juga kegagalan memikul salib yang menyunatkan hati.
Saya percaya saya harus pergi kepada mereka dengan pesan tentang Zippora tetapi
jika mereka juga membutuhkan pelatih sersan dan perwira yang akan melatih
mereka.”
Hikmat melanjutkan kata-kataNya, “Ingatlah
pasukan pertama yang kau lihat sebelum gunung. Mereka juga tidak siap berperang
dan ketika peperangan dimulai, orang-orang yang tidak siap melarikan diri.
Bagaimanapun, banyak orang kembali dengan baju zirah mereka dan khayalan yang
digantikan dengan kebenaran. Dua kelompok yang pertama dalam pasukan juga
diubahkan oleh peperangan ini dan menyadarkan mereka akan kondisi mereka yang
sebenarnya. Kemudian mereka berseru pada Ku dan Aku mengirimkan gembala-gembala
yang mempunyai HatiKu. “Semua gembala-gembalaKu seperti Raja Daud. Mereka tidak
menyewa orang-orang yang mencari tempat atau posisi sendiri tetapi mereka
meletakkan hidupnya untuk UmatKu. Mereka juga tidak takut perang melawan MusuhKu
dan murni menyembahKu. Aku akan mengirimkan gembala-gembala ini kedepan. Engkau
harus kembali dengan pesan Zippora. Waktunya sudah dekat, jika Aku tidak tinggal
dalam orang-orang yang mencari untuk dihitung UmatKu yang tidak menyunatkan hati
mereka. Engkau harus memperingatkan mereka akan MurkaKu.
“Aku juga mengirimkanmu kembali untuk berjalan
bersama para nabiKu yang Aku kirimkan sama seperti Samuel untuk menuangkan
minyak urapan kepada para gembalaku yang sejati. Banyak orang ini yang dianggap
paling kecil oleh saudara-saudara seiman mereka, tetapi engkau akan menemukan
mereka melayani seperti para gembala setia melayani rombongan kecilnya, pekerja
yang setia pada apa yang Aku berikan. Mereka ini orang-orang yang setia yang
Kupanggil untuk menjadi raja-raja. Kepada mereka Aku mempercayakan otoritasKu.
Mereka akan menyiapkan UmatKu pada perang besar terakhir mendatang.”
Kemudian saya heran dalam hati, jika kami
sekarang dalam kondisi kelompok yang ketiga, apa yang harus dilakukan pada para
jendral yang tampaknya bukan jendral yang sejati?
“Engkau benar, mereka bukan jendral yang
sejati,” Tuhan menjawab. “Aku tidak menunjuk mereka tetapi mereka menunjuk diri
mereka sendiri. Orang-orang lain akan menjadi perwira yang berguna.
Bagaimanapun, banyak orang akan lari pada peperangan pertama dan engkau tidak
akan melihatnya lagi.
“Ingatlah ini: Sekali waktu, setiap orang
dalam kelompok satu dan dua pertama merupakan bagian dari yang terakhir. Saat
engkau pergi dengan pesan Zippora mendeklarasikan bahwa Aku tidak akan lagi
mentolerir kedagingan UmatKu, orang-orang yang benar-benar Kupanggil dan
memutuskan untuk mentaati Aku tidak lari dari PenyunatanKu tetapi akan berdiri
melawan kedagingan dalam kemah sehingga Aku tidak akan menghakimi mereka.
Gembala-GembalaKu juga bertanggung jawab atas kondisi Domba-dombaKu.
Jendral-jendralKu bertanggung jawab atas kondisi dari para prajuritKu.
Orang-orang yang sudah Aku panggil akan bertanggungjawab karena mereka mengasihi
Aku, mereka mengasihi UmatKu dan mereka mengasihi kebenaran.”
Blessed To Bless...
0 comments:
Post a Comment