Rombongan Pasukan Neraka sedang berbaris
(Diambil dari "The Morning Star,by Rick Joyner)
Pasukan Kejahatan
Saya melihat sebuah pasukan yang jahat dan sangat banyak, sejauh mata memandang tampak mereka. Pasukan itu ada divisi-divisinya dan masing-masing membawa panji yang berbeda. Pasukan yang paling penting dan utama adalah Harga diri, membenarkan diri sendiri, minta dihargai, ambisi, menghakimi yang tidak bersalah dan yang terlebih besar adalah Iri hati. Pemimpin pasukan yang besar ini adalah Penuduh dari saudaranya sendiri. Saya tahu bahwa masih ada banyak kelompok jahat diluar jangkauan mata saya, tetapi ini adalah pasukan dari neraka yang dilepaskan untuk melawan gereja.
Senjata – senjata yang dibawa pasukan ini mempunyai nama, pedangnya bernama intimidasi, tombaknya bernama penghianatan dan anak panahnya bernama penuduh, gossip, fitnah dan pencari kesalahan. Pengintai dan pasukan kecil setan bernama Penolakan, Kepahitan, Ketidaksabaran, tidak mau memaafkan dan nafsu, segera dikirim untuk mempersiapkan serangan utama. Saya tahu dalam hati bahwa gereja tidak pernah menghadapi hal ini sebelumnya.
Tugas utama pasukan ini adalah untuk memecah belah. Pasukan ini dikirim untuk menyerang setiap hubungan gereja satu sama lain, jemaat dengan gembala, suami dan isteri, anak dan orang tua, bahkan anak yang satu dengan yang lainnya. Para pengintai dikirim untuk membuka celah di gereja-gereja, keluarga-keluarga atau individu-individu dengan penolakan, kepahitan, nafsu dll, yang dapat meledak dan membuat lobang besar untuk divisi-divisi yang akan datang.
Yang paling mengejutkan dalam visi saya adalah pasukan ini tidak mengendarai kuda, tetapi mengendarai orang-orang Kristen. Banyak dari mereka dari kalangan orang kaya, terhormat dan terpelajar. Mereka adalah orang-orang Kristen yang membuka diri mereka sendiri kepada kuasa kegelapan, dipakai musuh sedangkan mereka berpikir bahwa mereka sedang dipakai Tuhan. Penuduh tahu bahwa jika rumahtangga terbagi – bagi tidak dapat bertahan, dan pasukan ini merupakan perwakilan dari percobaan terakhir yang memecah belah gereja sehingga mereka benar-benar jatuh.
Orang Hukuman
Dibelakang pasukan yang pertama adalah sejumlah besar orang-orang Kristen yang diseret-seret dan menjadi tawanan. Mereka semua terluka dan dikawal oleh setan-setan kecil bernama Ketakutan. Tampaknya ada lebih banyak tawanan daripada jumlah setan yang mengawal. Yang mengejutkan, para tawanan ini masih membawa pedang dan perisai, tetapi mereka tidak menggunakannya. Sangatlah mengejutkan bahwa begitu banyak orang-orang yang ditawan oleh sejumlah kecil setan bernama Ketakutan. Tentu saja setan-setan kecil ini sangatlah mudah untuk dihalau atau dihancurkan dengan senjata-senjata mereka.
Langit di atas tawanan tampak gelap tertutupi oleh burung nasar yang bernama Depresi. Burung-burung ini hinggap di pundak para tawanan dan muntah diatasnya. Muntahan itu adalah Penghukuman. Ketika muntahan itu jatuh disalah satu tawanan, dia akan berdiri dan berbaris lurus sesaat dan kemudian merosot, semakin lama semakin lemah dari sebelumnya. Sekali lagi, saya heran para tawanan itu tidak memusnahkan muntahan itu dengan pedang mereka yang dengan mudah dapat mereka gunakan.
Adakalanya para tawanan saling bertubrukan dan jatuh. Secepat mereka jatuh ke tanah, para tawanan yang lain akan mulai menusuk mereka dengan pedang dan mencaci maki mereka. Mereka akan memanggil burung dendang untuk mulai memakan mereka yang jatuh sebelum mati.
Saat saya melihat, saya sadar bahwa para tawanan ini percaya bahwa muntahan penghukuman itu adalah benar-benar dari Tuhan. Kemudian saya mengerti bahwa para tawanan ini berpikir bahwa mereka adalah pasukan Tuhan! Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak membunuh setan-setan kecil bernama Ketakutan atau burung nasar yang mereka pikir adalah pembawa pesan Tuhan. Kegelapan yang disebabkan banyaknya burung manyar membuat para tawanan ini menerima segala sesuatu yang terjadi seperti berasal dari Tuhan.
Satu-satunya makanan yang disediakan untuk para tawanan ini adalah muntahan burung nasar. Mereka yang menolak memakannya akan menjadi lemah sampai mereka jatuh. Mereka yang memakannya akan menjadi kuat, tetapi kuat oleh kekuatan iblis. Mereka akan saling memuntahkan satu sama lainnya. Ketika salah seorang memulai hal ini, salah satu setan akan menunggu untuk menungganginya dan kemudian mereka akan maju kebarisan depan. Lebih buruk dari muntahan itu adalah kotoran yang menjijikkan yang berasal dari kencing dan buang air besar setan-setan yang menunggangi orang-orang Kristen ini. Kotoran ini adalah harga diri, ambisi. dll. dan mereka menjadi bagian dari itu. Bagaimanapun juga, kotoran ini membuat orang-orang Kristen merasa lebih baik dari pada dihukum, dengan mudah mereka mempercayai bahwa setan-setan itu adalah utusan Tuhan dan mereka juga berpikir bahwa kotoran-kotoran itu adalah urapan Roh Kudus.
Kemudian Tuhan berbicara kepada saya, “Ini adalah awal dari pasukan-pasukan musuh di hari-hari akhir. Ini adalah muslihat akhir setan dan kekuatan penghancurannya yang terakhir dilepaskan dengan menggunakan orang-orang Kristen untuk saling menyerang. Selama jaman ini, setan sudah menggunakan pasukannya, tetapi belum pernah menggunakan banyak manusia untuk menjalankan tujuan iblisnya. Namun, jangan takut. Aku punya pasukan juga. Sekarang kamu harus berdiri dan bertanding sebab tidak ada lagi tempat untuk sembunyi dari perang ini. Kamu harus bertanding untuk KerajaanKu, kebenaran dan untuk orang-orang yang sudah ditipu”.
Saya sungguh terpukul oleh kebianaban pasukan setan ini, sampai saya berpikir bahwa lebih baik mati daripada hidup dalam dunia seperti ini. Tetapi Firman Tuhan sangatlah menguatkan dan kemudian saya segera berteriak bahwa mereka sudah ditipu, saya berpikir mereka tidak mendengar saya. Ketika saya mulai berteriak, seluruh pasukan melihat kepada saya dan saya tetap berseru-seru. Saya pikir orang-orang Kristen ini akan bangun dan menyadari apa yang sudah terjadi, tetapi banyak dari mereka yang kemudian mulai menembakkan anak panahnya kepada saya. Sedangkan yang lain ragu-ragu seakan-akan mereka tidak tahu. Kemudian saya tahu bahwa saya melakukan hal ini terlalu dini dan itu adalah kesalahan yang sangat bodoh.
Perang dimulai
Kemudian saya berpaling dan melihat pasukan Tuhan berada dibelakang saya. Ada ribuan prajurit tetapi tidak bisa dihitung. Hanya sejumlah kecil yang berpakaian lengkap, berbaju zirah dan memakai ketopong tetapi sejumlah besar tidak memakai pelindung. Sejumlah besar pasukan itu terluka. Banyak dari mereka yang berbaju zirah tapi hanya memiliki perisai yang kecil sehingga tidak dapat melindungi mereka dari pembantaian yang datang. Mayoritas pasukan ini adalah wanita dan anak-anak.
Dibelakang pasukan ini adalah kelompok besar orang, sama seperti kelompok tawanan yang mengikuti pasukan iblis tetapi keadaannya sangatlah berbeda. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang berbahagia, mereka bermain, bernyanyi, berpesta dan berjalan dari satu kemah ke kemah lainnya. Hal ini mengingatkan saya akan keadaan di Woordstock. Saya mencoba berteriak mengatasi suara riuh mereka dan mengingatkan kepada mereka bahwa ini bukanlah saat yang tepat, perang akan segera dimulai tetapi hanya sedikit orang yang mendengar suara saya. Merekalah yang memberikan “tanda damai” kepada saya dan berkata bahwa mereka tidak percaya adanya perang, Tuhan tidak akan membiarkan sesuatu buruk menimpa mereka. Saya mencoba menjelaskan bahwa Tuhan memberikan pakaian perlengkapan perang dengan satu maksud, tetapi mereka menjawab dengan ketus, mereka sudah datang ketempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera dimana tidak ada sesuatupun yang akan terjadi pada mereka. Saya mulai berdoa meminta Tuhan menambahkan iman (perisai) orang-orang yang memakai baju zirah, untuk melindungi mereka yang tidak siap adanya perang.
Seorang utusan muncul, memberikan sebuah terompet dan menyuruh saya untuk segera meniupnya. Saya segera melakukannya dan orang – orang yang berbaju zirah segera merespon dan memberikan perhatian. Banyak baju zirah yang dibawa dan mereka segera memakainya. Saya mengamati bahwa orang-orang yang terluka tidak memakai baju zirah diatas luka mereka, tetapi sebelum saya dapat berbicara sepatah katapun, panah-panah musuh menghujani kami. Setiap orang yang tidak berbaju zirah terluka. Mereka yang tidak segera menutupi luka mereka, kembali terluka ditempat yang sama.
Mereka yang terkena panah fitnah segera mulai memfitnah orang-orang yang tidak terluka. Mereka yang terkena panah gossip segera mulai menggosip dan secepat itu terjadi perpecahan di perkemahan. Kemudian burung-burung nasae mulai mengambil mereka yang terluka dan mengirimkan mereka ke kemah tawanan. Orang-orang yang terluka masih memakai pedang dan sebenarnya dapat dengan mudah menghancurkan burung dendang itu, tetapi mereka tidak menggunakan pedang itu. Sebenarnya mereka diangkut tanpa paksaan karena mereka sangat marah kepada orang-orang yang masih tersisa.
Keadaan mereka yang berada di perkemahan di belakang pasukan sangatlah menyedihkan. Tampak kekacauan total. Ribuan orang terluka dan merintih terbaring ditanah. Banyak dari yang tidak terluka hanya duduk diam tidak percaya. Mereka yang terluka dan duduk tidak percaya langsung diangkut oleh burung nasar. Beberapa orang mencoba untuk membantu yang terluka dan mengusir burung nasar, tetapi orang-orang yang terluka sangat marah, mereka mengancam dan mengusir orang-orang yang mencoba untuk membantu.
Banyak orang yang tidak terluka berlari secepat mungkin menjauhi medang perang. Pertemuan pertama dengan musuh sangatlah singkat, sehingga saya tertarik untuk bergabung dengan mereka. Dengan sangat cepat orang-orang ini muncul kembali dengan berpakaian perang lengkap, baju zirah dan perisai yang besar. Kegembiraan pesta berubah dengan cepat. Mereka mulai menempati tempat orang-orang yang jatuh dan mulai membentuk formasi baru untuk melindungi sekeliling. Segera 3 malaikat besar bernama Iman, Pengharapan dan Kasih muncul dan berdiri dibelakang kami dan perisai setiap orang mulai bertambah besar.
Jalan Raya
Kami mempunyai pedang yang bernama Firman Tuhan dan anak panah yang dinamakan Kebenaran Alkitabiah. Kami ingin menembak mereka kembali, tetapi kami tidak tahu bagaimana kami bisa menembak tanpa mengenai orang-orang Kristen yang sedang dikendarai setan-setan itu. Yang terjadi kemudian, jika orang-orang Kristen ini terkena anak panah kebenaran mereka akan tersadar dan berbalik menyerang yang menekan mereka. Saya melepaskan beberapa anak panah. Sebagian besar mengenai orang-orang Kristen. Ketika anak panah kebenaran mengenai mereka, mereka tidak bangun atau jatuh terluka, namun mereka akan menjadi marah dan setan yang mengendarai mereka akan bertambah besar. Hal ini mengejutkan setiap orang. Mereka mulai merasa mustahil untuk menang, tetapi Iman, Pengharapan dan Kasih sangat yakin bahwa paling tidak mereka berperang di tanah sendiri. Malaikat lainnya bernama Hikmat yang kemudian muncul dan menuntun kami untuk berperang dari gunung yang ada dibelakang kami.
Diatas gunung ada tebing-tebing dengan tingkat yang berbeda setinggi mata memandang. Pada setiap tingkat, tebing itu menjadi lebih sempit dan mengeras sehingga dapat dipijak. Setiap tingkat dinamakan Kebenaran Alkitabiah. Tingkat dibawah dinamakan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran seperti, “Keselamatan”, “Pengudusan”, “Doa”, “Iman” dll. dan ditingkat yang lebih tinggi dinamakan dengan Kebenaran Alkitabiah Lanjutan. Semakin tinggi kami naik, perisai dan pedang kami semakin bertumbuh besar dan sedikit anak panah yang dapat mencapai kami.
Sebuah Kesalahan Yang Tragis
Beberapa orang yang masih tinggal di tingkat rendah mulai mengambil anak panah dan kembali menembaki musuh. Tetapi ini adalah sebuah kesalahan yang tragis. Setan-setan ini dengan mudah menyerang orang – orang Kristen kembali. Jika salah satu terkena panah Penuduh atau Fitnah, salah satu setan Kepahitan atau Kemarahan akan terbang dan bertengger di atas anak panah itu. Kemudian dia akan mulai mengencingi dan buang air besar diatas orang –orang Kristen itu. Jika salah satu orang Kristen itu sudah dihinggapi setan bernama Harga Diri dan Membenarkan Diri Sendiri, maka 2 atau 3 setan akan ditambahkan lagi, dan kemudian dia akan berubah bentuk menjadi setan itu sendiri.
Kami dapat melihat hal ini terjadi dari tingkat yang lebih tinggi, tetapi mereka yang berada di tingkat lebih rendah tidak bisa melihatnya. Separoh dari kami memutuskan untuk tetap memanjat naik, sedangkan separohnya turun ke tingkat bawah untuk menerangkan kepada mereka yang tinggal disana tentang apa yang sudah terjadi. Setiap orang diperingatkan untuk tetap naik dan tidak berhenti, kecuali beberapa orang yang tinggal di setiap tingkat untuk menjaga setiap prajurit naik lebih tinggi.
Keamanan
Ketika kami mencapai tingkat “Kesatuan Saudara Seiman” tidak satupun dari anak panah musuh dapat mencapai kami. Banyak orang dari perkemahan kami memutuskan untuk tidak naik lagi. Hal ini dapat saya mengerti sebab setiap tingkat yang baru semakin sulit untuk ditapaki. Bagaimanapun juga, lebih tinggi saya naik, saya merasa lebih kuat dan lebih mampu dalam memegang senjata, jadi saya terus naik.
Dengan cepat saya mampu menembak setan tanpa mengenai orang-orang Kristen. Saya merasa jika saya terus naik, saya akan dapat menembak pemimpin-pemimpin pasukan neraka ini yang berada dibelakang pasukan. Saya menyesal ada banyak orang Kristen yang berhenti ditingkat bawah, mereka aman tetapi tidak bisa menembak musuh. Kekuatan dan karakter orang-orang yang tetap naik semakin bertumbuh dan membuat mereka menjadi Pemenang, setiap orang akan menghancurkan banyak musuh.
Pada setiap tingkat ada banyak anak panah Kebenaran yang berhamburan yang berasal dari orang-orang yang jatuh dari posisinya. Semua anak panah itu dinamakan Kebenaran. Beberapa orang enggan untuk mengambil anak –anak panah ini, tetapi saya tahu bahwa kami memerlukan semuanya itu sehingga kami dapat menghancurkan pasukan besar yang ada dibawah. Saya mengambil satu anak panah, menembak satu setan dan dengan mudah melenyapkannya, setelah itu baru orang-orang lain mulai mengambil anak-anak panah itu dan menembakkan kearah musuh. Serangan kami mulai membuat divisi musuh berkurang. Karena hal ini, seluruh pasukan setan terfokus kepada kami. Untuk sesaat, semakin kami mencapai sasaran, semakin kami dilawan. Tugas kami seakan tiada akhir dan ini menjadi sangat melelahkan.
Blessed To Bless...
0 comments:
Post a Comment