Tuhan
menghendaki agar kita menyatakan/memanifestasikan gaya hidup Kerajaan.
Salah satu gaya hidup Kerajaan yang harus terus kita bangun adalah hidup
oleh firman. Selama hati kita haus dan lapar akan Tuhan, kita seperti
sedang memposisikan diri kita untuk bisa menerima firman. Semakin sering
firman datang dalam hidup kita, atmosfir rohani dalam hidup kita akan
semakin meningkat.
Setelah kita menerima firman dari Tuhan, bagaimana membuat firman itu terealisasi dalam hidup kita?
“Dia
sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah
orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah
jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan
sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa
badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus
mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling
di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” (Mrk. 5:27-30)
Dalam
ayat 27 diceritakan bahwa wanita yang sakit pendarahan ini sudah
berkali-kali mendengar berita tentang Yesus, sampai suatu kali ia
mengambil sebuah keputusan untuk mulai bertindak. Ayat 28 menuliskan “sebab katanya...”. Dalam terjemahan yang lain dituliskan “sebab ia berkata-kata berkali-kali kepada dirinya sendiri.” Apa yang ia katakan? “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”.
Setelah
wanita ini mendengar berita tentang mujizat yang Yesus lakukan, ada
sesuatu yang masuk ke dalam hatinya dan ia mengucapkan hal itu berkali
kali. Apa yang ia ucapkan berkali kali itulah yang menggerakkannya untuk
mendekati Yesus dan memegang ujung jubah Yesus, dan itu jugalah yang
membuat firman menjadi kenyataan.
Amsal 18:20-21 berkata, “Perut
orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil
bibirnya. Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan
memakan buahnya.” Ketika kita menerima firman dari Tuhan,
sebetulnya kita sudah menerima bahan baku atau bahan dasar yang kita
perlukan untuk kita bisa terus ‘dikenyangkan’ dan mengalami kuasa
kehidupan mengalir dalam hidup kita. Karena itu, setelah Roh Kudus
menjelaskan tentang tujuan dari firman itu dan memberikan kita pemahaman
tentang firman tersebut, kita harus menunjukkan respon yang tepat yaitu
mulai ucapkan firman itu berkali-kali.
Apa
yang kita ucapkan? Apa yang menjadi ketentuan atau penjelasan Roh Kudus
tentang firman yang Tuhan berikan kepada kita. Karena setiap kali kita
menerima firman, selalu ada tujuan yang besar di balik firman itu yang
akan membawa kita semakin naik dan membuat kapasitas kita semakin besar.
Sampai kapan kita harus memperkatakan firman itu? Sampai perubahan
terjadi sesuai dengan firman itu!
“Karena
itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia,
sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya
bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang
hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, seperti
ada tertulis: “Engkau telah kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa” – di
hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan
orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada
menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun
Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak
bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui bahwa
tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus
tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah
ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam
imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah
berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (Roma 4:16-21)
Apapun
yang menjadi janji Tuhan – meskipun tampaknya mustahil – pasti akan
bisa terjadi karena kita adalah keturunan Abraham (ayat 16). Sebelum
datangnya firman, Abraham bukan bapa siapa-siapa, tapi setelah firman
datang, Abraham mengalami perubahan yang sangat nyata dan ia mulai
disebut sebagai bapa orang percaya.
Ketika
kita memperkatakan firman berkali-kali, hal pertama yang akan muncul –
dan inilah yang menjadi tanda yang menunjukkan bahwa kita sedang
mengalami perubahan – adalah munculnya suatu pengharapan dalam diri kita
yang menegaskan bahwa kita pasti akan mengalami janji Tuhan itu (ayat
18), karena Alkitab berkata bahwa pengharapan yang lahir dari Roh tidak
akan mengecewakan.
Lalu
lebih lanjut dalam ayat 19 dikatakan bahwa ketika kita terus
memperkatakan firman, Tuhan akan membawa kehidupan iman kita berpindah,
dari hal-hal yang dilandaskan pada hal-hal yang manusiawi kepada
kehidupan iman yang berlandaskan kepada-Nya saja. Dengan begitu,
permasalahannya bukan lagi pada ‘iman yang kecil’ atau ‘iman yang besar’
tetapi apa yang menjadi fondasi iman kita.
Pada
waktu kita mendengarkan firman, belajarlah untuk membuat ringkasan atau
kesimpulan dari firman yang kita dengan itu lalu doakan dan ucapkan
berkali kali, karena sementara ketika kita melakukan hal tersebut, Tuhan
mengganti fondasi iman kita dari fondasi yang manusiawi menjadi fondasi
yang ilahi. Sehingga walaupun fakta yang ada bertentangan dengan apa
yang menjadi firman Tuhan, pengharapan kita tidak akan pudar karena
pengharapan itu tidak dilandaskan pada fakta yang manusiawi.
Ingat,
apa yang kita yakini akan menentukan apa yang kita alami. Ketika kita
tetap meyakini firman-Nya dan tetap berharap – lepas dari apa yang
menjadi fakta dan kondisi yang ada, Tuhan memperhitungkan hal itu
sebagai kebenaran (ayat 22), dan fakta hidup yang kita miliki akan bisa
diubahkan oleh kebenaran.
Blessed To Bless...
0 comments:
Post a Comment