Pujian yang Benar di Tempat yang Salah
by David Wilkerson.
Bangsa Israel sedang berada dalam keadaan terjepit tanpa harapan!
Di hadapan mereka terbentang Laut Merah. Gunung-gunung yang tinggi
mengapit di kiri dan kanan mereka, Firaun dan bala tentaranya mengejar
dan mendekat dari belakang. Umat Allah nampaknya terjebak tak berdaya
bagaikan bebek, yang siap untuk dipotong. Tapi percaya atau tidak,
dengan sengaja Allah-lah yang merencanakan situasi yang berbahaya itu
bagi mereka!
Segera kepanikan melanda perkemahan kaum Israel. Kaum pria gemetar
ketakutan, wanita dan anak-anak menangis mengerumuni kakek-nenek dan
sanak keluarga mereka. Tiba-tiba Musa diserbu oleh para kepala keluarga
yang dengan marah berteriak, Habislah nasib kami! Apakah tidak ada
kuburan di Mesir sehingga engkau membawa kami keluar untuk mati di sini?
Sudah kami katakan kepadamu untuk tidak mengusik kami di Mesir. Lebih
baik menjadi budak di Mesir daripada mati dalam padang gurun celaka
ini!
Saya bertanya-tanya di dalam hati apakah Musa merasa gentar pada saat
itu. Bahkan ketika hamba Allah ini menangis, seolah-olah Allah
mencelanya,Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepadaKu? (Keluaran
14:15).
Tak seorang pun dari bangsa Israel yang mengetahui akan kemenangan
besar yang akan segera Allah berikan kepada mereka! Tiba-tiba angin
bertiup membelah laut, lalu bangsa Israel berjalan di atas tanah yang
kering menyeberangi laut yang terbelah ini. Dan ketika Firaun beserta
bala tentaranya mengikuti untuk mengejar, air laut kembali bergolak
menutupi dan menenggelamkan mereka semua!
Suatu pemandangan yang luar biasa! Dari sisi seberang, umat Allah
menyaksikan musuh mereka yang perkasa dibinasakan bagaikan boneka-boneka
mainan. Sekali lagi, mereka menyadari bahwa Tuhan telah melepaskan
mereka dari keadaan yang mustahil. Setelah itu mereka menaikkan nyanyian
pujian di tengah perkemahan. Alkitab mencatat reaksi mereka dan
nyanyian pujian mereka berbunyi:
Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang
dilakukan Tuhan terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada
Tuhan dan mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa, hambaNya itu.
Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan
nyanyian ini bagi Tuhan yang berbunyi: Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan,
sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam
laut. Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.
Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia (Keluaran
14:31, 15:1-2).
Mungkin saudara mengetahui lagu ini yang syairnya diambil dari
Alkitab. Orang-orang Kristen menyanyikan lagu ini di banyak gereja
hari-hari ini.
Tetapi saudara yang terkasih, perhatikanlah kalimat dan tekanan dari ayat berikut, yang merupakan inti dari khotbah ini!
Orang Israel melihat perbuatan yang besar yang Tuhan lakukan terhadap
orang Mesir Lalu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan
nyanyian ini (Keluaran 14:31, 15:1, terjemahan dari Alkitab bahasa
Inggris versi King James, penerjemah).
Mereka menyanyikan pujian yang benar tetapi mereka menyanyikannya di
sisi yang salah! Artinya, mereka menyanyikannya hanya setelah mereka
berada di seberang, setelah melewati Laut Merah. Di sisi ini
masalah telah berlalu dan kemenangan sudah mereka alami, sehingga tidak
diperlukan iman untuk dapat menyanyikan pujian ini.
Saudara lihat bahwa semua percobaan dan ujian terdiri dari dua sisi.
Sisi pertama adalah sisi ujian, di mana kita merasa seperti berada dalam lembah kegelapan dan tak berpengharapan.
Sisi berikutnya adalah sisi jalan keluar, di mana kita memperoleh kelepasan dan kemenangan.
Orang-orang yang tidak percaya pun dapat memuji Tuhan setelah ujian terlewati dan kemenangan terjadi.
Akan tetapi, Tuhan menginginkan kita untuk menaikkan pujian
kepada-Nya sewaktu kita berada pada sisi ujian. Ia layak kita sembah
walaupun kita berada pada saat yang paling gelap, ketika kita tidak
memiliki jalan keluar maupun pengharapan sama sekali dan hanya Ia
sendiri yang sanggup untuk melepaskan kita!
Saudara bisa membayangkan keadaan di perkemahan bangsa Israel setelah
kemenangan mereka: Miryam menari bersama dengan semua wanita, memukul
rebana, dan semua orang bernyanyi dan bersorak-sorak memuji Allah.
Alkitab menceritakan bahwa dengan berani mereka menyatakan,
Bangsa-bangsa mendengarnya, merekapun menggigil gemparlah para kepala
kaum di Edom, kedahsyatan menghinggapi orang-orang berkuasa di Moab;
semua penduduk tanah Kanaan gemetar (Keluaran 15:14-15).
Mereka pasti merasa, betapa aman dan kuatnya mereka. Tapi kemenangan
mereka adalah kemenangan yang semu sebab bangsa Israel sudah gagal
dalam menghadapi pengujian pada hari itu! Hanya Musa yang berhak untuk
menyanyikan nyanyian kemenangan itu di seberang Laut Merah. Karena
sebelum air laut terbelah, bangsa Israel mengaduh dan menggerutu,
mengeluh dan menangis!
Sangatlah Perlu Bagi Orang Kristen Untuk Belajar Menyanyikan Nyanyian Kelepasan Pada Saat Mereka Menghadapi Ujian dan Masalah
Tujuan Tuhan mengijinkan kita untuk mengalami krisis yang nampaknya tidak mungkin terselesaikan adalahuntuk
menguji kita untuk membangun dalam diri kita suatu iman yang teguh
kepada Tuhan, yang merupakan fondasi/dasar kehidupan rohani kita! Cara apa lagi yang dapat membuat umat-Nya mempercayai-Nya dalam semua peperangan yang akan mereka hadapi?
Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang hamba-hamba Tuhan yang
jatuh ke dalam dosa, seperti perzinahan dan skandal keuangan. Tetapi
yang lebih buruk lagi di mata Allah adalah meningkatnya jumlah hamba
Tuhan yang meninggalkan pelayanan karena mereka membiarkan keraguan dan
ketakutan mempengaruhi mereka.
Kami menerima surat-surat dari seluruh pelosok Amerika Serikat yang
menceritakan adanya anggota-anggota jemaat yang jatuh ke dalam percobaan
dan kemerosotan rohani karena pendeta mereka yang dulunya berkhotbah
tentang iman telah menyerah dan meninggalkan mereka. Pendeta tersebut
tidak dapat menyanyikan pujian yang benar di tempat yang tepat!
Saudara-saudara terkasih, setiap krisis yang saudara hadapi
saat ini merupakan suatu kesempatan bagi saudara untuk belajar
mempercayai Allah untuk membangun suatu fondasi iman yang teguh, agar
saudara tegar dan sanggup menghadapi segala tantangan yang akan datang
selama sisa hidup saudara! Bagi bangsa Israel, pengujian ini
merupakan suatu kesempatan untuk mengecek isi hati dan menyingkapkan
kebimbangan yang tersembunyi di dalam hati mereka sehingga dengan iman
mereka dapat berbalik kepada Tuhan!
Jika saja mereka mengingat mukjizat yang telah mereka alami di Mesir,
mereka akan sanggup berkata, Hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan!
Mereka dapat saling menguatkan dengan menaikkan suatu nyanyian pujian
nyanyian yang sama yang di kemudian hari mereka nyanyikan di sisi yang
salah, Besar Tuhan dan patutlah dipuji. Sikap seperti ini dapat
menyebar ke seluruh perkemahan dan mengobarkan iman mereka! Hal ini
pasti meneguhkan iman yang bersandar kepada Allah sebagai dasar hidup
mereka! Iman yang tahan uji dan tak tergoyahkan, yang akan membuat
mereka bertahan melewati kekerasan padang gurun dan peperangan di
Kanaan. Iman yang akan meneguhkan mereka sebagai umat pilihan Allah di
dunia ini suatu terang bagi bangsa-bangsa!
Namun bukannya pada masa percobaan mereka memuji Tuhan. Bahkan mereka
telah kehilangan keyakinan akan kasih Bapa surgawi mereka dan menuduh
Allah telah melalaikan mereka!
Baru-baru ini seorang saudara seiman di dalam Tuhan mencurahkan isi
hatinya kepada saya mengenai sebuah ujian berat yang sudah beberapa lama
ia hadapi. Sekitar satu tahun yang lalu ia berhenti dari pekerjaannya
yang berpenghasilan tinggi karena ia akan harus berkompromi dengan dosa
kalau tetap bekerja di sana. Selama berbulan-bulan ia mengirimkan
banyak surat lamaran, tetapi belum ada satu pekerjaan pun yang ia
dapatkan.
Ini merupakan saat-saat ujian yang berat baginya. Ia telah menerima
berbagai macam nasihat dari teman-teman Kristennya yang bermaksud baik.
Beberapa di antara mereka mengatakan bahwa pasti ada dosa di dalam
hidupnya dan itulah sebabnya Allah belum membuka peluang baginya. Yang
lainnya mengatakan, Kalau saja engkau mempunyai cukup iman.
Tapi saudara ini berkata kepada saya, Kalau Allah ingin mengungkapkan
sesuatu atas semua hal ini, saya tidak menangkap pesan-Nya. Saya belum
memahami maksud-Nya. Tidak apalah kalau teman-teman mau membesarkan
hati orang yang terluka seperti saya tapi sebelum mereka mengalaminya
sendiri, mereka tidak akan dapat benar-benar merasakan betapa sakitnya!
Saya mengasihi Tuhan, tapi seolah-olah tidak ada harapan bagi saya.
Percobaan ini masih berlanjut dan saya masih menemui jalan buntu ke mana
pun saya pergi!
Lalu ia mengatakan sesuatu yang sangat mengesankan saya dan menjadi inti dari khotbah ini, Saya ingin keluar dari percobaan ini dengan sebuah kesaksian.
Saya tidak ingin Allah memberikan saya pekerjaan dengan begitu saja,
dan mengeluarkan saya dari semua masalah, dan mengijinkan saya
melewatkan hal ini tanpa belajar sesuatu pun dari-Nya.
Orang-orang di sekitar saya memperhatikan saya dan saya ingin agar
mereka melihat sebuah kesaksian melalui hidup saya mengenai Allah. Saya
ingin mendapatkan kemenangan dengan melalui ujian dan percobaan. Jika
tidak, apa yang telah saya pelajari mengenai mempercayai Tuhan akan
tidak berarti dan hanya merupakan teori kosong belaka. Kecuali hal
tersebut terbukti dalam waktu kesukaran, maka hal itu tidak ada gunanya!
Kedagingan Membantah, Siapakah yang Dapat Memuji Tuhan Pada Saat Hati Sedang Terluka?
Beberapa orang akan berkata, Tidaklah wajar menaikkan pujian
kemenangan di saat kita sedang terluka. Jika kita berada pada posisi
bangsa Israel pada waktu itu, tentu kita juga akan menangis ketakutan.
Adalah manusiawi untuk merasa khawatir jika kita memikirkan suami/istri
dan keluarga kita seperti saat kita tidak mendapatkan pekerjaan,
anak-anak kita dalam kesukaran, serta berbagai masalah ada di hadapan
kita.
Saudara-saudari yang terkasih, pandangan Allah tidaklah seperti itu.
Pandangan-Nya sangat berbeda dengan pandangan kita. Apakah Ia Allah
yang tak berperasaan ketika Ia berkata kepada Musa, Mengapa engkau
berseru-seru kepadaKu? Suruh mereka untuk maju terus! Benarkah ini
berarti Ia tidak peduli terhadap perasaan dan luka hati kita?
Tidak! Alkitab berkata, … di mana engkau melihat bahwa Tuhan,
Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya,
sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini
(Ulangan 1:31). Ia adalah seorang Bapa yang mengasihi dan sangat
memperhatikan kita. Dan Ia tidak suka mendengar persungutan dan tuduhan
terus-menerus mereka yang mengatakan bahwa Ia sudah melupakan mereka!
Saudara mungkin memiliki anak remaja dalam keluarga saudara. Saudara
dapat melihat bahaya dan ancaman bagi mereka mengingat
kejadian-kejadian di negara, kota-kota dan sekolah-sekolah kita. Dan
saudara akan bertanya-tanya apakah Allah masih memegang kendali atas
semua ini. Ingatlah, agar jangan saudara sekali-kali mulai berpikir
Bapa di surga Yang Maha Pengasih tidak mendengarkan doa-doa saudara dan
tidak mendirikan tembok api perlindungan di sekeliling anak-anak
saudara!
Allah berfirman kepada bangsa Israel, Dan anak-anakmu yang kecil,
yang kamu katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang
ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah
yang akan masuk ke sana dan kepada merekalah Aku akan memberikannya,
dan merekalah yang akan memilikinya (Ulangan 1:39). Allah memberi
kelepasan kepada anak-anak kecil tetapi tidak memberikannya kepada
orang dewasa yang menolak untuk mempercayai-Nya!
Tidak ada salahnya untuk datang kepada Tuhan ketika saudara terluka
dan berseru, Tolong! Ia memahami ketika hati saudara hancur dan segala
sesuatunya nampak suram. Daud berkata, Ketika aku dalam kesesakan
kepada Allahku aku berteriak minta tolong (Mazmur 18:7).
Tetapi akan tiba saatnya di mana pada waktu saudara berdoa, Roh Kudus
berbicara sama seperti apa yang dikatakan-Nya kepada Musa, Mengapa
engkau masih menangis? Kapankah imanmu akan bangkit dalam hatimu?
Saudara perhatikan, bahwa Allah tahu saudara tidak berada dalam
keadaan bahaya. Ia tahu cara yang akan dipergunakan-Nya untuk
menyelamatkan saudara. Malah sebenarnya Ia mempunyai berjuta cara. Saudara tidak akan dapat melihatnya jika saudara tidak mau menghadapi tembok pengujian tersebut!
Bagi bangsa Israel, tembok pengujian itu adalah Laut Merah. Seandainya
mereka mencoba lari ke gunung, sudah pasti singa dan binatang buas
menerkam mereka. Mereka terjepit, terjebak tepat di tempat yang Tuhan
inginkan!
Mereka menerima pertolongan Tuhan hari itu dan sesudahnya baru mereka
memuji Tuhan. Tapi pujian mereka dangkal, tanpa fondasi. Inilah bukti
bahwa pujian mereka dangkal: tiga hari kemudian mereka kembali kepada
sikap mereka yang lama, yaitu tidak percaya dan takut!
Pada masa krisis mereka tidak melakukan tindakan untuk mengatasi rasa
takut. Mereka menyembunyikannya dan menyelubunginya dengan pujian.
Mereka tidak pernah bertindak tegas menghancurkan keraguan dan ketakutan
mereka. Padahal itulah tujuan utama mengapa mereka mengalami krisis.
Dunia Menuntut Orang Kristen yang Dapat Menaikkan Sebuah Pujian di Tengah Situasi yang Sukar!
Saudara yang terkasih, ada satu pujian yang dapat
dinyanyikan, dan pujian itu harus dinaikkan di tempat yang benar, yaitu
di saat pengujian. Dan yakinlah bahwa jika dunia mengetahui
bahwa kita adalah seorang Kristen, maka pujian seperti ini mereka
tuntut dari kita. Pemazmur berkata, Sebab di sanalah orang-orang yang
menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan
orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: Nyanyikanlah
bagi kami nyanyian dari Sion! Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian
Tuhan di negeri asing? (Mazmur 137:3-4).
Bangsa Israel berada dalam situasi yang tersulit dalam hidup mereka.
Dan selama mereka dibawa ke penawanan, para penawan itu meminta mereka
untuk menyanyikan lagu. Tetapi dalam diri mereka sudah tidak ada
semangat hidup lagi, yang ada hanyalah depresi, keputus-asaan dan tanpa
pengharapan.
Banyak orang Kristen yang berada dalam keadaan yang sama akhir-akhir
ini. Saudara mungkin sedang dalam keadaan terjepit. Dan dengan
gencarnya iblis berusaha menjatuhkan saudara dengan percobaan lama.
Saudara sudah hampir menyerah, dan berpikir, Saya akan tidak dapat
bertahan lagi. Meskipun saya sudah menangis dan berdoa, keadaan saya
tidak akan berubah. Belenggu yang lama ini akan menguasai saya
selamanya!
Ketika bangsa Israel jatuh ke dalam perbudakan Babel, penjajah mereka
berseru kepada mereka, Bernyanyilah bagi kami! Hiburlah kami! Kami
sudah mendengar segala sesuatu mengenai dirimu dan apa yang Allahmu
telah lakukan bagimu. Mata-mata kami sudah menceritakan semuanya!
Keluarkanlah rebana dan kecapimu. Mainkanlah sebuah lagu bagi kami!
Tunjukkanlah kepada kami sukacitamu di dalam Allah!
Saya tidak percaya bahwa permintaan mereka ini hanyalah untuk
olok-olok belaka. Saya percaya hal ini juga merupakan permohonan yang
memilukan. Dewa-dewa Babel telah membuat hidup mereka penuh kekosongan
dan kekeringan. Mereka tidak mempunyai pengharapan. Tetapi bangsa Babel
telah sebelumnya mendengar umat Israel bernyanyi memuji Allah mereka
Allah yang menyertai mereka dalam menghadapi segala situasi yang
mustahil. Mereka berkata, Orang-orang ini memiliki Allah yang dapat
membelah laut bagi mereka. Allah mereka mengirim api dari langit dan
dengan perkasa melawan musuh-musuh mereka. Pastilah ada sesuatu yang
istimewa pada Allah mereka!
Dunia ingin melihat orang yang bisa bertahan atas
masalah-masalah yang sama dengan masalah yang mereka hadapi dan dalam
peperangan yang sama dengan peperangan mereka, namun yang masih dapat
menyanyi, bersorak dan tetap teguh imannya sekalipun dalam masa-masa
yang gelap.
Orang-orang Babel meminta sebuah nyanyian dari bangsa Israel sebab ada
suatu seruan dalam hati mereka, Di manakah dapat kami temukan, di muka
bumi ini, sesuatu yang dapat membuat seseorang bernyanyi meskipun ia
kehilangan segalanya? Mereka membutuhkan sebuah kesaksian! Sangatlah
penting bagi anak-anak Allah di mana pun mereka berada untuk setiap saat
menyanyikan nyanyian dari Sion, Ya Allah, apa pun yang terjadi, saya
tetap mempercayai-Mu!
Dunia tidak akan tergugah hanya oleh kesaksian saja. Program-program
gereja sering membuat kehidupan rohani orang-orang menjadi mati dan
kering. Bahkan mukjizat kesembuhan Ilahi sekarang ini nampaknya hanya
memberikan sedikit pengaruh, sebab dunia telah melihat begitu banyak
mukjizat kedokteran misalnya transplantasi jantung, tangan, kaki dan
mata.
Dunia berteriak kepada kita, Kalian dapat memperlihatkan sebuah
mukjizat kepada kami! Namun bukanlah terbelahnya Laut Merah yang
mengesankan kami. Bukan pula menyaksikan orang buta dicelikkan matanya
ataupun orang lumpuh berjalan. Kami ingin melihat jika justru pada
masa-masa tergelap dan tanpa harapan menurut ukuran manusia, kalian
dapat tetap tersenyum dengan penuh sukacita dan bernyanyi memuji Allah!
Itulah mukjizat yang ingin kami lihat!
Keragu-raguan Harus Dihancurkan pada Masa Pengujian atau Saudara akan Menjadi Seorang Pengeluh Sejati!
Jika saudara tidak mengambil tindakan atas keragu-raguan saudara,
maka saudara akan diserahkan kepada roh penggerutu dan pengeluh.
Saudara akan hidup seperti itu dan meninggal dunia seperti itu pula. Keragu-raguan saudara tidak dapat hanya dipendam begitu saja. Mereka harus dicabut sampai ke akar-akarnya!
Coba perhatikan bangsa Israel tiga hari setelah bebas dari perbudakan
di Mesir. Mereka telah bernyanyi, memukul rebana, dan bersaksi akan
kekuatan dan keperkasaan Allah Yang Maha Kuasa. Dengan bangganya mereka
menyerukan bahwa Ia memimpin dan melindungi mereka. Lalu tibalah mereka
di Mara yang berarti air yang pahit. Ini merupakan sebuah ujian yang
lain untuk mereka.
Saudara perhatikan, Allah akan tetap mengijinkan krisis demi krisis
terjadi sampai akhirnya kita dapat memetik pelajaran darinya. Kalau kita
tetap menolak untuk belajar, akan tiba saatnya ketika Ia menyerahkan
kita kepada kepahitan dan persungutan kita. tiga hari lamanya mereka
berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Lalu
bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: Apakah yang
akan kami minum? (Keluaran 15:22, 24).
Pada hari Minggu, mereka mendapat pengalaman yang luar biasa
bernyanyi, menari dan memuji! Dan pada hari Rabunya mereka berada dalam
kesesakan. Timbul lagi suatu krisis dan lagi-lagi iman mereka menjadi
goyah!
Bagaimana mungkin mereka kehilangan keyakinan secepat itu? Sebab mereka tidak pernah memilikinya. Mereka tidak pernah mempunyai fondasi yang kokoh yang menopang mereka!
Jadi sekali lagi mereka gagal dalam ujian tersebut! Mereka tidak
belajar sama sekali dari krisis yang lalu dan sekali lagi mereka
kehilangan kesempatan untuk menyinarkan kebesaran Allah. Sejak saat
itu, bangsa Israel tidak mampu untuk belajar sesuatu pun dari Allah!
Bahkan mereka mulai memandang enteng kebaikan dari Allah. Saat mereka
tidak memiliki makanan, Ia mengirimkan manna dari surga. Ia
menjatuhkan burung puyuh dari langit dan menumpuknya di luar perkemahan
hampir semeter tingginya. Namun tidak ada satu ucapan terima kasih pun
yang terdengar! Bahkan sebaliknya, mereka menjadi tamak dan menimbun
semua yang Allah berikan. Mereka menjadi keras kepala!
Oh, sungguh patut disayangkan jika saudara melalui suatu krisis ke
krisis yang lain tanpa memetik satu pelajaran pun dari krisis itu! Ini
mendatangkan kutukan yaitu saudara akan diserahkan kepada roh
persungutan!
Setelah Empat Kelepasan yang Mengherankan Terjadi, Mereka Diberi Kesempatan yang Terakhir
Bangsa Israel sudah menyaksikan mukjizat Allah di Laut Merah. Mereka
sudah melihat air pahit menjadi manis di Mara serta air yang mengalir
keluar dari gunung batu di Horeb. Dan mereka sudah melihat manna dan
burung puyuh turun dari langit.
Sekarang mereka berkemas dan siap untuk masuk ke Tanah Perjanjian.
Allah telah memberi mereka satu kesempatan terakhir agar mereka
memiliki keyakinan dan iman yang teguh di dalam-Nya.
Mereka telah mengirimkan 12 pengintai ke Kanaan dan 10 orang dari
mereka kembali dengan laporan yang keji, memang negeri itu
berlimpah-limpah susu dan madunya. (tapi) kota-kotanya berkubu dan
sangat besar. Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka
lebih kuat dari pada kita suatu negeri yang memakan penduduknya, dan
semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang
tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa
dan kami lihat diri kami seperti belalang (Bilangan 13:27-28, 31-33).
Laporan itu segera menimbulkan kekacauan di perkemahan bangsa Israel.
Emosi yang terpendam, kebimbangan dan ketakutan yang memuncak di
dalam, semuanya itu membaur menjadi satu dan meletup keluar dengan
penuh kegeraman kepada Allah! Dan ketika Yosua berdiri dan berkata,
Allah beserta kita! Ia sanggup melakukan segalanya!, mereka malah ingin
melemparinya dengan batu!
Pada saat itu orang-orang ini tidak menyadari bahwa ujian tersebut
adalah untuk mempersiapkan mereka untuk menghadapi peperangan pertama di
negeri Kanaan, yaitu di Yerikho.
Para pengintai itu bercerita, Yang pertama-tama menghadang di sana
adalah kota berbenteng yang disebut Yerikho. Kota itu tak mungkin
ditembus. Tidak ada jalan untuk masuk ke sana! Kita tidak mempunyai
senjata maupun balok besar untuk menjebolnya. Percuma saja, tidak ada
harapan. Mengapa kita harus mencoba pergi ke sana? Saudara yang
terkasih, perkataan seperti itu datang dari iblis! Iblis ingin saudara
berpikir seperti itu dalam menghadapi masalah-masalah saudara, Tidak ada
jalan keluar dari masalah ini. Tetapi saudara perlu
mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana di balik masalah-masalah ini.
Hanya saja saudara tidak bisa melihatnya. Yang saudara lihat saat ini hanyalah tembok yang menjulang di hadapan saudara.
Tetapi pandangan Tuhan jauh melampaui pandangan saudara, bahkan tidak
terbatasi oleh apa pun. Bagi-Nya, tidak ada tembok penghalang di situ.
Tidak ada kesulitan apa pun bagi-Nya sebab Ia tidak terpengaruh oleh
kekuatan musuh. Inilah saatnya untuk mulai percaya kepada-Nya!
Bagi bangsa Israel, ini merupakan kesempatan terakhir. Inilah saatnya
untuk bangkit dan bernyanyi, untuk menunjukkan iman mereka kepada
Allah! Inilah saatnya bagi seseorang untuk berdiri dan berkata, Tadinya
kita menyangka kita akan mati di Laut Merah, tetapi Ia telah
menyelamatkan kita! Tadinya kita menyangka inilah akhir hidup kita saat
kita berada di mata air Mara yang pahit, tetapi Ia menyelamatkan kita
lagi! Tadinya kita menyangka kita akan mati kelaparan di padang gurun,
tetapi Ia menyelamatkan kita! Berkali-kali kita menyangka bahwa hidup
kita sudah akan berakhir. Tetapi setiap kali Tuhan membawa kita keluar
dari semua mara-bahaya itu. Sejauh ini Ia sudah memimpin kita dengan
selamat! Mari kita bersaksi kepada dunia bahwa Allah kita sanggup
melakukan segala perkara!
Tetapi tak seorang pun yang berbuat demikian! Bangsa Israel gagal di
pengujian yang terakhir ini! Di manakah kemenangan dan nyanyian pujian?
Tidak ada sama sekali! Yang mereka lakukan hanyalah meratap!
Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu
menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada
Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: Ah,
sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!
Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh
pedang, dan istri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih
baik kami pulang ke Mesir? Dan mereka berkata seorang kepada yang lain:
Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.
Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang
berkumpul di situ. Tuhan berfirman kepada Musa: Berapa lama lagi
bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya
kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di
tengah-tengah mereka! (Bilangan 14:1-5, 11)
Akhirnya, habislah kesabaran Tuhan. Dengarlah apa yang Ia katakan
kepada para penggerutu sejati ini, Sebab itu berpalinglah besok dan
berangkatlah ke padang gurun, ke arah Laut Teberau dan anak-anakmu akan
mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun
lamanya sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun (Bilangan 14:25,
33).
Yesus, Teguhkanlah Iman Kami dan Buanglah Keragu-raguan, Ketakutan dan Ketidakpercayaan Kami
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,
sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang
diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian
janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan (Yakobus
1:6-7).
Hari-hari ini dunia penuh dengan orang Kristen yang tidak berpegang teguh kepada Firman Allah yang kudus.
Mereka pikir tidak ada salahnya untuk mengikuti perjamuan suci di
dalam rumah Allah sambil bersungut-sungut dan mengeluh, seolah-olah Ia
tidak mendengarnya. Allah mendengar semua sungut-sungut kita!
Persungutan mereka merupakan tuduhan di telinga Allah, bahwa Ia tidak
peduli dan telah membiarkan mereka dikecewakan!
Allah memperingatkan saya untuk tidak menyebarkan keragu-raguan dan
ketakutan kepada istri saya, teman-teman, orang-orang yang saya cintai,
maupun rekan-rekan sekerja saya. Allah mengatakan kepada kita untuk
membawa semua kebimbangan itu ke kayu salib dan berkata, Yesus, pulihkan
iman saya! Cabutlah ketidakpercayaan ini dari saya!
Bangsa Israel menghabiskan 40 tahun berikutnya hidup di
dalam kekalutan: dikelilingi fitnah, keluh-kesah, iri hati, dan
kepahitan. Sungguh suatu kehidupan yang menyedihkan mereka masih
mengaku sebagai anak-anak Allah dan mengaku bahwa diri mereka suci.
Tetapi itu hanyalah pengakuan mereka, bukan pengakuan Tuhan.
Tidak akan ada pekerjaan maupun kelepasan bagi pria atau wanita yang
terus-menerus mengeluh kepada Tuhan. Jika saudara tetap
bersungut-sungut, saudara akan tetap menganggur seumur hidup! Kalaupun
saudara mendapat pekerjaan, pekerjaan itu akan menjadi kuk (beban yang
memberatkan) di leher saudara! Ini merupakan hal yang sangat menentukan
dalam hidup saudara. Saudara harus tiba pada suatu situasi di mana
saudara mulai belajar untuk mempercayai-Nya. Jika dalam krisis yang
sekarang sedang saudara hadapi saudara telah belajar untuk percaya
kepada-Nya, maka jika krisis berikutnya tiba, saudara akan bernyanyi dan
bersorak memuji Allah yang melepaskan saudara dari krisis- krisis
tersebut! Dan, oh, kemenangan sungguh akan menjadi pengalaman saudara
namun yang lebih penting adalah, saudara telah bertindak menghancurkan
semua keragu-raguan, ketakutan dan ketidakpercayaan.
Dari manakah saudara harus mulai? Mulailah dengan menyelidiki Firman
Allah yang merupakan cermin bagi kita! Simak perkataan yang keluar dari
mulut dan tindakan saudara selama 30 hari ini: apakah saudara telah
bersungut-sungut? Mengeluh? Saudara mungkin menjawab, Ya tapi saya bukan
bersungut-sungut kepada Allah! Tentu saja saudara pernah melakukannya.
Sebab, di mana pun atau kepada siapa pun saudara mengeluh, keluhan
tersebut ditujukan kepada Allah!
Di setiap halaman Alkitab yang saya buka, saya melihat, Percayalah
kepada-Ku, dan Aku akan menyertaimu! Serahkanlah jalan hidupmu
kepada-Ku. Apakah persyaratannya? Hanya ini: berdiam dirilah dan
lihatlah keselamatan dari Tuhan. Saudara bertanya, Tapi bagaimana kalau
tidak terjadi apa-apa? Pertanyaan seperti ini menyatakan kebimbangan
dan ketakutan!
Saudara-saudara yang saleh, berpalinglah sekarang kepada Allah dan
katakanlah, Tuhan, saya sudah berusaha dengan berbagai cara dengan
kekuatan saya sendiri. Namun saya tahu saya tidak memiliki kesanggupan
untuk menyelesaikan masalah ini. Saya mau mempercayai-Mu dan menunggu
kemenangan dari-Mu.
Biarlah Allah menjadikan saudara sebagai sebuah kesaksian yang hidup
bagi dunia saksi atas kesetiaan-Nya. Kasihilah Dia dengan segenap hati
saat ini. Serahkanlah seluruh masalah, seluruh iman, dan seluruh
keyakinan saudara kepada-Nya, dan Ia akan memberikan saudara sebuah pujian yang benar di tempat yang tepat!
Blessed To Bless...
Wednesday, March 30, 2011
Pujian yang Benar di Tempat yang Salah
12:06 AM
Ezra
0 comments:
Post a Comment